We Are With You

We Are With You
The help of Allah is always near

RELEIVE GAZA'S ORPHANS

RELEIVE GAZA'S ORPHANS
Mari kita bantu saudara kita!

Karyaku

Karyaku
Ya Allah Semoga Bisa Diterbitkan

Followers

Kisah Dalam Gambar Slideshow: Rama’s trip from القاهرة, مصر to 3 cities جدة, مكة المكرمة and الزقازيق was created by TripAdvisor. See another مصر slideshow. Create your own stunning slideshow with our free photo slideshow maker.

Sabtu, 25 Oktober 2014

Putri Salju #28



Satu bulan telah berlalu, saat mimpi yang terpendam benar-benar terjadi dan doa telah meluluhkan semua teka-teki takdir yang dulu seakan sulit untuk dipecahkan. Ini jawaban dari setiap kelemahan dan rasa takut yang sejatinya lahir dari hati yang merasa tak mampu. Tapi Dia Maha Segala, cinta dan kasih-Nya menjelma menjadi angin sejuk membuka jalan dari arah yang tak pernah diduga. Ini yang aku rasakan saat cinta membawaku untuk memilihmu. Saat pertama kali melihatmu, cinta juga yang meyakinkanku bahwa kau adalah pilihan terindah. Keyakinan yang membuat aku mengerti dan merasa pasti bahwa Allah telah memilihmu untuk menjadi penyempurna agama dan hidupku.
Saat kau menjelma pelangi dalam hati membawa kesejukan dan obati kegelisahan yang tak berujung. Aku semakin percaya jika kau adalah pilihan-Nya yang terindah, jawaban dari lirih doa istikharah cinta yang selalu ku panjatkan ketika resah mencoba mengaburkan langkah suci yang akan kutempuh. Dalam hati, tekad itu sudah bulat. Bismillah ya Rabb.. aku sudah siap menjemput bidadari pilihan-Mu.

14 Agustus 2014
08.00 WIB
Pagi ini waktu terasa berjalan sangat lambat, detiknya seakan enggan untuk mengikuti gerak hatiku yang ingin segera berada di bandara Soekarno-Hatta. Iya, tanggal 13 Agustus 2014 sosok bidadari yang selalu kupanggil dengan nama ‘Putri Salju’ akan segera kulihat rupa dan sosoknya. Degup jantung yang berdetak kencang kembali meyakinkanku bahwa sosok yang sudah memaku rindu itu bukan sekedar cerita yang selama ini selalu aku gambarkan dalam puisi saat senja memeluk erat sungai nil. Atau dalam prosa yang beriramakan rasa sendu ketika malam mengharuskan ku untuk menuliskan setiap paragraph yang berisikan lantunan doa, harapan, kegelisahan bercampur rasa takut mengalir bersama deru rindu dan rasa cinta yang tak bertuan membuat aku hampir kalah dan ragu akan takdir dan kuasa tuhan.

Sejak kemarin ayah dan umi dengan cinta dan sayangnya sudah mengejeku berkali-kali saat melihatku terdiam menekuni gerak angan yang membawaku terbang menuju bandara Frankfurt. “Sudah, sudah.. lamunan dan kegelisahanmu tidak akan mengubah waktu, detik akan tetap berjalan dengan lambat dan sosok yang kau lamunkan besok siang ia baru akan sampai di bandara Soekarno-Hatta”
Aku hanya tersenyum mendengar cemoohan penuh cinta dari ayah, dan mengelak bahwa aku tidak sedang melamun. Padahal dalam hati berbagai pikiran berkecamuk menahanku pada satu kalimat yang sejak kemarin terus terekam dan terulang berkali-kali dalam anganku. “Setelah melihatku nanti apakah sang putri salju akan tetap dengan pendiriannya? Apakah pandangannya terhadapku akan tetap seperti dulu ketika aku masih berada di Mesir?” Dalam diam aku berusaha mengusir setiap bersitan yang semakin membawaku pada lorong gelap kegelisahan.

11.00 WIB
Aku menatap wajah pria yang semakin menua, geraknya sudah tidak lincah lagi seperti dulu. Ada gurat lelah yang kulihat dari senyumnya, yang selalu ia tutupi dengan canda tawa. Kali ini ia duduk didepan didalam taksi yang akan membawa kami menuju bandara Soekarno-Hatta. Ayah terlihat sangat senang berekali-kali ia berkelakar dengan supir taksi bahwa ia akan menjemput seorang putri dari negeri Almenia. Putri cantik yang akan menjadi menantunya. Yang akan membuat hari-harinya semakin penuh warna dan kembali bersemangat seperti ia masih berumur 30-an. Iya, aku melihat perubahan itu dari ayah. Dan umi pun bisa merasakan jika ayah terlihat sangat senang dan bahagia. Alhamdulillah ternyata bukan hanya aku saja yang saat ini merasakan bahagia.

Di tengah-tengah candanya berkali-kali ayah mengejeku, ejekan penuh cinta yang membuat aku semakin mengerti tentang ayah. “kira-kira nanti menantu ayah suka tidak ya dengan makanan-makanan masakan umi, di sanakan pasti makanannya roti sama keju?” aku dan umi serentak tertawa mendengar ucapan ayah yang tiba-tiba itu. Namun bagi umi ucapan ayah seperti sindiran untuknya. Karena aku tahu umi tidak begitu pandai memasak. “Insya Allah, yah.. menantu ayah pasti suka dengan semua masakan umi” kali ini umi yang tersenyum bahagia karena merasa ada yang membelanya.
Aku menatap kearah jendela taksi, meraba waktu yang berjalan sangat lambat, berbagai rasa berkecamuk dalam hati, gugup, takut menyatu menjadi gelisah yang mengganjal menutupi ruang nafasku. Berkali-kali aku mengambil nafas panjang dan dalam. Namun tetap saja rasa gugup itu tidak pernah pergi. Ya Rabb, semoga awal pertemuan ini menjadi sebuah berarti. Saat kami hanya bertutur sapa dalam langit maya. Memasrahkan setiap isi hati masing-masing pada takdir yang sudah ditentukan oleh-Nya. Juga tentang pertemuan ini, Dia-lah yang sudah merencanakan semuanya.

12:00 WIB
Aku memandangi papan elektronik jadwal kedatangan pesawat international di bandara Soekarno-Hatta. Segera kucari jadwal kedatangan pesawat Srilanka Airlines, ternyata sekitar 2 jam lagi pesawat itu baru akan mendarat di bandara yang terletak tidak begitu jauh dari rumahku. Alhamdulillah, ada jeda untuk menunggu dan menghilangkan rasa gugup. Putri salju, akhirnya rindu itu akan sampai pada muaranya, aku benar-benar bahagia dengan jalan takdir yang saat ini sedang aku tapaki. Tentangmu, sebentar lagi akan menjadi nyata. Yakinku semakin mengakar dalam, bahwa kau saat ini tidak tinggal di negeri dongeng.

Lamunanku pecah saat tiba-tiba ponselku berdering tanda ada pesan baru yang masuk, segera kubaca pesan indah itu, pesan singkat dari sang ratu, ibu putri salju yang belakangan ini kupanggil juga dengan sebutan umi “Nak, kalau sudah bertemu dengan putri salju, kabari umi ya? Umi masih di jalan” aku tersenyum bahagia membaca pesan singkat itu, ada setetes embun yang meretas gundah dalam hati. Merangkai setiap mimpi indah yang kemarin masih berwujud angan dan harapan. Secepat mungkin ku balas pesan dari umi baruku “Iya umi, insya Allah kalau putri salju sudah tiba langsung saya kabari umi”. Hari ini, semuanya akan menjadi jelas. Dan doa-doa yang kemarin terucap dalam lirih malam satu persatu mulai terjawab. Laka syukru ya Rahman ya Rahim..

13.30 WIB
Dari jauh kulihat sosok yang selama ini hanya kudengar suaranya dari telpon tersenyum kearah kami, ayah dan umi yang sudah sangat kenal dengan sosok itu segera menghampiri mereka. Iya, mereka adalah keluarga putri salju, semenjak kepulanganku dari Mesir ayah banyak bercerita tentang mereka, selain bercerita tentang proses lamaran putri salju ayah juga selalu mengatakan bahwa mereka adalah sosok indah yang memantulkan kesejukan pada siapa saja yang ada didekatnya. Sekarang aku benar-benar melihat sendiri bagaimana figur indah yang hampir setiap malam diceritakan oleh ayah itu, ada dua sosok wanita anggun mengenakan jilbab besar dan dua laki-laki yang berwajah teduh berjalan semakin dekat kearah kami.

Aku sudah bisa menerka jika sosok laki-laki yang berwajah bersih dan tentram itu adalah ayah dari putri salju. Aku menjabat tangannya erat lalu menciumnya. Kupandangi wajahnya yang sudah termakan usia, dengan janggutnya yang sudah memutih namun masih terlihat energic.
Ketika sang Ratu mendekat aku mengangkat kedua telapak tanganku ke atas dada dan sedikit menundukan kepala. Memberikan senyum dan menanyakan kabar semuanya. Akhirnya aku bisa melihat sosok wanita yang selama ini hanya terdengar suaranya dalam telpon. Ia terlihat begitu bersahaja, kesederhanaan itulah yang membuat sosok itu begitu sempurna. Dari umi juga aku banyak mendengar bagaimana istimewanya wanita yang satu bulan lagi akan benar-benar menjadi ibu untukku. proses perkenalan berjalan lancar, aku hanya mengobrol sebentar dengan keluarga putri salju. Rasa malu masih membuatku banyak terdiam. Akhirnya ayah dan umi yang menemani mereka mengobrol, membicarakan banyak hal, sesekali aku mendengar mereka membicarakan awal perkenalanku dengan putri salju. 

14.00 WIB
Aku berjalan gelisah menyusuri pintu terminal D dan E bandara Soekarno-Hatta, kulihat dari papan pengumuman arrival bahwa pesawat Srilanka Airlines sudah lama mendarat. Akan tetapi putri salju belum juga muncul. Akhirnya kami berinisiatif untuk membagi tugas menunggu di setiap pintu terminal. Aku sendiri menunggu di terminal E sedangkan ayah dan umi juga keluarga baruku semuanya menunggu di terminal D.
Kulihat ratusan manusia mulai keluar dari dalam bandara. Tapi sosok yang dari tadi ku tunggu belum juga muncul, ayah dan umi berkali-kali menanyakanku apakah calon menantunya sudah tiba atau belum. Dalam lilitan resah ponselku berdering kulihat ada nomor asing memanggil, aku langsung menjawab panggilan itu dan tiba-tiba suara diujung sana membuat waktu seakan berhenti berjalan. Yang kudengar hanya degup jantungku yang semakin kencang dan tak bisa kukendalikan. Suara putri salju memanggil, memberitahukan bahwa saat ini ia sedang berada di terminal 2 F. Aku langsung mencari di mana posisi terminal 2 F, berjalan dengan hati tak menentu sambil melihat kearah papan petunjuk mengarah ke terminal 2 F. Sekarang waktu terasa benar-benar berhenti, sosok itu kini ada didepanku. Gambaranku tentang putri salju telah menjadi nyata. Ternyata aku salah, ia bukan hanya seorang putri tapi bidadari yang dengan jilbabnya membuat semesta semakin cemburu.

Banten, 25/Oktober/2014

0 komentar

Posting Komentar