We Are With You

We Are With You
The help of Allah is always near

RELEIVE GAZA'S ORPHANS

RELEIVE GAZA'S ORPHANS
Mari kita bantu saudara kita!

Karyaku

Karyaku
Ya Allah Semoga Bisa Diterbitkan

Followers

Kisah Dalam Gambar Slideshow: Rama’s trip from القاهرة, مصر to 3 cities جدة, مكة المكرمة and الزقازيق was created by TripAdvisor. See another مصر slideshow. Create your own stunning slideshow with our free photo slideshow maker.

Minggu, 05 Januari 2014

Putri Salju #9


Musim dingin di Mesir kali ini memang musim yang terdingin, salju sampai turun  di Kairo, Sinai dan Giza. Tahun sebelumnya salju juga pernah turun tapi hanya di Alexandria. Adapun daerah semenanjung Sinai memang setiap tahunnya selalu diselimuti salju ketika musim dingin. Ingin rasanya pergi kepegunungan Sinai di musim dingin seperti ini agar bisa melihat dan memegang bagaimana sebenarnya salju itu, tapi rasanya tidak mungkin mengingat sekarang daerah itu menjadi target oprasi militer Mesir yang tahun lalu mengkudeta presiden yang dipilih oleh rakyatnya sendiri. Oprasi penumpasan teroris Sinai kata media-media Mesir yang pro kudeta.

Musim dingin selalu memberikan kesan yang dalam, untuk  siapapun yang sedang merasakannya, khususnya bagi setiap orang Indonesia yang sedang merantau jauh di negeri yang memiliki empat musim. Kadang aku juga sedikit menggerutu dengan musim dingin, selain harus memakai baju berlapis-lapis dan jaket tebal kita juga harus mengenakan perlengkapan lainnya, kaos kaki yang berlapis-lapis sarung tangan dan tutup kepala, tentu ini sedikit menyusahkan ketika akan mengambil air wudhu'. 

Bagaimana denganmu putri salju? Apakah salju di kotamu sudah turun? Waktu itu kau sempat bercerita bahwa saat inipun kau sedang menanti turunnya salju. Salju memang selalu menarik untuk kita ceritakan, kadang aku berharap dari sedikit cerita itu bisa melonggarkan ikatan rindu yang kemarin keras mengekang. Namun ternyata aku salah, setelah itu aku malah semakin tenggelam dan susah untuk kembali menepi. Yang aku rasa, kadang rindu itu seperti candu, yang hanya bisa diobati oleh rindu itu sendiri.

Tapi aku tetap tidak bisa selamanya bersandar pada rindu yang aku pendam, karena didepan kita masih banyak peristiwa yang tidak mungkin bisa kita terka. Mungkin saat ini kau pun sedang menjalani peranmu yang lain. Aku berkata seperti ini karena di tempatmu pasti banyak sosok yang akan mengobati rindumu. Maaf jika perkataanku salah, tapi yang perlu kau tahu aku selalu percaya dengan keadaanmu saat ini, kau adalah sosok muslimah tangguh yang berjalan diatas jalan mereka, yang membuat para bidadari di langit cemburu.

Putri salju, apakah doa-doa itu harus ku akhiri sampai di sini saja? Biarkan tuhan kita yang menentukan jalan kita masing-masing. Atau aku ikuti perkataanmu waktu itu biarkan kita saling bertatap muka dulu untuk bisa menentukan langkah selanjutnya. Rasanya memang sudah terlalu jauh.. tapi aku harus jujur, setidaknya jujur pada diriku sendiri bahwa sampai saat ini aku masih menyimpan harap itu, aku masih menyebut namamu dalam setiap doaku, aku masih menanti setiap pesanmu, dan menanti setiap pertanyaan-pertanyaan yang dulu sering kau lontarkan. Pertanyaan-pertanyaan yang selalu membuat aku bersemangat untuk mengkaji kembali, meski harus membuka kembali buku-buku yang tebal. Ah.. aku selalu ingin menyendiri bila mengingat masa-masa itu.

Kau tahu, di setiap perjalananku pulang ke rumah, aku selalu berpikir apa yang terjadi di antara kita hampir sama dengan kisah Khalil Ghibran dan May Ziyadah. Dalam jarak yang begitu jauh mereka berdua tetap bisa berhubungan bertukar rindu walau hanya melalui selembar surat, Khalil Ghibran yang waktu itu berada di New York dan May Ziyadah berada di Kairo seperti terjebak dalam dunia yang sepi. Dunia yang didalamnya hanya ada mereka berdua, dunia yang hanya bisa dipahami oleh mereka berdua. Dan ternyata, cinta dan rindu itu tak mengenal jarak dan waktu. Kairo dan Amerika bukanlah penghalang yang bisa mematikan rasa cinta yang ada di antara mereka. Lain kali, bila ada kesempatan ingin rasanya aku menceritakan tentang kisah hidup mereka berdua.

Semoga saat inipun kau dalam keadaan baik-baik saja di negeri Al-Menia, jika kau ada waktu ceritakanlah sedikit tentang keadaan di sana, ceritakan kembali padaku bagaimana senja di Giessen, ceritakan padaku bagaimana kau melewati harimu ketika mengunjungi pasar natal di kota Frankfurt. Atau tentang masjid Indonesia di Frangkfurt, semoga kau masih bersemangat untuk berjuang bersama mereka membangun rumah Allah di bumi-Nya yang masih sedikit sekali orang yang beriman pada-Nya. Dan sampai saat ini tulisan yang dulu pernah kau kirim masih selalu kubaca. Entahlah, setiap kali aku membaca tulisan itu aku seperti melihatmu ada di sana, aku menemukan kembali kekuatan untuk bisa menulisakan apa yang aku rasakan, menuliskan setiap rindu dan menuliskan semua resah yang ingin kusampaikan padamu.

Kau masih ingat, saat pertama kali kita menyadari bahwa ada sesuatu yang aneh di antara kita berdua. Kita sama-sama takut dan malu untuk mengakui perasaan kita masing-masing. Semuanya dibiarkan menjadi rahasia yang tersimpan rapat didalam hatimu dan hatiku. Hanya didalam sujud kita bisa membuka rahasia itu, menceritakannya dengan suara lirih kepada Dia yang telah menentukan jalan hidup hamba-Nya dengan jalan yang berbeda-beda. Aku merasa ini adalah rahasia paling indah, sampai sekarangpun aku masih malu untuk mengatakan jika rasa yang ada didalam hatimu dan hatiku adalah cinta. Aku sependapat denganmu, ketika kita berbicara tentang cinta maka kesimpulan terakhir adalah pernikahan. Kita sudah saling mengerti bahwa tidak ada cinta yang indah untuk dua anak manusia kecuali didalam pernikahan. Ah.. bagiku begitu sulit untuk mewujudkan mimpi yang sangat indah ini.

Ini adalah alasan paling kuat kenapa sampai saat ini perasaan itu kita pendam dalam hati masing-masing, atau hanya aku saja yang masih menyimpannya? Mungkin ini adalah jalan yang harus kita lewati, jalan yang orang lain belum tentu bisa melewatinya. Tentang keadaan ini aku tak akan menyesalinya, aku tidak akan menyesal dengan setiap duka yang datang ketika rindu harus kutempuh seorang diri. Dan aku harap kita tidak menyalahkan siapapun ketika di antara kita harus terluka karena keadaan ini. Seperti yang selalu kau tulisa di langit-langit mayamu, bahwa kita tidak pernah sendiri, ada Allah yang selalu mengawasi kita. Dia begitu dekat ketika hamba-Nya memanggil-Nya dan memohon pertolongan-Nya. Pasrahkan semua ini pada-Nya adalah jalan terbaik agar kita tidak kehilangan jernih jiwa kita.

Kini aku semakin tahu, ”tentang mu adalah awal yang sulit berakhir. Maaf, jika langit mencuri senyum mu dan menyelipkannya di setiap khayal ku ketika senja mulai menari di tengah ramainya harap manusia. Aku masih menyimpan rindu, meletakannya diatas rentetan doa. Dengannya berusaha mengusir resah yang mengakar karena takdir itu berada di tangan Sang Kuasa. Jalan cinta itupun sudah tertulis dalam rahim bunda ketika kita menempatinya tanpa bisa menghitung setiap detiknya. Untuk mu yang belum pernah terlihat, dengan setiap tanya yang tak mampu ku jawab, cinta adalah rahasia terindah antara aku dan tuhan ku, jika saatnya tiba ia akan menjadi rupa paling indah, mengalahkan syahdunya pelangi ketika hujan telah berhasil merayunya. Saat ini, biarkan saja gundah  membersamai setiap waktu yang ku lalui, meski resah akan terus berbunga berjuntai harap dan berakhir pada muara rindu yang menggegap gempita. Langit kita berbeda, jarak menjadi lukisan semu yang tak pernah bosan untuk kita peluk erat hempaskan segala ingin yang menyiksa. Aku masih berdiri di sini, di tepi laut merah, menantimu dalam selimut musim semi dalam doa dalam harap yang merekat pada waktu senja. Bulan pun pernah bercerita jika ini adalah liku untuk menjemput separuh jiwa. Sampai cinta itu menjelma purnama, lekat di depan mata"

Kau pasti sudah membaca puisi diatas bukan? Puisi ini memang terlahir ketika aku mengingatmu, ketika aku tenggelam dalam rinduku yang tak berujung. Besok, semoga rindu itu masih bercokol kuat didalam hati, agar aku bisa kembali menulis tentangmu, dan semakin mengerti akan sakit dan nikmatnya rindu.

Zagazig, 05/01/2014



0 komentar

Posting Komentar