We Are With You

We Are With You
The help of Allah is always near

RELEIVE GAZA'S ORPHANS

RELEIVE GAZA'S ORPHANS
Mari kita bantu saudara kita!

Karyaku

Karyaku
Ya Allah Semoga Bisa Diterbitkan

Followers

Featured 1

Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Featured 2

Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Featured 3

Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Featured 4

Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Featured 5

Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Kisah Dalam Gambar Slideshow: Rama’s trip from القاهرة, مصر to 3 cities جدة, مكة المكرمة and الزقازيق was created by TripAdvisor. See another مصر slideshow. Create your own stunning slideshow with our free photo slideshow maker.

Sabtu, 25 Oktober 2014

Putri Salju #28



Satu bulan telah berlalu, saat mimpi yang terpendam benar-benar terjadi dan doa telah meluluhkan semua teka-teki takdir yang dulu seakan sulit untuk dipecahkan. Ini jawaban dari setiap kelemahan dan rasa takut yang sejatinya lahir dari hati yang merasa tak mampu. Tapi Dia Maha Segala, cinta dan kasih-Nya menjelma menjadi angin sejuk membuka jalan dari arah yang tak pernah diduga. Ini yang aku rasakan saat cinta membawaku untuk memilihmu. Saat pertama kali melihatmu, cinta juga yang meyakinkanku bahwa kau adalah pilihan terindah. Keyakinan yang membuat aku mengerti dan merasa pasti bahwa Allah telah memilihmu untuk menjadi penyempurna agama dan hidupku.
Saat kau menjelma pelangi dalam hati membawa kesejukan dan obati kegelisahan yang tak berujung. Aku semakin percaya jika kau adalah pilihan-Nya yang terindah, jawaban dari lirih doa istikharah cinta yang selalu ku panjatkan ketika resah mencoba mengaburkan langkah suci yang akan kutempuh. Dalam hati, tekad itu sudah bulat. Bismillah ya Rabb.. aku sudah siap menjemput bidadari pilihan-Mu.

14 Agustus 2014
08.00 WIB
Pagi ini waktu terasa berjalan sangat lambat, detiknya seakan enggan untuk mengikuti gerak hatiku yang ingin segera berada di bandara Soekarno-Hatta. Iya, tanggal 13 Agustus 2014 sosok bidadari yang selalu kupanggil dengan nama ‘Putri Salju’ akan segera kulihat rupa dan sosoknya. Degup jantung yang berdetak kencang kembali meyakinkanku bahwa sosok yang sudah memaku rindu itu bukan sekedar cerita yang selama ini selalu aku gambarkan dalam puisi saat senja memeluk erat sungai nil. Atau dalam prosa yang beriramakan rasa sendu ketika malam mengharuskan ku untuk menuliskan setiap paragraph yang berisikan lantunan doa, harapan, kegelisahan bercampur rasa takut mengalir bersama deru rindu dan rasa cinta yang tak bertuan membuat aku hampir kalah dan ragu akan takdir dan kuasa tuhan.

Sejak kemarin ayah dan umi dengan cinta dan sayangnya sudah mengejeku berkali-kali saat melihatku terdiam menekuni gerak angan yang membawaku terbang menuju bandara Frankfurt. “Sudah, sudah.. lamunan dan kegelisahanmu tidak akan mengubah waktu, detik akan tetap berjalan dengan lambat dan sosok yang kau lamunkan besok siang ia baru akan sampai di bandara Soekarno-Hatta”
Aku hanya tersenyum mendengar cemoohan penuh cinta dari ayah, dan mengelak bahwa aku tidak sedang melamun. Padahal dalam hati berbagai pikiran berkecamuk menahanku pada satu kalimat yang sejak kemarin terus terekam dan terulang berkali-kali dalam anganku. “Setelah melihatku nanti apakah sang putri salju akan tetap dengan pendiriannya? Apakah pandangannya terhadapku akan tetap seperti dulu ketika aku masih berada di Mesir?” Dalam diam aku berusaha mengusir setiap bersitan yang semakin membawaku pada lorong gelap kegelisahan.

11.00 WIB
Aku menatap wajah pria yang semakin menua, geraknya sudah tidak lincah lagi seperti dulu. Ada gurat lelah yang kulihat dari senyumnya, yang selalu ia tutupi dengan canda tawa. Kali ini ia duduk didepan didalam taksi yang akan membawa kami menuju bandara Soekarno-Hatta. Ayah terlihat sangat senang berekali-kali ia berkelakar dengan supir taksi bahwa ia akan menjemput seorang putri dari negeri Almenia. Putri cantik yang akan menjadi menantunya. Yang akan membuat hari-harinya semakin penuh warna dan kembali bersemangat seperti ia masih berumur 30-an. Iya, aku melihat perubahan itu dari ayah. Dan umi pun bisa merasakan jika ayah terlihat sangat senang dan bahagia. Alhamdulillah ternyata bukan hanya aku saja yang saat ini merasakan bahagia.

Di tengah-tengah candanya berkali-kali ayah mengejeku, ejekan penuh cinta yang membuat aku semakin mengerti tentang ayah. “kira-kira nanti menantu ayah suka tidak ya dengan makanan-makanan masakan umi, di sanakan pasti makanannya roti sama keju?” aku dan umi serentak tertawa mendengar ucapan ayah yang tiba-tiba itu. Namun bagi umi ucapan ayah seperti sindiran untuknya. Karena aku tahu umi tidak begitu pandai memasak. “Insya Allah, yah.. menantu ayah pasti suka dengan semua masakan umi” kali ini umi yang tersenyum bahagia karena merasa ada yang membelanya.
Aku menatap kearah jendela taksi, meraba waktu yang berjalan sangat lambat, berbagai rasa berkecamuk dalam hati, gugup, takut menyatu menjadi gelisah yang mengganjal menutupi ruang nafasku. Berkali-kali aku mengambil nafas panjang dan dalam. Namun tetap saja rasa gugup itu tidak pernah pergi. Ya Rabb, semoga awal pertemuan ini menjadi sebuah berarti. Saat kami hanya bertutur sapa dalam langit maya. Memasrahkan setiap isi hati masing-masing pada takdir yang sudah ditentukan oleh-Nya. Juga tentang pertemuan ini, Dia-lah yang sudah merencanakan semuanya.

12:00 WIB
Aku memandangi papan elektronik jadwal kedatangan pesawat international di bandara Soekarno-Hatta. Segera kucari jadwal kedatangan pesawat Srilanka Airlines, ternyata sekitar 2 jam lagi pesawat itu baru akan mendarat di bandara yang terletak tidak begitu jauh dari rumahku. Alhamdulillah, ada jeda untuk menunggu dan menghilangkan rasa gugup. Putri salju, akhirnya rindu itu akan sampai pada muaranya, aku benar-benar bahagia dengan jalan takdir yang saat ini sedang aku tapaki. Tentangmu, sebentar lagi akan menjadi nyata. Yakinku semakin mengakar dalam, bahwa kau saat ini tidak tinggal di negeri dongeng.

Lamunanku pecah saat tiba-tiba ponselku berdering tanda ada pesan baru yang masuk, segera kubaca pesan indah itu, pesan singkat dari sang ratu, ibu putri salju yang belakangan ini kupanggil juga dengan sebutan umi “Nak, kalau sudah bertemu dengan putri salju, kabari umi ya? Umi masih di jalan” aku tersenyum bahagia membaca pesan singkat itu, ada setetes embun yang meretas gundah dalam hati. Merangkai setiap mimpi indah yang kemarin masih berwujud angan dan harapan. Secepat mungkin ku balas pesan dari umi baruku “Iya umi, insya Allah kalau putri salju sudah tiba langsung saya kabari umi”. Hari ini, semuanya akan menjadi jelas. Dan doa-doa yang kemarin terucap dalam lirih malam satu persatu mulai terjawab. Laka syukru ya Rahman ya Rahim..

13.30 WIB
Dari jauh kulihat sosok yang selama ini hanya kudengar suaranya dari telpon tersenyum kearah kami, ayah dan umi yang sudah sangat kenal dengan sosok itu segera menghampiri mereka. Iya, mereka adalah keluarga putri salju, semenjak kepulanganku dari Mesir ayah banyak bercerita tentang mereka, selain bercerita tentang proses lamaran putri salju ayah juga selalu mengatakan bahwa mereka adalah sosok indah yang memantulkan kesejukan pada siapa saja yang ada didekatnya. Sekarang aku benar-benar melihat sendiri bagaimana figur indah yang hampir setiap malam diceritakan oleh ayah itu, ada dua sosok wanita anggun mengenakan jilbab besar dan dua laki-laki yang berwajah teduh berjalan semakin dekat kearah kami.

Aku sudah bisa menerka jika sosok laki-laki yang berwajah bersih dan tentram itu adalah ayah dari putri salju. Aku menjabat tangannya erat lalu menciumnya. Kupandangi wajahnya yang sudah termakan usia, dengan janggutnya yang sudah memutih namun masih terlihat energic.
Ketika sang Ratu mendekat aku mengangkat kedua telapak tanganku ke atas dada dan sedikit menundukan kepala. Memberikan senyum dan menanyakan kabar semuanya. Akhirnya aku bisa melihat sosok wanita yang selama ini hanya terdengar suaranya dalam telpon. Ia terlihat begitu bersahaja, kesederhanaan itulah yang membuat sosok itu begitu sempurna. Dari umi juga aku banyak mendengar bagaimana istimewanya wanita yang satu bulan lagi akan benar-benar menjadi ibu untukku. proses perkenalan berjalan lancar, aku hanya mengobrol sebentar dengan keluarga putri salju. Rasa malu masih membuatku banyak terdiam. Akhirnya ayah dan umi yang menemani mereka mengobrol, membicarakan banyak hal, sesekali aku mendengar mereka membicarakan awal perkenalanku dengan putri salju. 

14.00 WIB
Aku berjalan gelisah menyusuri pintu terminal D dan E bandara Soekarno-Hatta, kulihat dari papan pengumuman arrival bahwa pesawat Srilanka Airlines sudah lama mendarat. Akan tetapi putri salju belum juga muncul. Akhirnya kami berinisiatif untuk membagi tugas menunggu di setiap pintu terminal. Aku sendiri menunggu di terminal E sedangkan ayah dan umi juga keluarga baruku semuanya menunggu di terminal D.
Kulihat ratusan manusia mulai keluar dari dalam bandara. Tapi sosok yang dari tadi ku tunggu belum juga muncul, ayah dan umi berkali-kali menanyakanku apakah calon menantunya sudah tiba atau belum. Dalam lilitan resah ponselku berdering kulihat ada nomor asing memanggil, aku langsung menjawab panggilan itu dan tiba-tiba suara diujung sana membuat waktu seakan berhenti berjalan. Yang kudengar hanya degup jantungku yang semakin kencang dan tak bisa kukendalikan. Suara putri salju memanggil, memberitahukan bahwa saat ini ia sedang berada di terminal 2 F. Aku langsung mencari di mana posisi terminal 2 F, berjalan dengan hati tak menentu sambil melihat kearah papan petunjuk mengarah ke terminal 2 F. Sekarang waktu terasa benar-benar berhenti, sosok itu kini ada didepanku. Gambaranku tentang putri salju telah menjadi nyata. Ternyata aku salah, ia bukan hanya seorang putri tapi bidadari yang dengan jilbabnya membuat semesta semakin cemburu.

Banten, 25/Oktober/2014

Kamis, 19 Juni 2014

Ketika Futur Melanda



Saat seorang penuntut ilmu dilanda futur, ia ibarat seorang pengembara yang kehilangan arah. Target yang dulu sudah ia petakan, tiba-tiba hilang tak berbekas seperti baru saja disapu oleh badai. Dalam perjalanan hidup pasti akan banyak ditemui halangan dan rintangan. Kadang kita dihadapkan pada jalan yang lurus dan mudah namun sering juga kita menemui onak dan duri. Hal ini akan menimpa siapa saja, termasuk kita sendiri. Suatu saat kita memiliki kondisi iman yang tinggi. Disaat yang lain kita juga dapat mengalami degradasi iman. Seperti inilah Allah menciptakan kita sebagai manusia. Dan memang sudah menjadi tabiatnya jika iman itu bisa bertambah bisa juga berkurang.

Ketika kondisi iman kita yang turun ini tidak jarang dari kita akan terkena penyakit yang membahayakan dan menghambat jalan kita, penyakit itu adalah futur atau penyakit malas dan kelesuan karena merasa jenuh.
Mari kita kenali futur, yang karenanya umat Islam bisa mengalami kemunduran. Karena faktanya futur tidak hanya menimpa individu tapi penyakit ini juga melanda sebuah jama’ah. Dr. Muhammad Sayyid Nuh dalam bukunya Aafaatun ‘alaa thariiq mendefinisikan futur kedalam dua bagian, secara etimologi dan terminologi.

Secara etimologi futur berarti putusnya kegiatan kita, setelah kita kontinyu bergerak serius melakukannya. Atau ketika kita malas dan lamban setelah kita bersungguh-sunguh. Secara terminologi yaitu penyakit yang bisa menimpa para da’i, aktivis dan individual. Biasanya penyakit ini menimpa mereka dalam bentuk perbuatan mulai dari tingkat terendahnya yaitu rasa malas, kelesuan dan kelambanan. Dan yang paling tinggi yaitu diskontinuitas dan berhenti dari sebuah kegiatan yang sudah menjadi rutinitas hingga bisa menyebabkan kelalaian yang terus menerus.

Futur sebenarnya hal yang wajar bagi setiap penuntut ilmu atau siapapun mereka. Asal jangan sampai dalam keadaan yang gamang ini malah membuat kita semakin jauh kepada Allah. Dalam keadaan futur keadaan ruhiyah kita sangat rentan dan mudah terkena virus-virus godaan halus yang dibisikan syetan. Harus kita ingat selalu, bahwa hanya malaikatlah yang mampu kontinyu mengabdi kepada Allah dengan pengabdian yang  terbaik. Sedangkan kita hanya manusia biasa, yang sudah diciptakan dengan frekuensi iman yang kadang naik dan kadang turun.

Ada beberapa penyebab yang bisa membuat kita terjerumus dalam futur, di antaranya adalah:
1.    Al-guluw fiddiin (Besrikap keras dan berlebihan dalam beragama)
Dengan berlebihan dalam beribadah tanpa memberikan hak kepada badan untuk beristirahat dan merasanakan kesenangan, keadaan ini akan menuju kepada kejenuhan, kebosanan, bahkan kelemahan. Rasulallah SAW bersabda: “Jauhila sikap berlebih-lebihan dalam agama, karena sesungguhnya celakanya orang-orang sebelum kamu disebabkan karena berlebih-lebihan dalam agama. (HR. Ahmad)
Dalam hadits yang lain Nabi juga bersabda: “Sesungguhnya Din itu mudah, dan tidaklah seseorang mempersulitnya kecuali akan dikalahkan atau menjadi berat mengamalkannya.” (HR. Muslim)
2.    Melampaui batas dalam hal-hal yang dimubahkan. (Berlebihan dan melampaui batas dalam mengkonsumsi hal-hal yang diperbolehkan)
Perbuatan seperti ini akan membuat keadaan tubuh kita semakin besar dan gemuk. Sehingga syahwat akan semakin berkuasa dalam tubuh yang menimbulkan kemalasan dan kelalaian yang luar biasa. Allah SWT mengingatkan dalam firman-Nya: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan” (QS. Al-A’raf:31)
3.    Mengasingkan diri dengan menjauhi kebersamaa dan jama’ah.
Allah menyukai orang yang mendekatkan diri pada-Nya, namun tidak memutuskan hubungan dengan saudaranya dan tidak menjauhi jama’ah. Karena ini akan membuat kita terisolasi dalam masyarakat bahkan akan membuat kita yang tadinya dekat kepada Allah menjadi lupa dan lalai dalam mengingatnya. Allah SWT berfirman: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai” (QS. Ali Imran:103)
Dalam sebuah hadits, Nabi juga mengingatkan “Syetan itu akan menerkam manusia yang menyendiri, seperti serigala menerkam domba yang terpisah dari kawanannya.” (HR. Ahmad)
4.    Sedikit sekali mengingat kematian
5.    Lalai menjalankan aktifitas sehari-hari (Tidak memiliki komitmen yang baik dalam mengamalkan aktivitas ’ubudiyah harian)
Seprti tidur pada waktu shalat wajib, mengobrol di waktu malam sehingga tertinggalah qiyamul lail, tilawah Al-Qur’an, sampai shalat subuhpun tertinggalkan.
6.    Masuknya makanan yang haram dan syubhat ke dalam tubuh.
Allah SWT berfirman:  “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu” (QS. Al-Baqarah:168)
7.    Merasa cukup menjalankan agama hanya dari satu sisi saja
Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu” (QS. Al-Baqarah:208)
8.    Lalai dari sunah-sunah Allah yang tertera dalam kehidupan
9.    Tidak memberikan hak yang cukup terhadap badan, di karenakan banyaknya beban dan kewajiban serta sedikitnya orang-orang yang beramal dalam mendakwahkan Islam.
10.    Tidak adanya persiapan dalam menghadapi aral rintangan perjalanan hidup
Ust. Mahfudz Siddiq M. Si menerangkan tentang hal ini bahwa setiap perjuangan selalu menghadapi tantangan. Haq dan bathil selalu berusaha untuk memperbesar pengaruhnya masing-masing. Akan selalu ada orang-orang Pendukung Islam. Di lain pihak akan selalu tumbuh orang-orang pendukung hawa nafsu. Dan dalam waktu yang Allah kehendaki akan bertemu dalam suatu “fitnah”. Dalam bahasa Arab, kata “fitnah” berasal dari kata yang digunakan untuk menggambarkan proses penyaringan emas dari batu-batu lainnya. Karena itu “fitnah” merupakan sunnatullah yang akan mengenai para pelaku dakwah. Dengan “fitnah” Allah juga menyaring siapa hamba yang masuk golongan shadiqin dan siapa yang kadzib (dusta). Dan jika fitnah itu datang, sementara ia tidak siap menerimanya, besar kemungkinan akan terjadi pengubahan orientasi dalam perjuangannya. Dan itu membuat futur. Allah Berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka hati-hatilah kamu terhadap mereka.” (Al-Ahqaf: 14)
11.    Berteman dengan orang-orang yang lemah kemauannya
Rasulallah SAW bersabda: “Seseorang itu ditentukan dengan agama temannya (akkhlaknya) maka seseorang hendaknya melihat siapa yang ia jadikan teman!” (HR. Imam Tirmidzi)
Dalam hadits yang lain Nabi bersabda: “Seseorang atas diri sahabatnya, hendaklah melihat salah seorang di antara kalian siapa ia berteman.” (H.R. Abu Daud)
12.    Tidak sistematis atau Tidak ada perencanaan yang baik dalam beramal, baik dalam skala individu atau fardi maupun komunitas atau jama’i
13.    Terperosok dalam lembah kemaksiatan dan perbuatan-perbuatan buruk.

Sahabat Fillah, sebab-sebab inilah yang bisa membuat kita terjatuh kedalam lembah futur. Sehingga tanpa disadari oleh kita ternyata kita sudah terbelenggu oleh kelalaian dan kemalasan. Futur ternyata juga mempunyai pengaruh yang sangat berbhaya yang bisa menyerang siapa pun, apa lagi kita yang hanya seorang manusia biasa. Yang sedikit simpanan amal kebaikannya dan kurangnya ketaatan akan semakin mudah membuat kita jatuh tersungkur, dan susah utk bangkit kembali. Seperti inilah gambaran pengaruh futur yang bisa menyerang individu. Dan karena future inilah Rasulallah selalu berdoa: “Allahumma innii a’uudzu bika minal hammi wal hazan wa a’uudzu bika minal ‘ajzi wal kasal wa a’uudzu bika minal jubni wal bukhli, wa a’uudzubika min ghalabatid-daini wa qahrir rijaal”
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari rasa gelisah dan sedih, dari kelemahan dan kemalasan, dan sifat pengecut dan bakhil, dan dari tekanan hutang dan kesewenang-wenangan orang”

Sahabat fillah, futur bukan hanya berpengaruh kepada individu, namun ia juga berpengaruh kepada perkembangan dakwah Islam. Sehingga menyebabkan panjangnya perjalanan dalam menjalankan strategi dakwah. Banyak beban dan pengorbanan namun tidak pernah mencapai hasil yang maksimal.
Namun segala sesuatu pasti ada obat dan pencegahnya, begitu juga dengan futur. Ada beberapa factor yang bisa mencegah futur merasuk kedalam jiwa kita, di antaranya adalah:

1.    Jauh dari maksiat dan perbuatan buruk besar maupun kecil.
Jauh dari kemaksiatan akan mendatangkan hidup yang akan lebih berkah. Dengan keberkahan ini orang dapat terhindar dari penyakit futur. Allah berfirman: “Jikalau penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah kami melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan dari bumi.” (QS. Al-A’raf: 96)
2.    Tekun dan rajin dalam menjalankan program sehari-hari
3.    Menyisihkan waktu-waktu yang utama untuk mendekatkan dan meningkatkan ketaatan kepada Allah.
4.    Membebaskan diri dari berlebih-lebihan dalam beragama.
5.    Membaurkan diri kedalam jama’ah dan tidak melakukan I’tizal (mengasingkan diri) dengan apapun keadaannya.
6.    Perhatian terhadap sunah-sunah Allah yang terdapat dalam diri kita dan alam semesta.
7.    Membekali diri untuk mengahadapi aral rintangan di hari pertama dalam sebuah aktivitas.
8.    Cekatan dan sistematis dalam melakukan suatu pekerjaan.
9.    Bergaul dengan ‘ibadullah (hamba-hamba Allah) yang shaleh dengan sungguh-sungguh.
10.    Memberikan hak kepada badan, untuk beristirahat dan tidak berlebihan dalam makan dan minum.
11.    Mengingat surga dan neraka dan apa yang ada di antara keduanya, dari kenikmatan dan adzab yang pedih.
12.    Bersenang-senang dengan yang mubah, bersenda gurau dengan keluarga, atau bermain dengan anak-anak dan melakukan tur bersama.
13.    Mengingat kematian dan apa yang ada setelahnya dari pertanyaan dalam kubur, kegelapan dan kesepian dalam kubur.
14.    Selalu membaca dan mentelaah buku-buku sejarah perjalanan dan perjuangan Nabi serta para sahabatnya.
15.    Merutinkan diri untuk menghadiri majlis ilmu.
16.    Mengamalkan agama secara kaffah (keseluruhan) tanpa tebang pilih dari satu sisi saja.
17.    Selalu memuhasabah diri

Sahabat fillah, tentunya mencegah lebih baik dari pada mengobati, sebelum penyakit futur ini menyerang dan menggerogoti dinding-dinding iman kita, alangkah baiknya kita mengetahui apa yang menyebabkan kita futur dan apa saja hal-hal yang bisa mencegahnya. Karena dengan mengetahui obatnya kita bisa terhindar dari bahaya futur. Bersyukurlah kita bila masih ada sahabat yang mengingatkan kita agar tetap istiqamah dijalan iman, sahabat seperti inilah yang akan menunjukan kita pada hidayah serta taufi-Nya. Dan cintanya, akan membawa kita ke surga.

Zagazig, 19/06/2014

Nb: Artikel ini pernah dimuat di buletin Muara, majalah mahasiswa Indonesia yang belajar di Al-azhar Zagazig Mesir.
Terima kasih kepada adinda atas pertanyaan-pertanyaannya, hingga hati saya tergrak untuk menulis kembali artikel tentang futur ini. Jazaakillah ahsanal jazaa’.



Rabu, 18 Juni 2014

Putri Salju #27



Putri salju.. Sebelum saat itu tiba aku akan tetap malu berucap rindu, rindu yang turun begitu deras seperti hujan yang waktu itu mengguyur kota Giessen. Rindu itu akan semakin besar karena setiap saat isyarat cinta selalu terlihat seperti bintang-bintang yang menghiasi perjalanan malammu. Bintang-bintang itu tersenyum melihatmu termenung di sisi jendela kereta yang membawamu ke kota Frankfurt, sepertinya kota itu juga sudah semakin akrab denganmu. Aku menyaksikanmu dari jauh ketika kau menyusuri setiap liku jalannya, kota yang menawan itu tak pernah lelah menopang ribuan mimpi dan cita jutaan manusia yang silih berganti berbagi kisah dengannya. Kisah tentangmu, ia juga sudah menyimpannya erat didalam ingatannya yang tak  pernah rapuh meski gurat wajahnya sudah terlihat renta dimakan usia.

Putri salju, melalui teropong doa aku selalu melihatmu dari segala arah, namamu yang selalu menuntunku ke sana. Kau tahu, mataku selalu berbinar terang ketika menuliskan setiap rangkaian huruf namamu. Tidak salah bila waktu itu umi pernah mengatakan jika namamu indah. Iya, namamu memang indah dan aku bahagia ketika menyebutnya.

Tentangmu, rasa penasaran umi sudah mulai berkurang. Pertanyaan-pertanyaan yang dulu selalu ia lontarkan terjawab sudah. Saat ini apa yang dirasakan oleh umi hampir sama denganku. Umi pernah bilang jika ia ingin sekali bertemu denganmu. Saat itu aku hanya mampu menjawab jika suatu saat nanti sosok yang umi rindukan akan datang ke rumah kita seperti seorang putri, ia akan datang membawa kebahagiaan seperti pelangi yang luluhkan gemuruh dalam teduh, saat itu umi akan tahu kenapa aku jatuh cinta pada sosok yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Ayah juga akan semakin mengerti kenapa aku menjatuhkan pilihan padanya, saat ayah bertanya apa alasannya? Kecintaannya pada Al-Qur'an sudah sangat cukup membuatku untuk menjadikannya sebagai pendamping hidup. Karena ayah juga yang mengajariku jika cinta harus memiliki visi dan misi, cinta yang memiliki tujuan untuk membangun peradaban. Dan akhir cinta itu adalah Allah. Iya, karena semua ini aku memilihnya.

Ada sedikit rasa malu ketika aku sampaikan bahwa aku ingin ayah meminang sosok putri salju untukku, gugup bercampur khawatir jika ayah tidak merestui maksud hati yang selama ini ku pendam. Tapi diluar dugaan, ternyata ayah begitu bersemangat untuk pergi ke kota di mana keluarga putri salju tinggal. Tidak peduli dengan jarak yang jauh meski harus menyebrangi lautan dan melewati satu pulau. Ayah tetap pergi membawa harapan dan impianku. Waktu itu ucapan terima kasih terus bergema dalam hati, untuk ayah dan umi yang telah meminang untukku seorang bidadari. Sempat menyelinap dalam hati rasa takut yang berlebihan ketika ayah dan umi harus menempuh jarak yang jauh itu. Tapi semuanya kembali lenyap ketika umi mengabarkan bahwa ayah dan umi sudah sampai di pulau impian.

Tidak berhenti sampai di situ, tiba-tiba denyut jantung terasa bergerak lebih kencang. Rasa gugup dan hati yang berdebar-debar membuat waktu  seakan bergerak sangat lambat. Aku ingin segera mengakhiri semua kegiatan hari itu, dan duduk di rumah menanti kabar indah dari umi. Ah.. akan ku ingat selalu hari itu, hari indah ketika ayah dan umi mengatakan bahwa proses lamaran berjalan lancar. Sujud syukur pun tak bisa kuelakkan setelah tahu bahwa pinangan ayah disambut baik oleh keluarga sang putri salju. Terima kasih ya Rabb.. cinta dan kasih-Mu begitu indah kurasakan. Kini semuanya terasa lebih tenang ketika jalan hidup dan ruas-ruas takdir satu persatu terbuka oleh lantunan doa. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Putri salju, tanggal 16 Mei 2014 menjadi awal anak tangga menuju masa depan kita. Saat dua keluarga yang tidak saling mengenal kemudian Allah pertemukan dalam ikatan tali silaturahim yang indah. Saat pertama kali aku memanggil sang ratu dengan panggilan umi. Meski rasa malu masih ada di antara kelopak mata, tapi aku bahagia bisa mengenal sosok wanita sederhana yang suatu saat nanti dan untuk seterurnya akan kupanggil umi. Sosok bersahaja dengan mahkota bijaksananya yang tak pernah lepas. Semoga berkah dan kebaikan selalu tercurah untuk ibu bapak kita, dan diakhir waktu nanti hadih terindah itupun bisa kita berikan untuk mereka. Sebuah mahkota indah yang yang terbuat dari cahaya. Ini mimpimu bukan? Mimpi yang juga kini lekat tertulis dalam benakku.

Dan waktu terus bergulir, rangkaian kisah tentang kita masih indah untuk ku tulis dan ku ceritakan. Saat kita terdiam memasrahkan semuanya pada takdir yang sudah Allah tentukan, sejak saat itu kita terjebak dan hanyut dalam alur cerita yang panjang, hanya kita sendiri yang mampu menghentikannya. Tapi keadaanku masih seperti dulu, masih sama ketika aku merasakan sendunya jatuh cinta. Saat rasa takut membuatku merahasiakan semua yang ku rasakan, membiarkan rindu terus mengalun bergerak mengirama menyusuri ruang-ruang jiwa yang terikat sepi. Meski waktu yang kita nanti tinggal menghitung hari tapi rindu tidak pernah berhenti berbunga. Ketika sendiri, aku selalu tersenyum mengingat perjalanan hidup yang tak bisa diterka. Saat kita menyembunyikan apa yang kita rasakan. Saling menyapa dalam diam dan doa menjadi perantara paling indah untuk saling menjaga perasaan masing-masing.

Saat ini keadaan itu menjadi lebih syahdu, saat aku sendiri mencoba mengumpulkan putik rindu dalam hitungan detik, ia belum menjelma bunga namun sudah tebarkan wangi gundah. Kita mengerti tiga purnama bukan waktu yang lama, sabarkan hati dalam menanti biarkan rindu itu berbunga lebat dan harumnya membuat kita larut dalam muara ibadah. Karena rindu tak pernah reda ketika ia mendendam coba lirihkannya di sepertiga malam sampai waktu itu tiba di antara iringan doa yang tumpah ruah. Rasa cemas kita yang mulai menganak rimba, akan layu oleh perasangka indah pada karunia-Nya yang senantiasa tercurah. Saat semesta mengalungkan doa pada leher kita, saat ucapan selamat bertabur jatuh seperti daun autumn, apa yang kita impikan nyata bukan sekedar kisah. Iya! Di sana ada cinta yang halal, cinta yang membuat kita tenang ketika mengucapkannya cinta yang mengusir duka dan lelah.

Kau tahu putri salju? Syair-syair itu tercipta saat aku memikirkanmu ketika aku rasakan hadirmu di sini bukan hanya sekedar bayang semata. Ini tentangmu. Iya, kau adalah pilihan terindah dalam hidupku, dan aku harus memperjuangkannya. Meski kadang awan hitam mencoba mengusik kembali, mengikatku dalam sikap rendah diri dan mencoba mengaburkanku agar ragu pada takdir. Namun semua pupus, lenyap seperti debu saat kau ingatkan aku kembali tentang karunia-Nya yang begitu besar. Saat kau katakan bahwa Allah sesuai dengan persangkaan hamba-Nya. Dan Allah pasti mudahkan setiap niat baik, apalagi untuk memuliakan sunah Rasul-Nya. Iya, aku yakin Allah pasti akan membuka jalan untuk kita. Karena ingin kita bersatunya cinta yang sudah lama kita pendam bisa lebih mengagungkan-Nya. 

Putri salju, sampaikan salam takzimku pada sang ratu, sosok ibu yang telah mengajari kita banyak hal. Dari nasihatnya tersirat isyarat indah, jika hakikatnya Allah lah yang menghadirkan cinta dalam hati manusia, saat cinta membuat jiwa kita lemah sudah semestinya kita serahkan pada Zat yang telah menitipkannya. Cinta dalam hati kita saat ini adalah amanah, biarkan ia berjalan sendiri pada tempat yang semestinya, doa yang akan menuntunnya hingga ia sampai pada Zat yang telah menciptakannya. Karena tidak benar orang yang mengaku telah mencintai Allah, tapi ia tidak menjaga batas-batas hukum Allah. Seperti inilah yang disampaikan oleh seorang ulama karismatik, Yahya bin Muadz.

Aku bersyukur dengan setiap kucuran nikmat  yang tak henti, saat semua yang mustahil tampak jelas berwujud didepan mata. Tidak ada jalan lain bagiku kecuali mengagungkan-Nya. Kau tahu Putri Salju? Dulu aku hanya bisa membayangkan semua ini dalam setiap cerita yang ku tulis. Menghadirkanmu dalam setiap hurufnya yang terangkai menjadi harap dan doa. Dari penantian yang panjang Allah memberikan kejutan yang begitu indah. Kau adalah jawaban dari setiap doa yang selama ini aku panjatkan. Allah menghadirkanmu di saat aku benar-benar siap untuk memulai hidup yang baru, kau datang untuk merubah dan menguatkan pengabdianku pada-Nya. Atau mungkin Allah melihatku mulai lelah memohon lalu Dia mengirimmu untuk mengingatkanku agar tetap kuat dan istiqamah dijalan-Nya. Saat aku menghindar dari cinta, aku yakin Allah akan menghadirkan cinta yang lebih indah, dan dari setiap pertanyaan yang selama ini kulontarkan, kaulah jawabannya.

Zagazig, 18/06/2014




Minggu, 15 Juni 2014

Putri Salju #26



Putri salju, kemarin kita adalah dua sosok yang tidak pernah saling mengenal, tidak pernah saling melihat, saling menyapa hanya dalam dunia kecil di antara layar-layar putih membentuk awan memenuhi langit maya kita. Mulai saat itu aku mulai mengerti jika rindu tidak mengenal jarak dan waktu, dan cinta hadir tanpa pernah bisa kita rencanakan. Ia datang begitu saja mengisi ruang-ruang hati yang tak mampu lagi ku tutup. Ketika aku menyimpan setiap keping  rindu ternyata kau pun mengikatnya dan menyembunyikannya dalam setiap isyarat senyummu. Cinta saat itu masih malu untuk ku sebutkan, juga sampai saat ini cinta masih menjadi kata sakral yang tidak bisa diucapkan begitu saja.

Iya, akan kutunggu saat itu. Saat cinta bukan hanya sekedar kata juga bukan hanya sekedar ikrar semata. Cinta, saat itu maknanya menjelma  rapalan-rapan indah keluar dari mulut yang kelu mengucap perjanjian suci yang disaksikan oleh dua sosok yang penuh bijak sana dalam hidup kita. Kedua sosok itu adalah ayah kita yang luar biasa. Juga akan disaksikan oleh para penduduk langit dan dicatat oleh para malaikat yang melihat, mereka menyaksikan ketika tuhan kita menyingkap yang haram menjadi halal. Saat indah itupun menjelma jua kau dan aku satu dalam singgasana indah pernikahan.

Putri salju, saat itu hadirmu bukan hanya amanah agung dari ayahmu. Tapi setelah ikrar suci itu terucap kau menjadi tanggung jawabku sepenuhnya. Tuhan kita  turut menyaksikan dan kepada-Nya semua peristiwa indah ini akan ku pertanggung jawabkan. Ya Rabb, betapa besar amanah ini, berlinang air mata ketika mengenang setiap sudut kenaifan diri. Namun resah itu kembali luluh ketika Engkau tunjukan kami tentang hakikat cinta yang sebenarnya, dan melalui sabda agung Nabi-Mu Engkau ajari kami tentang cinta yang membawa mawaddah.

Kau tahu putri salju? Ternyata cinta tidak hanya selalu menegur kelengahan pemiliknya. Ia tidak hanya mampu menyingkap tabir yang tertutup lalu menyatukan dua insan yang berbeda. Lebih dari itu cinta memiliki banyak makna indah, seperti yang selalu diceritakan dalam kisah masa lalu bahwa salah satu wujud cinta adalah menjaga dan memelihara. Cinta memelihara kesetiaan cinta juga menjaga kita untuk tidak berlaku durhaka. Karena sudah semestinya cinta membawa kita pada ketaatan. Saat mengucapkannya berbuah pahala dan memendamnya hingga ia berbuah rindu bisa bernilai ibadah, ini cinta yang indah cinta yang ada hanya setelah kita terikat dalam ikatan suci pernikahan, sunah yang diajarkan oleh Rasul kita. Dan saat itu, ganjaran merindumu akan menjelma taman-taman indah lebih indah dari taman yang ada di sisi kastil Hercules. Semoga Allah memberkahi karena kita menikah untuk meneladani sunah Rasulal-Nya, maka Allah akan menghadiahi surga sebelum surga.

Saat ini, ketika aku terbangun dari tidurku, syukur selalu terucap dari relung hati yang meluap-luap oleh rasa bahagia. Jiwa yang kemarin terhimpit oleh sepi, kini di setiap pagi ia selalu berbinar bergerak sendiri mengumpulkan setiap pecahan kata-katamu yang kau tuliskan malam tadi. Agar aku benar-benar yakin bahwa apa yang aku alami saat ini bukanlah mimpi. "Kau yang istimewa, tentangmu lebih dari apa yang ku tulis selama ini. Jika masa itu tiba, syukur bertabur lebih indah dari bunga Zierkirsche" sya'ir ini ku tulis setelah aku tahu jika kau bukan hanya sekedar mimpi, tapi kau ada dan selalu terlintas dalam benakku. Aku semakin tahu, jika cinta ternyata mampu menghubungkan yang jauh menjadi dekat. Dekat seperti degup jantung yang selalu berdenyut, meski kita berada di dua benua yang berbeda. Antara Eropa dan Afrika, namun cinta tak mengenal itu semua. Tidak salah jika salah seorang penyari Arab pernah berkata:

"Wahai orang yang bersemayam dalam diri dan rongga dadaku, meskipun rumahnya jauh dariku. Kasihanilah orang yang jatuh cinta tergila-gila kepadamu; jika tidak kau hubungi dia, niscaya akan hancur berkeping-kepinglah dirinya. Dia tak mampu sadar dari kecintaannya; Setiap kali mereka menghalanginya darimu, tercabik-cabiklah semua tirai yang menghalanginya"

Dan ketika aku terdiam sendiri berusaha menghitung-hitung rangkaian nikmat yang Allah kucurkan laksana air, membasuh keluh kesah menggantinya dengan karunia yang tak pernah diduga. Meski kalimat syukur selalu terucap berusaha mengimbangi gemuruh hati yang larut dalam gelombang kebahagiaan. Ternyata aku tak mampu menyelesaikan hitunganku sendiri. Setiap kali aku berhenti pada nikmat yang satu ternyata karunia Allah masih berbaris panjang hingga ujung mata memandang. "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" Ya Rabb, dekap aku agar aku tak pernah lupa untuk menjadi hamba-Mu yang selalu bersyukur.

Putri salju, bagiku kau adalah karunia teragung yang Allah hadirkan dipersimpangan jalan hidupku. Hadiah terindah yang Allah berikan sebagai teman hidup untuk bisa lebih mencintai-Nya. Jalan ini tak lagi sunyi, mendung yang dulu kini berubah pelangi. Aku ingin kita selalu ingat bahwa pertemuan kita bukan hanya sekedar penyatuan dua jiwa. Tetapi lebih pada melengkapi sebuah perjuangan hidup karena agama. Di sisimu aku semakin yakin jika surga menjadi lebih dekat dengan kita. Maaf, jika aku membuatmu tersipu malu, karena seperti inilah ketika hati berbicara. Aku yang bukan siapa-siapa, hanya sosok yang terlalu biasa bisa dipertemukan dengan sosok indah dan luar biasa sepertimu.

Putri salju, untuk saat ini berhentilah menari-nari dalam benaku, berhenti sebentar saja. Aku ingin mengajakmu kembali melihat rangkaian rindu yang kita sembunyikan begitu lama. Sampai ia menjadi sebuah kisah sendu dua manusia yang jatuh cinta namun mereka tidak pernah berkata, membiarkan setiap cerita itu menumpuk dan menjadi manuskrip yang kita simpan erat dalam hati masing-masing. Saat itu aku masih menyebutmu hening, sehening salju ketika ia turun menyapa resah dan semakin membuat beku bongkahan gundah. Saat aku masih memanggilmu bidadari bergaun putih, dengan setiap pertanyaanmu yang membuat aku semakin ingin tahu tentang dirimu. Padahal hanya sekilas aku melihat senyummu dalam sebuah potret yang tanpa sengaja kau jatuhkan dibawah langit mayamu.

Waktu, rasanya ingin ku tarik kembali. Paparkan semua yang terjadi dalam setiap langkah yang membekas dalam lukisan tapak yang sudah mengeras namun bisa kembali terhapus oleh tiupan angin. Ketika aku melihatmu dalam setiap gerak pohon kurma, dan kota Zagazig benar-benar telah menjadi saksi atas setiap kegundahanku yang begitu dalam. Rasa gundah yang membuat aku takut dengan lika-liku dan rahasia takdir, rasa gundah yang membuat aku khawatir dengan rasa  cinta yang semakin hari semakin besar terasa. Namun gundah yang tergambar  dalam bekas langkah kaki diatas pasir itu akhirnya terhapus juga. Jalan ini semakin terang dan hadirmu benar-benar nyata, terasa dalam setiap tarikan nafas, terasa dalam denyutan nadi yang tak pernah berhenti. Dan aku bahagia karena kau tetap ada dalam setiap tutur kata dan doa.

Apa yang terjadi pada hari ini membuat aku semakin yakin jika Allah begitu dekat dengan hamba-Nya. Dia menjawab perasaan setiap hamba-Nya. Mengijabah setiap doa yang tumpah ruah dari dalam hati yang benar-benar memohon dan mengharap. Sejenak aku malu melihat wajahku sendiri di depan cermin dengan rautnya yang naif menyembunyikan rasa tidak percaya atas karunia yang nyata ini. Karena apa yang kita alami ini laksana mimpi, seperti yang pernah kau katakan: "Benarkan hari yang indah itu akan segera datang? Ketika doa-doa yang dipanjatkan oleh sang hamba yang mengharap belas kasih Tuhan-nya lalu kini setiap doa itu Ia kabulkan? Seakan aku pun tak bisa mempercayai bahwa “hari itu” akan segera datang. Ketika yang haram berubah menjadi halal".

"Ya Mujiib" Kita lupa bahwa Zat yang Maha Mengabulkan sering kita panggil dengan nama indah ini. "Ya Mujiib"..  putri salju, dari mu aku belajar mengeja salah satu nama di antara nama-nama yang paling baik ini. 'Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi'. Jika malam ini kita terbangun, dari hati yang paling dalam mari kita panggil Zat yang Maha Agung itu dengan nama-nama-Nya yang paling baik dan indah. Ya Mujiib, ya Rahman, ya Rahiim, ya Wahhaab, ya Razaaq. Luahkan setiap resah dan harap kita pada-Nya agar apa yang kita rasakan tak sia-sia. Bukankah kita ingin kenal kita menambah dekat pada-Nya, dan bersatunya kita akan membuat kita semakin setia perintah-Nya.

Zagazig, 10/06/2014

Senin, 02 Juni 2014

Putri Salju #25



Putri salju, malam ini aku merasa begitu rapuh, tiba-tiba ketakutan untuk menyusuri suaratan takdir  menutupi setiap jalan nafasku. Gelap, hitam, aku dihadapkan pada jalan buntu yang sepi. Aku benar-benar lupa bahwa apa yang aku jalani saat ini sudah ada yang mengaturnya. Seharusnya tidak perlu ada yang kutakuti, juga tidak perlu ada yang ku resahkan, tapi entahlah kali ini cinta seperti lupa untuk menegur segala kelengahan yang ada dalam diri. Aku terperosok dalam kekhawatiranku sendiri, aku tenggelam dalam kebodohanku yang semakin menjadi. Bodoh, karena aku merasa aku bisa membaca semua jalan hidupku. Padahal tidak ada satupun daun yang jatuh kecuali Allah sudah Menuliskannya. Saat ini aku ingin benar-benar berhenti bermimpi dan kembali pada tempatku yang semestinya. Aku sudah lelah berlari mengejar segala keajaiban yang kau lukiskan. Aku ingin tetap di sini dalam pelukan sungai Nil yang menenangkan.

Sejak dulu rindu itu sudah ku letakan pada setiap gugusan doa, itu yang bisa ku lakukan agar aku tidak salah ketika harus menyandarkan harapan. Tapi apa yang kurasa saat ini lebih dari sekedar keajaiban, aku lebih memilih untuk tetap tenggelam dalam rasa syahdu rindu yang menderu. Keajaiban yang belum pernah kurasakan sebelumnya, meski kadang sakit tapi aku tetap rela tenggelam dalam samudra rindu. Sampai Allah memperlihatkan keindahan itu, saat aku dan kau dipertemukan dalam takdir-Nya. Ya Allah.. ini doaku.. Apa mungkin malam inipun kau berdoa seperti doaku.

Tentang doa, sepertinya baru kemarin kita bercerita tentang doa, ia tidak hanya hebat tapi juga indah. Adanya mendekatkan yang jauh mekarkan cinta di antara dua hati yang malu. Malu, karena takut cinta yang tumbuh dalam hati akan menyaingi cinta untuk-Nya. Malu, karena rindu saat ini seharusnya tidak mekar apa lagi sampai harus berbunga lebat. Dan doa memang sebaik-baik tempat untuk menenangkan hati ketika jiwa melangkah menndekatimu lalu tiba-tiba berpuisi sendiri dalam  sepi.

Putri salju doa itu ternyata menghapus rasa khawatir yang terlalu, ketika aku terdiam sendiri menyusuri jalan ini dengan menanggung segenap mimpi tentangmu. Aku tahu Allah melihatku dan mendengar setiap jerit hati yang kupendam sendiri. Dalam diam hati ini selalu berbisik tentangmu. Mungkin karena aku hanya mengenalmu dari jauh, dengan doa aku menyapamu, dengan rindu aku melihatmu, karena itu rasanya tidak mungkin jika aku harus melupakan doa dan menanggalkan rindu yang selama ini kujaga. Rindu yang sudah terhampar seperti permadani hijau yang membuatku tentram meski harus terkurung lama didalamnya. Lalu darimu aku belajar untuk siapa sebenarnya rindu ini harus kulabuhkan? Waktu itu kau sempat berkata: "semoga kenal kita membuat kita dekat dengan-Nya" ini mungkin salah satu alasan yang kusembunyikan kenapa aku harus jatuh cinta.

Dan akhirnya perasaan ini juga yang mengajariku untuk tidak mengalah pada rasa takut atau tunduk pada rasa khawatir yang membuatku bimbang dalam melangkah. Allah akan memberikan yang terbaik selama kita berperasangka baik pada-Nya. Saat ini jalan ini mungkin akan selalu terasa sunyi, sampai takdir ini benar-benar bisa mewujudkan setiap gugusan mimpi yang selalu bersinar di permulaan malamku sampai garis merah fajar pagi kembali mengartikan tentang rindu yang selalu bergetar. Iya, karena rindu adalah kegoncangan hati untuk menemui yang dicintainya, dan kerinduan bergantung pada dalam cintanya. Seperti ini Al-Junaid menggambarkan tentang rindu. Rindu  yang bernafas di antara denyut cinta yang memannggil sebuah nama, hidup dan mekar seperti bunga-bunga musim semi yang dulu pernah kau tunjukan potretnya. Iya, seperti bunga lonceng salju atau bunga  Krokusse ungu yang sudah bergantung pada musim semi.

Putri salju, kota Giessen akan semakin mengagumimu, meski tahun ini salju tidak turun seindah tahun lalu tapi kota itu tetap menyimpulkan senyum menawan. Ia melirik kearahmu memandangi hijabmu yang selalu berkibar menambatkan rasa tenang dalam relung jiwanya yang sudah termakan usia. Ia selalu menunjukan wajah bahagianya, karena tidak perlu menunggu lama sosok yang membuatnya semakin berharga. Karena aku tahu kau mencintai kota itu, dan kota kecil itupun begitu mencintaimu. Jika kau sempat, ceritakanlah padanya tentang kekuatan doa. Karena doa bukan hanya sekedar rayuan pada tuhan yang membuahkan keajaiban. Bukan hanya sekedar kata yang akan membuat langitmu semakin terang. Bukan juga hanya sekedar ratapan ditengah malam yang membuat para malaikat menangis mendengarnya. Lebih dari itu doa adalah pusaka setiap muslim wasilah bagi mereka untuk bercengkrama langsung dengan tuhannya. Ini yang aku rasakan, ketika aku menemukan kekuatan setelah merenungi firmannya yang agung.

“Berdoalah kepada Tuhan kalian dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kalian membuat kerusakan di bumi, sesudah Allah memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan harap. Sungguh rahmat Allah itu amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS Al-A’raf: 55-56).

Zagazig, 02/06/2014

Jumat, 25 April 2014

Fatwa Dr. Yusuf Qardhawi 'SEPUTAR MASALAH PENCANGKOKAN ORGAN TUBUH'

PENGANTAR

Fatwa ini saya tulis sejak  lama  sebagai  jawaban  terhadap beberapa   pertanyaan  seputar  masalah  pencangkokan  organ tubuh.

Masalah  ini  merupakan  masalah  ijtihadiyah  yang  terbuka kemungkinan  untuk  didiskusikan, seperti halnya semua hasil ijtihad  atau  pemikiran   manusia,   khususnya   menyangkut masalah-masalah  kontemporer  yang belum pernah dibahas oleh para ulama terdahulu.

Dalam kaitan ini, tidak seorang pun ahli  fiqih  yang  dapat mengklaim  bahwa  pendapatnyalah  yang  benar secara mutlak. Paling-paling ia hanya  boleh  mengatakan  sebagaimana  yang dikatakan   Imam   Syafi'i,  "Pendapatku  benar  tetapi  ada kemungkinan salah, dan pendapat orang lain salah tetapi  ada kemungkinan benar."

Karena itu saya menganggap aneh terhadap kesalahpahaman yang muncul akhir-akhir ini yang menentang  seorang  juru  dakwah yang  agung,  Syekh  Muhammad Mutawalli asy-Sya'rawi, karena beliau memfatwakan tidak bolehnya pencangkokan  organ  tubuh dengan didasarkan atas pemikiran beliau.

Sebenarnya  Syekh  Sya'rawi --mudah-mudahan Allah melindungi beliau-- tidak  menulis  fatwa  tersebut  secara  bebas  dan detail.  Beliau  hanya  mengatakannya dalam suatu mata acara televisi, ketika menjawab pertanyaan  yang  diajukan.  Dalam acara-acara  seperti  itu  sering  muncul  pertanyaan secara tiba-tiba, dan jawabannya pun bersifat sepintas  lalu,  yang tidak  dapat  dijadikan  acuan  pokok  sebagai  pendapat dan pandangan  ulama   dalam   persoalan-persoalan   besar   dan masalah-masalah  yang  sukar.  Yang dapat dijadikan pegangan dalam hal ini adalah pendapat  yang  tertuang  dalam  bentuk tulisan,  karena  pendapat dalam bentuk tulisan mencerminkan pemikiran yang akurat  dari  orang  yang  bersangkutan,  dan tidak ada kesamaran padanya.

Namun  demikian,  setiap  orang  boleh  diterima dan ditolak perkataannya, kecuali Nabi saw. Sedangkan seorang  mujtahid, apabila  benar  pendapatnya  maka  dia  akan mendapatkan dua pahala; dan jika keliru maka diampuni  kesalahannya,  bahkan masih mendapatkan satu pahala.

Wa  billahit  taufiq,  dan  kepada-Nya-lah tujuan perjalanan hidup ini.

Pertanyaan:

Bolehkah seorang muslim mendonorkan sebagian organ  tubuhnya sewaktu  dia hidup untuk dicangkokkan pada tubuh orang lain? Kalau boleh, apakah kebolehannya itu bersifat mutlak ataukah terikat    dengan    syarat-syarat    tertentu?    Dan   apa syarat-syaratnya itu?

Jika mendonorkan organ tubuh itu diperbolehkan,  maka  untuk siapa saja donor itu? Apakah hanya untuk kerabat, atau hanya untuk orang muslim, ataukah boleh untuk sembarang orang?

Apabila  mendermakan  atau  mendonorkan  organ   tubuh   itu diperbolehkan, apakah boleh memperjualbelikannya?

Bolehkah  mendonorkan  organ  tubuh setelah meninggal dunia? Apakah hal ini tidak bertentangan dengan  keharusan  menjaga kehormatan mayit?

Apakah  mendonorkan  itu  merupakan  hak  orang bersangkutan (yang  punya   tubuh   itu)   saja?   Bolehkah   keluarganya mendonorkan organ tubuh si mati?

Bolehkah  negara  mengambil  sebagian organ tubuh orang yang kecelakaan misalnya, untuk menolong orang lain?

Bolehkah mencangkokkan organ tubuh orang nonmuslim ke  tubuh orang muslim?

Bolehkah   mencangkokkan  organ  tubuh  binatang  --termasuk binatang itu najis, seperti babi misalnya-- ke tubuh seorang muslim?

Itulah  sejumlah  pertanyaan  yang  dihadapkan  kepada fiqih Islam dan  tokoh-tokohnya  beserta  lembaga-lembaganya  pada masa sekarang.

Semua  itu  memerlukan  jawaban, apakah diperbolehkan secara mutlak,  apakah  dilarang  secara  mutlak,  ataukah   dengan perincian?

Baiklah  saya  akan mencoba menjawabnya, mudah-mudahan Allah memberi pertolongan dan taufiq-Nya.

Jawaban:

BOLEHKAH ORANG MUSLIM MENDERMAKAN ORGAN TUBUHNYA KETIKA  DIA MASIH HIDUP?

Ada   yang   mengatakan   bahwa  diperbolehkannya  seseorang mendermakan  atau  mendonorkan  sesuatu  ialah  apabila  itu miliknya.  Maka,  apakah  seseorang  itu  memiliki  tubuhnya sendiri  sehingga  ia  dapat   mempergunakannya   sekehendak hatinya,  misalnya dengan mendonorkannya atau lainnya? Atau, apakah tubuh itu merupakan titipan  dari  Allah  yang  tidak boleh  ia  pergunakan  kecuali  dengan izin-Nya? Sebagaimana seseorang tidak boleh memperlakukan  tubuhnya  dengan  semau sendiri  pada  waktu  dia  hidup  dengan  melenyapkannya dan membunuhnya  (bunuh  diri),  maka  dia  juga   tidak   boleh mempergunakan  sebagian  tubuhnya jika sekiranya menimbulkan mudarat buat dirinya.

Namun demikian, perlu  diperhatikan  disini  bahwa  meskipun tubuh  merupakan  titipan  dari Allah, tetapi manusia diberi wewenang   untuk    memanfaatkan    dan    mempergunakannya, sebagaimana   harta.   Harta  pada  hakikatnya  milik  Allah sebagaimana  diisyaratkan  oleh  Al-Qur'an,  misalnya  dalam firman Allah:

"... dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu ..." (an-Nur: 33)

Akan tetapi, Allah memberi  wewenang  kepada  manusia  untuk memilikinya dan membelanjakan harta itu.

Sebagaimana  manusia  boleh  mendermakan  sebagian  hartanya untuk  kepentingan  orang  lain  yang  membutuhkannya,  maka diperkenankan  juga  seseorang mendermakan sebagian tubuhnya untuk orang lain yang memerlukannya.

Hanya perbedaannya adalah  bahwa  manusia  adakalanya  boleh mendermakan  atau membelanjakan seluruh hartanya, tetapi dia tidak boleh mendermakan seluruh anggota badannya. Bahkan  ia tidak boleh mendermakan dirinya (mengorbankan dirinya) untuk menyelamatkan orang sakit dari  kematian,  dari  penderitaan yang sangat, atau dari kehidupan yang sengsara.

Apabila  seorang  muslim  dibenarkan  menceburkan dirinya ke laut untuk menyelamatkan orang yang tenggelam, atau masuk ke tengah-tengah  jilatan  api untuk memadamkan kebakaran, maka mengapakah tidak diperbolehkan seorang muslim mempertaruhkan sebagian    wujud   materiilnya   (organ   tubuhnya)   untuk kemaslahatan orang lain yang membutuhkannya?

Pada zaman sekarang kita melihat adanya  donor  darah,  yang merupakan   bagian  dari  tubuh  manusia,  telah  merata  di negara-negara kaum muslim tanpa ada seorang ulama  pun  yang mengingkarinya,  bahkan  mereka  menganjurkannya  atau  ikut serta menjadi donor. Maka ijma'  sukuti  (kesepakatan  ulama secara  diam-diam)  ini --menurut sebagian fatwa yang muncul mengenai masalah ini-- menunjukkan bahwa donor  darah  dapat diterima syara'.

Didalam  kaidah syar'iyah ditetapkan bahwa mudarat itu harus dihilangkan sedapat mungkin. Karena itulah kita disyariatkan untuk  menolong  orang yang dalam keadaan tertekan/terpaksa, menolong  orang  yang  terluka,  memberi  makan  orang  yang kelaparan,  melepaskan  tawanan, mengobati orang yang sakit, dan  menyelamatkan  orang  yang  menghadapi   bahaya,   baik mengenai jiwanya maupun lainnya.

Maka  tidak  diperkenankan seorang muslim yang melihat suatu dharar  (bencana,  bahaya)  yang  menimpa   seseorang   atau sekelompok  orang,  tetapi  dia tidak berusaha menghilangkan bahaya itu padahal dia mampu  menghilangkannya,  atau  tidak berusaha menghilangkannya menurut kemampuannya.

Karena   itu   saya  katakan  bahwa  berusaha  menghilangkan penderitaan  seorang  muslim  yang  menderita  gagal  ginjal misalnya,  dengan  mendonorkan  salah  satu  ginjalnya  yang sehat, maka tindakan demikian diperkenankan  syara',  bahkan terpuji  dan  berpahala bagi orang yang melakukannya. Karena dengan demikian berarti dia menyayangi orang yang  di  bumi, sehingga  dia  berhak  mendapatkan kasih sayang dari yang di langit.

Islam tidak membatasi sedekah pada harta semata-mata, bahkan Islam menganggap semua kebaikan (al-ma'ruf) sebagai sedekah. Maka mendermakan  sebagian  organ  tubuh  termasuk  kebaikan (sedekah).  Bahkan  tidak  diragukan  lagi, hal ini termasuk jenis sedekah yang paling tinggi dan  paling  utama,  karena tubuh  (anggota  tubuh)  itu  lebih  utama  daripada  harta, sedangkan seseorang mungkin saja menggunakan  seluruh  harta kekayaannya untuk menyelamatkan (mengobati) sebagian anggota tubuhnya.  Karena  itu,  mendermakan  sebagian  organ  tubuh karena Allah Ta'ala merupakan qurbah (pendekatan diri kepada Allah) yang paling utama dan sedekah yang paling mulia.

Kalau kita katakan orang hidup  boleh  mendonorkan  sebagian organ  tubuhnya,  maka  apakah kebolehan itu bersifat mutlak atau ada persyaratan tertentu?

Jawabannya,  bahwa  kebolehannya   itu   bersifat   muqayyad (bersyarat). Maka seseorang tidak boleh mendonorkan sebagian organ  tubuhnya  yang  justru   akan   menimbulkan   dharar, kemelaratan,   dan   kesengsaraan  bagi  dirinya  atau  bagi seseorang yang punya hak tetap atas dirinya.

Oleh sebab itu, tidak  diperkenankan  seseorang  mendonorkan organ  tubuh yang cuma satu-satunya dalam tubuhnya, misalnya hati atau jantung, karena  dia  tidak  mungkin  dapat  hidup tanpa   adanya   organ  tersebut;  dan  tidak  diperkenankan menghilangkan dharar  dari  orang  lain  dengan  menimbulkan dharar  pada  dirinya.  Maka kaidah syar'iyah yang berbunyi: "Dharar (bahaya,  kemelaratan,  kesengsaraan,  nestapa)  itu harus dihilangkan," dibatasi oleh kaidah lain yang berbunyi: "Dharar  itu  tidak  boleh  dihilangkan  dengan  menimbulkan dharar pula."

Para   ulama   ushul   menafsirkan  kaidah  tersebut  dengan pengertian:  tidak   boleh   menghilangkan   dharar   dengan menimbulkan   dharar   yang   sama  atau  yang  lebih  besar daripadanya.

Karena itu tidak boleh mendermakan organ tubuh bagian  luar, seperti  mata,  tangan,  dan  kaki. Karena yang demikian itu adalah menghilangkan dharar orang  lain  dengan  menimbulkan dharar  pada  diri  sendiri  yang  lebih besar, sebab dengan begitu dia mengabaikan kegunaan organ itu bagi  dirinya  dan menjadikan buruk rupanya.

Begitu pula halnya organ tubuh bagian dalam yang berpasangan tetapi salah satu dari pasangan  itu  tidak  berfungsi  atau sakit, maka organ ini dianggap seperti satu organ.

Hal  itu merupakan contoh bagi yang dharar-nya menimpa salahseorang yang mempunyai hak tetap terhadap penderma  (donor),seperti  hak  istri, anak, suami, atau orang yang berpiutang(mengutangkan sesuatu kepadanya).

Pada suatu hari pernah ada seorang  wanita  bertanya  kepada saya bahwa dia ingin mendonorkan salah satu ginjalnya kepada saudara     perempuannya,     tetapi     suaminya      tidak memperbolehkannya, apakah memang ini termasuk hak suaminya?

Saya  jawab  bahwa suami punya hak atas istrinya. Apabila ia (si istri) mendermakan salah satu  ginjalnya,  sudah  barang tentu  ia  harus  dioperasi  dan  masuk  rumah  sakit, serta memerlukan perawatan khusus.  Semua  itu  dapat  menghalangi sebagian  hak  suami  terhadap  istri,  belum  lagi ditambah dengan beban-beban lainnya. Oleh karena itu, seharusnya  hal itu dilakukan dengan izin dan kerelaan suami.

Disamping itu, mendonorkan organ tubuh hanya boleh dilakukan oleh orang dewasa dan berakal sehat. Dengan demikian,  tidak diperbolehkan  anak  kecil mendonorkan organ tubuhnya, sebab ia tidak tahu  persis  kepentingan  dirinya,  demikian  pula halnya orang gila.

Begitu  juga  seorang wali, ia tidak boleh mendonorkan organ tubuh anak kecil dan orang gila yang  dibawah  perwaliannya, disebabkan  keduanya  tidak  mengerti. Terhadap harta mereka saja wali tidak boleh mendermakannya,  lebih-lebih  jika  ia mendermakan  sesuatu  yang  lebih  tinggi  dan  lebih  mulia daripada harta, semisal organ tubuh.


MEMBERIKAN DONOR KEPADA ORANG NON-MUSLIM


Mendonorkan organ tubuh itu seperti menyedekahkan harta. Hal ini  boleh  dilakukan  terhadap  orang muslim dan nonmuslim, tetapi tidak boleh diberikan kepada orang kafir  harbi  yang memerangi  kaum  muslim.  Misalnya,  menurut  pendapat saya, orang kafir yang memerangi kaum muslim lewat perang  pikiran dan yang berusaha merusak Islam.

Demikian  pula  tidak  diperbolehkan mendonorkan organ tubuh kepada  orang  murtad  yang   keluar   dari   Islam   secara terang-terangan.   Karena  menurut  pandangan  Islam,  orang murtad berarti telah mengkhianati agama dan umatnya sehingga ia  berhak  dihukum bunuh. Maka bagaimana kita akan menolong orang seperti ini untuk hidup?

Apabila ada dua orang yang membutuhkan bantuan  donor,  yang satu  muslim  dan  satunya  lagi nonmuslim, maka yang muslim itulah yang harus diutamakan. Allah berfirman:

"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong  bagi sebagian yanglain ..." (atTaubah: 71)

Bahkan seorang  muslim  yang  saleh  dan  komitmen  terhadap agamanya lebih utama untuk diberi donor daripada orang fasik yang mengabaikan kewajiban-kewajibannya kepada Allah. Karena dengan  hidup  dan sehatnya muslim yang saleh itu berarti si pemberi donor telah membantunya  melakukan  ketaatan  kepada Allah  dan memberikan manfaat kepada sesama makhluk-Nya. Hal ini  berbeda  dengan   ahli   maksiat   yang   mempergunakan nikmat-nikmat  Allah  hanya  untuk bermaksiat kepada-Nya dan menimbulkan mudarat kepada orang lain.

Apabila si muslim itu kerabat atau tetangga si  donor,  maka dia  lebih  utama  daripada yang lain, karena tetangga punya hak yang kuat dan kerabat punya hak yang  lebih  kuat  lagi, sebagaimana firman Allah:

"... Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di dalam kitab Allah ..." (al-Anfal: 75)

Juga diperbolehkan seorang muslim mendonorkan organ tubuhnya kepada   orang   tertentu,   sebagaimana   ia   juga   boleh mendermakannya kepada suatu yayasan seperti bank yang khusus menangani  masalah  ini  (seperti bank mata dan sebagiannya; Penj.), yang merawat dan memelihara  organ  tersebut  dengan caranya  sendiri,  sehingga sewaktu-waktu dapat dipergunakan apabila diperlukan.

TIDAK DIPERBOLEHKAN MENJUAL ORGAN TUBUH

Perlu   saya   ingatkan   disini   bahwa    pendapat    yang memperbolehkan   donor   organ   tubuh   itu  tidak  berarti
memperbolehkan memperjualbelikannya. Karena  jual  beli  itu --sebagaimana   dita'rifkan  fuqaha--  adalah  tukar-menukar harta secara suka rela, sedangkan tubuh  manusia  itu  bukan harta   yang   dapat  dipertukarkan  dan  ditawar-menawarkan sehingga organ tubuh manusia menjadi objek  perdagangan  dan jual beli. Suatu peristiwa yang sangat disesalkan terjadi di beberapa daerah miskin, di sana terdapat  pasar  yang  mirip dengan  pasar  budak.  Di  situ diperjualbelikan organ tubuh orang-orang miskin dan orang-orang  lemah  --untuk  konsumsi orang-orang  kaya--  yang  tidak  lepas  dari  campur tangan "mafia  baru"  yang  bersaing  dengan  mafia  dalam  masalah minum-minuman keras, ganja, morfin, dan sebagainya.

Tetapi,  apabila  orang  yang memanfaatkan organ itu memberi sejumlah uang kepada donor  --tanpa  persyaratan  dan  tidak ditentukan   sebelumnya,   semata-mata  hibah,  hadiah,  dan pertolongan-- maka yang demikian itu hukumnya jaiz  (boleh), bahkan  terpuji dan termasuk akhlak yang mulia. Hal ini sama dengan pemberian orang yang  berutang  ketika  mengembalikan pinjaman    dengan    memberikan    tambahan    yang   tidak dipersyaratkan sebelumnya. Hal ini diperkenankan syara'  dan terpuji,  bahkan  Rasulullah saw. pernah melakukannya ketika beliau mengembalikan pinjaman (utang)  dengan  sesuatu  yang lebih baik daripada yang dipinjamnya seraya bersabda:

"Sesungguhnya sebaik-baik orang diantara kamu ialah yang lebih baik pembayaran utangnya." (HR Ahmad, Bukhari, Nasa'i, dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah)

BOLEHKAH MEWASIATKAN ORGAN TUBUH SETELAH MENINGGAL DUNIA?

Apabila seorang muslim  diperbolehkan  mendonorkan  sebagian organ  tubuhnya yang bermanfaat untuk orang lain serta tidak menimbulkan mudarat pada dirinya sendiri, maka bolehkah  dia berwasiat  untuk  mendonorkan  sebagian  organ  tubuhnya itu setelah dia meninggal dunia nanti?

Menurut pandangan saya, apabila seorang muslim diperbolehkan mendonorkan  organ tubuhnya pada waktu hidup, yang dalam hal ini mungkin saja akan  mendatangkan  kemelaratan  --meskipun kemungkinan   itu   kecil--   maka  tidaklah  terlarang  dia mewasiatkannya setelah meninggal  dunia  nanti.  Sebab  yang demikian  itu akan memberikan manfaat yang utuh kepada orang lain tanpa menimbulkan mudarat  (kemelaratan/  kesengsaraan) sedikit  pun  kepada dirinya, karena organ-organ tubuh orang yang meninggal  akan  lepas  berantakan  dan  dimakan  tanah beberapa  hari  setelah  dikubur. Apabila ia berwasiat untuk mendermakan organ tubuhnya itu dengan niat mendekatkan  diri dan mencari keridhaan Allah, maka ia akan mendapatkan pahala sesuai dengan niat dan amalnya. Dalam hal ini tidak ada satu pun  dalil syara' yang mengharamkannya, sedangkan hukum asal segala sesuatu adalah mubah, kecuali  jika  ada  dalil  yang sahih  dan  sharih (jelas) yang melarangnya. Dalam kasus ini dalil tersebut tidak dijumpai.

Umar r.a. pernah berkata kepada  sebagian  sahabat  mengenai beberapa  masalah,  "Itu adalah sesuatu yang bermanfaat bagi saudaramu  dan  tidak  memberikan  mudarat  kepada   dirimu, mengapa engkau hendak melarangnya?" Demikianlah kiranya yang dapat  dikatakan  kepada   orang   yang   melarang   masalah mewasiatkan organ tubuh ini.

Ada  yang  mengatakan bahwa hal ini menghilangkan kehormatan mayit  yang  sangat  dipelihara  oleh  syariat  Islam,  yang Rasulullah saw. sendiri pernah bersabda:

"Mematahkan tulang mayit itu seperti mematahkan tulang orang yang hidup."1

Saya tekankan disini bahwa  mengambil  sebagian  organ  dari tubuh  mayit  tidaklah  bertentangan dengan ketetapan syara' yang menyuruh menghormatinya.  Sebab  yang  dimaksud  dengan menghormati tubuh itu ialah menjaganya dan tidak merusaknya, sedangkan mengoperasinya (mengambil organ  yang  dibutuhkan) itu  dilakukan  seperti  mengoperasi orang yang hidup dengan penuh  perhatian  dan  penghormatan,  bukan  dengan  merusak kehormatan tubuhnya.

Sementara  itu,  hadits  tersebut hanya membicarakan masalah mematahkan tulang mayit, padahal pengambilan organ ini tidak mengenai tulang. Sesungguhnya yang dimaksud hadits itu ialah larangan  memotong-motong  tubuh  mayit,   merusaknya,   dan mengabaikannya  sebagaimana  yang  dilakukan  kaum  jahiliah dalam peperangan-peperangan --bahkan  sebagian  dari  mereka masih   terus  melakukannya  hingga  sekarang.  Itulah  yang diingkari dan tidak diridhai oleh Islam.

Selain itu, janganlah seseorang menolak dengan alasan  ulama salaf  tidak  pernah  melakukannya,  sedangkan  kebaikan itu ialah dengan mengikuti jejak langkah mereka.  Memang  benar, andaikata  mereka memerlukan hal itu dan mampu melakukannya, lantas mereka tidak mau melakukannya. Tetapi  banyak  sekali perkara  yang  kita  lakukan  sekarang ternyata belum pernah dilakukan oleh ulama salaf  karena  memang  belum  ada  pada zaman  mereka.  Sedangkan  fatwa  itu  sendiri dapat berubah sesuai dengan perubahan zaman, tempat, tradisi, dan kondisi, sebagaimana   ditetapkan   oleh   para   muhaqqiq.  Meskipun demikian,  dalam  hal  ini  terdapat  ketentuan  yang  harus dipenuhi  yaitu  tidak  boleh  mendermakan  atau mendonorkan seluruh tubuh atau sebagian banyak anggota  tubuh,  sehingga meniadakan hukum-hukum mayit bagi yang bersangkutan, seperti tentang     kewajiban      memandikannya,      mengafaninya, menshalatinya,  menguburnya  di  pekuburan  kaum muslim, dan sebagainya.

Mendonorkan  sebagian  organ   tubuh   sama   sekali   tidak menghilangkan semua itu secara meyakinkan.


BOLEHKAH  WALI  DAN  AHLI  WARIS  MENDONORKAN SEBAGIAN ORGAN TUBUH MAYIT?

Apabila seseorang sebelum meninggal diperkenankan  berwasiat untuk  mendonorkan sebagian organ tubuhnya, maka jika ia (si mayit) tidak berwasiat sebelumnya bolehkah bagi  ahli  waris dan walinya mendonorkan sebagian organ tubuhnya?

Ada  yang  mengatakan  bahwa  tubuh si mayit adalah milik si mayit itu sendiri, sehingga wali atau  ahli  warisnya  tidak diperbolehkan mempergunakan atau mendonorkannya.

Namun  begitu,  sebenarnya seseorang apabila telah meninggal dunia  maka  dia  tidak  dianggap  layak  memiliki  sesuatu. Sebagaimana  kepemilikan hartanya yang juga berpindah kepada ahli warisnya, maka mungkin dapat dikatakan bahwa  tubuh  si mayit  menjadi  hak  wali atau ahli warisnya. Dan boleh jadi syara'  melarang  mematahkan  tulang  mayit   atau   merusak tubuhnya  itu  karena hendak memelihara hak orang yang hidup melebihi hak orang yang telah mati.

Disamping itu, Pembuat Syariat telah memberikan  hak  kepada wali untuk menuntut hukum qishash atau memaafkan si pembunuh ketika  terjadi  pembunuhan  dengan   sengaja,   sebagaimana difirmankan oleh Allah:

"... Dan barangsiapa dibunuh secara zhalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan." (al-Isra': 33)

Sebagaimana halnya ahli waris mempunyai hak melakukan  hukum qishash  jika  mereka menghendaki, atau melakukan perdamaian dengan menuntut pembayaran diat, sedikit atau  banyak.  Atau memaafkannya  secara  mutlak  karena  Allah,  pemaafan  yang bersifat menyeluruh atau sebagian, seperti  yang  disinyalir oleh Allah dalam firmanNya:

"... Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang dlben maaf) membayar (diat) kepada yang memben maaf dengan cara yang baik (pula) ..." (al-Baqarah: 178)

Maka tidak menutup kemungkinan bahwa  mereka  mempunyai  hak mempergunakan  sebagian organ tubuhnya, yang sekiranya dapat memberi manfaat kepada orang lain dan tidak memberi  mudarat kepada si mayit. Bahkan mungkin dia mendapat pahala darinya, sesuai  kadar  manfaat  yang  diperoleh  orang  sakit   yang membutuhkannya  meskipun si mayit tidak berniat, sebagaimana seseorang yang hidup itu mendapat pahala  karena  tanamannya dimakan  oleh  orang  lain, burung, atau binatang lain, atau karena ditimpa musibah, kesedihan,  atau  terkena  gangguan, hingga  terkena  duri  sekalipun  ... Seperti juga halnya ia memperoleh manfaat  --setelah  meninggal  dunia--  dari  doa anaknya  khususnya dan doa kaum muslim umumnya, serta dengan sedekah mereka  untuknya.  Dan  telah  saya  sebutkan  bahwa sedekah  dengan  sebagian  anggota  tubuh  itu  lebih  besar pahalanya daripada sedekah dengan harta.

Oleh karena itu, saya berpendapat tidak terlarang bagi  ahli waris mendonorkan sebagian organ tubuh mayit yang dibutuhkan oleh  orang-orang  sakit  untuk  mengobati  mereka,  seperti ginjal, jantung, dan sebagainya, dengan niat sebagai sedekah dari si mayit, suatu sedekah yang berkesinambungan pahalanya selama  si  sakit  masih  memanfaatkan organ yang didonorkan itu.

Sebagian saudara di Qatar  menanyakan  kepada  saya  tentang mendermakan  sebagian  organ  tubuh  anak-anak  mereka  yang dilahirkan dengan menyandang suatu penyakit sehingga  mereka tidak  dapat  bertahan  hidup. Proses itu terjadi pada waktu mereka di rumah sakit, ketika anak-anak itu meninggal dunia. Sedangkan  beberapa  anak  lain  membutuhkan  sebagian organ tubuh  mereka   yang   sehat   --misalnya   ginjal--   untuk melanjutkan kehidupan mereka.

Saya  jawab  bahwa  yang  demikian itu diperbolehkan, bahkan mustahab, dan mereka akan mendapatkan pahala,  insya  Allah. Karena  yang  demikian  itu  menjadi  sebab terselamatkannya kehidupan beberapa orang anak dalam beberapa hari disebabkan kemauan  para  orang  tua untuk melakukan kebaikan yang akan mendapatkan pahala  dari  Allah.  Mudah-mudahan  Allah  akan mengganti  untuk mereka -- karena musibah yang menimpa itu-- melalui anak-anak mereka.

Hanya saja, para ahli waris tidak  boleh  mendonorkan  organ tubuh  si mayit jika si mayit sewaktu hidupnya berpesan agar organ tubuhnya tidak didonorkan, karena  yang  demikian  itu merupakan   haknya,  dan  wasiat  atau  pesannya  itu  wajib dilaksanakan selama bukan berisi maksiat.

BATAS HAK NEGARA MENGENAI PENGAMBILAN ORGAN TUBUH

Apabila kita memperbolehkan ahli waris dan para  wali  untuk mendonorkan  sebagian organ tubuh si mayit untuk kepentingan dan pengobatan orang yang masih hidup, maka bolehkah  negara membuat undang-undang yang memperbolehkan mengambil sebagian organ tubuh orang mati yang  tidak  diketahui  identitasnya, dan   tidak   diketahui   ahli   waris  dan  walinya,  untuk dimanfaatkan guna menyelamatkan orang lain, yang  sakit  dan yang terkena musibah?

Tidak   jauh   kemungkinannya,   bahwa   yang  demikian  itu diperbolehkan dalam batas-batas darurat, atau  karena  suatu kebutuhan yang tergolong dalam kategori darurat, berdasarkan dugaan kuat bahwa si mayit tidak mempunyai wali. Apabila dia mempunyai wali, maka wajib meminta izin kepadanya. Disamping itu, juga tidak didapati  indikasi  bahwa  sewaktu  hidupnya dulu   si   mayit   berwasiat   agar  organ  tubuhnya  tidak didonorkan.

MENCANGKOKKAN ORGAN TUBUH ORANG KAFIR KEPADA ORANG MUSLIM

Adapun mencangkokkan  organ  tubuh  orang  nonmuslim  kepada orang  muslim  tidak  terlarang,  karena organ tubuh manusia tidak diidentifikasi sebagai  Islam  atau  kafir,  ia  hanya merupakan  alat  bagi  manusia  yang  dipergunakannya sesuai dengan akidah dan pandangan hidupnya.  Apabila  suatu  organ tubuh dipindahkan dari orang kafir kepada orang muslim, maka ia menjadi bagian dari wujud si muslim itu dan menjadi  alat baginya  untuk  menjalankan  misi hidupnya, sebagaimana yang diperintahkan Allah Ta'ala. Hal ini sama dengan orang muslim yang  mengambil  senjata  orang  kafir  dan mempergunakannya untuk berperang fi sabilillah.

Bahkan kami katakan bahwa organ-organ di dalam  tubuh  orang kafir  itu adalah muslim (tunduk dan menyerah kepada Allah), selalu bertasbih  dan  bersujud  kepada  Allah  SWT,  sesuai dengan  pemahaman yang ditangkap dari Al-Qur'an bahwa segala sesuatu  yang  ada  di  langit  dan  di  bumi  itu  bersujud menyucikan Allah Ta'ala, hanya saja kita tidak mengerti cara mereka bertasbih.

Kalau begitu, maka yang benar adalah  bahwa  kekafiran  atau keislaman   seseorang   tidak   berpengaruh  terhadap  organ tubuhnya termasuk terhadap hatinya (organnya) sendiri,  yang oleh  Al-Qur'an  ada  yang diklasifikasikan sehat dan sakit, iman dan ragu, mati dan hidup. Padahal yang dimaksud  disini bukanlah  organ  yang  dapat diraba (ditangkap dengan indra) yang  termasuk  bidang  garap  dokter  spesialis  dan   ahli anatomi,  sebab  yang demikian itu tidak berbeda antara yang beriman dan yang kafir, serta  antara  yang  taat  dan  yang bermaksiat.  Tetapi  yang  dimaksud  dengannya  adalah makna ruhiyahnya yang dengannyalah manusia merasa,  berpikir,  dan memahami sesuatu, sebagaimana firman Allah:

"... lalu mereka mempunysi hati yang dengan itu mereka dapat memahami ..." (al-Hajj: 46)
    
"... mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) ..." (al-A'raf: 179)

Dan firman Allah:

"... sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis  ..." (at-Taubah: 28)

Kata najis dalam ayat tersebut  bukanlah  dimaksudkan  untuk najis indrawi yang berhubungan dengan badan, melainkan najis maknawi yang berhubungan dengan hati dan akal (pikiran).

Karena itu tidak terdapat larangan syara' bagi orang  muslim untuk memanfaatkan organ tubuh orang nonmuslim.

PENCANGKOKAN ORGAN BINATANG YANG NAJIS KE TUBUH ORANG MUSLIM

Adapun  pencangkokan  organ  binatang  yang  dihukumi  najis seperti babi misalnya, ke dalam  tubuh  orang  muslim,  maka pada  dasarnya  hal  itu tidak perlu dilakukan kecuali dalam kondisi  darurat.  Sedangkan  darurat   itu   bermacam-macam kondisi  dan  hukumnya  dengan  harus  mematuhi kaidah bahwa "segala sesuatu yang diperbolehkan karena darurat itu  harus diukur  menurut  kadar  kedaruratannya,"  dan pemanfaatannya harus melalui ketetapan dokter-dokter muslim yang tepercaya.

Mungkin  juga  ada  yang  mengatakan   disini   bahwa   yang diharamkan dari babi hanyalah memakan dagingnya, sebagaimana disebutkan   Al-Qur'an   dalam   empat    ayat,    sedangkan mencangkokkan sebagian organnya ke dalam tubuh manusia bukan berarti memakannya, melainkan hanya memanfaatkannya.  Selain itu,  Nabi saw. memperbolehkan memanfaatkan sebagian bangkai --yaitu   kulitnya--   padahal   bangkai   itu    diharamkan bersama-sama dengan pengharaman daging babi dalam Al-Qur'an. Maka apabila syara' memperkenankan memanfaatkan bangkai asal tidak    dimakan,    maka   arah   pembicaraan   ini   ialah diperbolehkannya memanfaatkan babi asalkan tidak dimakan.

Diriwayatkan dalam kitab sahih bahwa Rasulullah saw.  pernah melewati  bangkai seekor kambing, lalu para sahabat berkata, "Sesungguhnya  itu  bangkai  kambing   milik   bekas   budak Maimunah." Lalu beliau bersabda:

"Mengapa tidak kamu ambil kulitnya lalu kamu samak, lantas kamu manfaatkan?" Mereka menjawab,  "Sesungguhnya itu adalah bangkai." Beliau bersabda, "Sesungguhnya yang diharamkan itu hanyalah memakannya."2

Permasalahannya sekarang, sesungguhnya babi itu najis,  maka bagaimana akan diperbolehkan memasukkan benda najis ke dalam tubuh orang muslim?

Dalam hal ini saya akan menjawab: bahwa yang dilarang syara' ialah  mengenakan benda najis dari tubuh bagian luar, adapun yang  didalam  tubuh  maka   tidak   terdapat   dalil   yang melarangnya.  Sebab  bagian  dalam  tubuh manusia itu justru merupakan tempat benda-benda najis, seperti darah,  kencing, tinja,  dan  semua  kotoran;  dan  manusia  tetap  melakukan shalat, membaca Al-Qur'an, thawaf di Baitul Haram,  meskipun benda-benda  najis  itu  ada  di  dalam  perutnya  dan tidak membatalkannya sedikit pun, sebab tidak ada hubungan  antara hukum najis dengan apa yang ada didalam tubuh.

TIDAK BOLEH MENDONORKAN BUAH PELIR

Akhirnya  pembahasan ini merembet kepada pembicaraan seputar masalah pencangkokan buah pelir seseorang kepada orang lain. Apakah  hal itu diperbolehkan, dengan mengqiyaskannya kepada organ tubuh yang lain? Ataukah khusus untuk buah  pelir  ini tidak  diperkenankan  memindahkannya  dari  seseorang kepada orang lain?

Menurut  pendapat  saya,  memindahkan   buah   pelir   tidak diperbolehkan.  Para  ahli telah menetapkan bahwa buah pelir merupakan perbendaharaan yang  memindahkan  karakter  khusus seseorang  kepada  keturunannya,  dan  pencangkokan pelir ke dalam  tubuh  seseorang,  yakni   anak   keturunan   --lewat reproduksi--   akan   mewariskan   sifat-sifat   orang  yang mempunyai  buah  pelir  itu,  baik  warna  kulitnya,  postur tubuhnya,  tingkat  inteligensinya,  atau  sifat  jasmaniah, pemikiran, dan mental yang lain.

Hal ini dianggap semacam  percampuran  nasab  yang  dilarang oleh  syara'  dengan jalan apa pun. Karena itu diharamkannya perzinaan, adopsi dan pengakuan kepada  orang  lain  sebagai bapaknya,   dan   lainnya,   yang   menyebabkan   terjadinya percampuran keluarga atau kaum yang  tidak  termasuk  bagian dari  mereka.  Maka  tidaklah  dapat  diterima pendapat yang mengatakan bahwa buah pelir bila  dipindahkan  kepada  orang lain  berarti telah menjadi bagian dari badan orang tersebut dan mempunyai hukum seperti hukumnya dalam segala hal.

Demikian pula jika otak seseorang dapat  dipindahkan  kepada orang  lain,  maka  hal itu tidak diperbolehkan, karena akan menimbulkan percampuran dan kerusakan yang besar.

Wa billahit taufiq.