We Are With You

We Are With You
The help of Allah is always near

RELEIVE GAZA'S ORPHANS

RELEIVE GAZA'S ORPHANS
Mari kita bantu saudara kita!

Karyaku

Karyaku
Ya Allah Semoga Bisa Diterbitkan

Followers

Kisah Dalam Gambar Slideshow: Rama’s trip from القاهرة, مصر to 3 cities جدة, مكة المكرمة and الزقازيق was created by TripAdvisor. See another مصر slideshow. Create your own stunning slideshow with our free photo slideshow maker.

Sabtu, 17 Juli 2010

Lamunan ku ketika Rindu pesantren, Rindu pada para Asatidznya, dan Rindu pada sahabat2ku disana.

Khoirunnaasi Anfa'uhum Linnasi "sebaik-baik manusia adalah yang bisa memberikan manfaat bagi manusia lainnya" kalimat ini pertama saya dapatkan ketika kaki ini masih melangkah diatas bumi para santri yang sedang menggali ilmu dipondok kenangan Manahijussadat, kalimat yang sering didengungkan oleh para santri yang sedang latihan berpidato, selain itu juga ada sebuah kalimat ajimat yang menjadi prinsip hidup bagi seluruh santri baik ia masih dipondok maupun sudah meninggalkan pondok "Man jadda wa Jada" barang siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan mendapat, begitu indah setiap kalimat yang diajarkan didalam pondok pesantren, semuanya tertuju pada budi pekerti yang luhur dan akhlaq  al karimah yang akan menjadi pondasi hidup bagi seluruh murid, baik mereka masih berada dipesantren, ataupun sudah pergi meninngalkan pesantren, ada sebuah penomena yang saya amati ketika masih dipesantren,  seorang murid yang tidak berakhlaqul karimah betapapun ia memiliki kecerdasan dan IQ yang tinggi ia tidak akan pernah menjadi seorang juara dipesantren, berbeda dengan seorang murid yang memiliki kecerdasan dan IQ yang biasa-biasa saja mereka selalu mendapatkan nilai tertinggi dikelasnya karena mereka memiliki budi pekerti yang luhur dan akhlaqul karimah yang menjadi kelebihan mereka dibanding murid-murid yang lain. disini saya mengambil konklusi bahwa pesantren lebih mendahulukan akhlak yang mulia, lebih mengedepankan budi pekerti yang luhur. bukan berarti pesantren mengesampingkan intelektualitas setiap santrinya. justru pesantren melalui pendidikan terpadunya selama 24 jam mendidik seluruh santrinya hingga mampu mengembangkan kecerdasan intelektual, emosional, dan spritual. bukan hanya sekedar penghayatan semata, akan tetapi mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari baik dilingkungan pesantren maupun dilingkungan masyarakat luas. semuanya bisa terealisasikan karena dalam pendidikan terpadu pesantren selalu ada yang memantau, mengawasi dan mengingatkan baik itu oleh bapak pimpinan pondok sendiri para asatidz maupun para pengurus harian diberbagai bidang yang menjadi tangan panjang bapak pimpinan pondok.
    Perasaan bersalah baru terasa ketika kaki ini sudah melangkah jauh meninggalkan pondok kenangan, salah karena dulu pernah bernegatif thinking dengan setiap peraturan yang dibuat oleh pesantren, sungguh naif diri ini baru terfikir kalau pesantren adalah lembaga pendidikan islam yang memiliki Misi dan Visi mencetak kader dan generasi Robani yang memiliki keimanan kuat dan keilmuan yang bermanfaat, berakhlak mulia dan terpuji, semuanya bersumber dari intisari Al-qur'an dan Sunnah. wajar bila ada yang berbuat salah walaupun itu kecil pasti  ada yang mengingatkan dan menghukum. masih terniang ditelinga saya ketika pak Kiyai menyampaikan petuahnya di acara kuliah Etiket menjelang perpulangan para santri, betapa beliau sangat menekankan kepada seluruh santrinya agar selalu berperangai sopan dan santun ketika berada dirumah di awal pembukaan beliau selalu menyebutkan hadits Nabi SAW "Wamaa Buisttu Illa Li utammima Makaarimal Akhlaq. lalu belaiau melanjutkan "hafalan-hafalan Mahfudzotmu tidak akan ditanya dirumah, hafalan alqur'an dan haditsmu tidak akan ditanya oleh masyarakat, tapi yang dinilai oleh mereka adalah kelakuan dan perangaimu apakah sesuai dengan apa yang diajarkan oleh pesantren" kata-kata itu masih terniang ditelinga saya sampai sekarang. tak bisa dibayangkan bagai mana jika beliau melihat para santrinya yang sudah alumni tidak lagi memegang ajaran yang sudah diajarkan dipesantren, mereka lari dari pendidikan pesantren yang perlahan sudah membentuk mereka menjadi orang yang berkarakter seorang muslim sejati, mereka lupa dengan setiap nasihat dan petuahnya, bagaimana perasaan beliau sungguh saya sendiri tak bisa membayangkannya.
     pesantren bukanlah tempat pelarian, pesantren bukanlah tempat pembuangan anak-anak nakal yang susah diatur dan diurus oleh orang tuanya, ini mungkin yang masih ada dalam benak pemikiran sebagian orang-orang yang beranggapan "kalau anda memiliki seorang anak yang nakal masukan saja kepesantren, kalau anak laki-laki anda menghamili anak orang masukan saja kepesantren, atau anak perempuan anda sudah rusak masukan saja kepesantren". pemikiran seperti inilah yang sangat saya tidak setuju karena "pesantren bukanlah tempat pelarian, pesantren bukanlah tempat pembuangan" tapi pesantren adalah tempat mulia tempat produksi untuk menghasilkan generasi-genarsi Rabani yang berakhlakan Al-qur'an dan Assunah. Wallahu A'lam.


  




0 komentar

Posting Komentar