We Are With You

We Are With You
The help of Allah is always near

RELEIVE GAZA'S ORPHANS

RELEIVE GAZA'S ORPHANS
Mari kita bantu saudara kita!

Karyaku

Karyaku
Ya Allah Semoga Bisa Diterbitkan

Followers

Kisah Dalam Gambar Slideshow: Rama’s trip from القاهرة, مصر to 3 cities جدة, مكة المكرمة and الزقازيق was created by TripAdvisor. See another مصر slideshow. Create your own stunning slideshow with our free photo slideshow maker.

Kamis, 06 Februari 2014

Putri Salju #22

Ilustrasi

Seharusnya malam ini aku bisa berjalan dekat disamping stadion universitas Zagazig, diatas trotoarnya yang penuh dengan pasir yang berwarna kuning, pasir gurun yang terlihat begitu indah bila dinikmati dari jauh. Seperti perjalanan menuju ke Siwa waktu itu, ketika masih menjabat ketua DPD, dengan agenda tour paling jauh hingga sampai ke perbatasan Mesir dan Libiya. Di sepanjang perjalanan yang terlihat hanya barisan gurun pasir yang tidak bertepi, namun indah dipandang mata.

Tapi kali ini stadion Zagazig terkesan menyeramkan karena di kelilingi oleh kawat-kawat beduri dan dijaga ketat oleh tentara, dipintu gerbangnya ada tumpukan karung yang berisi pasir yang tingginya hampir satu meter setengah. Mungkin fungsinya sebagai tameng jika mendadak ada oknum yang melemparkan bom kearah para tentara. Karena di Mesir memang saat ini lagi musim bom. Entah siapa yang menjadi dalang dari konspirasi ini, yang pasti masyarakat Mesir yang melek berita pasti sudah tahu siapa pelakunaya, meski yang menjadi taarget adalah kantor-kantor pilisi, tentara dan intelejen.

Setelah terjadi kudeta, Mesir memang berubah. Keramahan dan keindahannya seakan terkikis, sejarah juga tidak akan lupa pada pembantaian Rab'ah dan Maidan Nahdhah yang dilakukan oleh tentara pada rakyat sipil, tidak tanggung-tanggung ribuan orang meninggal menjadi korban keberingasan militer yang haus darah. Entah akan jadi seperti apa Mesir kedepannya, semoga Allah memberikan yang terbaik untuk Mesir dan rakyatnya.

Biasanya setiap kali pulang dari Lazuardi aku memilih melewati jalan raya didepan stadion universitas Zagazig, tapi jika ada speda aku lebih memilih lewat belakang stadion karena jaraknya memang lebih dekat dari rumah. Asyiknya pulang melewati jalan besar, selain aman tapi banyak juga yang bisa di nikmati oleh mata di malam hari, melihat para pedagang kaki lima, melihat lampu-lampu yang menerangi jalan juga suara tramco (angkutan umum khas Zagazig) yang selalu ugal-ugalan dengan suara musiknya yang memekakan telinga. Namun anehnya aku tidak pernah bosan menikmati pemandangan itu setiap hari.

Selain itu, aku merasa ketika berjalan sendiri aku jadi lebih bisa merenungi diri, mencoba mengingat segala salah dan khilaf. Ketika melewati rumah sakit Shaidnawi, aku jadi lebih merasa bersyukur dengan nikmat sehat yang diberikan oleh Allah. Rumah sakit Shaidnawi yang seringnya penuh dengan orang-orang Mesir yang berikhtiar mencari kesembuhan, yang menyayat hati adalah ketika halamannya juga dipenuhi oleh keluarga si sakit yang tidak bisa menunggu didalam. Mereka sampai tidur dibangku-bangku taman rumah sakit juga menggelar tikar diatas papinbloknya. Meski mereka tidur dengan selimut tebal, tapi di musim dingin seperti ini tetap saja musim dingin tidak bersahabat dengan tubuh mereka. Atau mungkin apa yang dikatakan oleh teman-teman di sini memang benar, jika orang Mesir itu sangat tahan dengan cuaca dingin seperti ini.

Ketika berjalan tepat di depan stadion Zagazig, aku sangat senang melihat bekas-bekas sandal atau sepatu orang-orang yang tergambar diatas trotoar. Kadang aku juga sengaja melihat tanda sandalku sendiri sambil tersenyum dan berujar; "Zagazig, lihatlah! Ini adalah tanda langkah kakiku, kenanglah aku ketika aku sudah tak di sini". Kadang juga terbesit dalam benakku, ketika terlalu sering melihat tanda-tanda langkah orang diatas trotoar stadion Zagazig adalah jika hidupku didunia ini ada batasnya, sayang sekali jika aku tidak bisa meninggalkan kesan yang baik untuk orang-orang yang ada di sini. Atau aku akan seperti tanda bekas sandal atau sepatu orang-orang yang tergambar diatas trotoar. Yang bisa terhapus dan hilang kapan saja tanpa meninggalkan kesan apapun. "Hidup sekali, hiduplah yang berarti" itu pesan kiyaiku yang sampai saat ini masih ku ingat. Padahal pesan itu ia sampaikan sekitar tujuh tahun lalu, tapi entah kenapa kata-kata itu masih seperti cambuk bagiku. Cambuk yang selalu mengingatkanku Jika hidup ini memang sangat berarti.

Berjalan sendiri, kadang pikiranku juga tertuju pada sosok yang belum pernah aku lihat sampai saat ini. Putri salju, sosok yang selama ini kuceritakan dalam catatan harianku. Ada alasan yang belum bisa kuketahui, kenapa Allah mengenalkan sosok itu padaku dengan cara-Nya yang juga tidak aku duga sebelumnya. Ini semua diluar rencanaku, dan cinta datang begitu saja, tanpa pernah direncanakan tanpa pernah diduga. Mungkin ini salah satu alasannya, ia hadir untuk mengenalkan padaku tentang arti cinta tentang arti rindu. Aku jadi semakin tahu jika cinta itu tidak hanya untuk ayah, tidak hanya untuk umi, juga bukan hanya untuk adik-adikku dirumah.

Diluar itu semua, ternyata ada cinta yang indahnya hampir menyamai cintaku kepada ayah dan umi. Maaf umi, umi pasti cemburu bila aku berbicara seperti ini. Tapi beginilah kenyataannya, ketika aku semakin dewasa duniaku semakin berwarna, dulu aku malu bertanya kepada umi, malu bercerita kepada umi tentang apa yang aku rasakan.
Tapi saat ini umi harus tahu, jika anakmu sudah jatuh cinta. Sudah mengenal rindu dan memahami arti cemburu. Jika bukan kepada umi aku bercerita, lalu kepada siapa lagi? Sedangkan rindu setiap hari semakin mengekangku.

Zagazig, 06/02/2014

0 komentar

Posting Komentar