We Are With You

We Are With You
The help of Allah is always near

RELEIVE GAZA'S ORPHANS

RELEIVE GAZA'S ORPHANS
Mari kita bantu saudara kita!

Karyaku

Karyaku
Ya Allah Semoga Bisa Diterbitkan

Followers

Kisah Dalam Gambar Slideshow: Rama’s trip from القاهرة, مصر to 3 cities جدة, مكة المكرمة and الزقازيق was created by TripAdvisor. See another مصر slideshow. Create your own stunning slideshow with our free photo slideshow maker.

Kamis, 16 Mei 2013

Musim Semi Yang Lalu

Untuk sekarang mari kita bercerita tentang musim semi, rekan-rekan semua tentu sudah tahu tentang musim semi bukan? Musim semi adalah satu di antara empat musim di daerah nontropis, peralihan dari musim dingin ke musim panas. Di Mesir sendiri musim semi akan kita rasakan di bulan Maret sampai bulan Mei. Tapi kadang yang tertulis di buku panduan kemesiran tidak sesuai dengan apa yang kita rasakan sendiri, karena nyatanya diawal bulan Mei ini kita sudah masuk pada musim panas. Sedikit bercerita, di akhir bulan April kemarin saya sempat delivery makanan ke kawasan Murur, lumayan jauh dari café Lazuardi yang terletak di kawasan As-salam. Waktu itu cuacanya memang terasa sangat panas, apalagi ditempuh dengan menggunakan sepeda, orang Malaysia menyebutnya bicycle  tapi alhamdulillah walaupun dengang hawa yang terik akhirnya sampai juga di Murur.

Setelah menelpon custemor, akhirnya orang yang ditunggu datang juga, saya sengaja tidak langsung berhenti didepan rumahnya karena keadaannya kurang pas atau kurang seronok. Apa lagi di sana sedang ada pembangunan rumah, ramai dengan orang-orang Mesir dan juga matahari lagi panas-panasnya memanggang rumah yang jendelanya berwarna hijau itu. Akhirnya saya lebih memilih menunggu ditempat yang teduh. Melihat ke arah wajah mahasiswa kedokteran tingkat satu itu sepertinya ia sangat kepanasan, wajahnya sudah berwarna merah padam. Huuuh.. kasihan juga melihatnya..

Setelah berbasa basi iapun bertanya “Ustas, hari ini berapa tingkat derajatnya cuacanya kok panas banget?” Kira-kira seperti inilah maksud pertanyaannya, saya lupa bahasa Malaysianya.Waktu itu saya sedikit kaget mendengar pertanyaannya, karena ini baru awal masuk musim panas bahkan perayaan Syamu naseem yang biasa di rayakan oleh orang Mesir belum juga datang. “Wah, dokter ini baru awal-awal saja. Bulan Juni, Juli dan Agustus nanti bakal lebih  panas lagi” Saya mencoba menjelaskan dengan bahasa Indonesia mudah-mudahan  dia faham.

Iya, ini sepenggal cerita musim semi di Zagazig. Mari kita tengok di belahan utara bumi, musim semi dimulai sekitar tanggal 21 Maret hingga 21 Juni , sementara di belahan selatan bumi musim semi dimulai sekitar tanggal 23 September hingga 21 Desember . musim semi terjadi setelah musim dingin, dimana tumbuh-tumbuhan mekar kembali, karna itulah musim semi juga disebut "musim bunga". musim semi membuat siang hari menjadi lebih panjang daripada malam hari. hawa di musim semi biasanya terasa hangat karna menjelang musim panas. berbeda dengan musim gugur yang udaranya terasa dingin karna menjelang musim dingin. (Wikipedia)

Saya tidak tahu bagai mana musim semi dibelahan bumi yang lain, yang saya tahu musim semi selalu di nanti, mungkin karena musim semi itu hangat, lembut, menenangkan dan dirindukan banyak orang. Tidak heran jika ada momentum khusus untuk merayakan kedatangan musim semi. Di Mesir sendiri ada istilah yang disebut dengan Syamu Naseem, insya Allah nanti saya akan membahasa sedikit sepenggal sejarah Syamu Naseem di Mesir. Saat ini biarkan saya bercerita sedikit tentang musim semi di sini, mungkin di Zagazig tepatnya. Zagazig adalah kota hijau disebelah timur Mesir, penuh dengan ladang gandum dan galangan sawah. Tidak heran jika Zagazig termasuk salah satu kota agraris terbesar di Mesir. Penduduk di sini rata-rata mata pencahariannya juga sebagai petani, di selingi dengan beternak, sapi dan kerbau. Sudah bukan pemandangan aneh jika setiap pagi dan sore di jalan raya akan terlihat gadis-gadis Mesir yang menarik dan menuntun tiga atau empat ekor kerbau dan sapi bahkan kadang lebih dari itu.

Saat peralihan dari musim dingin ke musim panas inilah waktu-waktu yang  selalu ditunggu, karena musim semi di sini mengingatkan saya dengan tanah air yang sudah sangat lama di tinggalkan. Udara dan suasananya menarik saya ke sebuah tempat yang ingin sekali saya kunjungi, kampung halaman saya sendiri tentunya. Minggu lalu tepat di depan imarah wardah, sore itu saya seperti berdiri di halaman rumah sendiri, rasanya ingin berlama-lama di sana dengan suasananya yang sangat menyejukan, angin sepoy yang lalu lalang datang menghampiri  seperti sahabat lama yang sudah lama tidak pernah bertemu. Sore itu terasa sangat bersahaja.

Pohon rindang yang terlihat mati ketika musim dingin


Lalu hidup kembali dan mekar kembali ketika musim semi tiba


Saya setuju jika musim semi di tautkan dengan musim bunga, memang kenyataannya seperti itu  saya lihat sendiri fenomena alam ini. Setiap hari, saya selalu melewati sebuah ladang gandum ketika hendak bertugas di café Lazuardi, ditengah ladang itu ada pohon yang sangat rindang  yang menjadi tempat berteduh sang pemilik ladang dan juga hewan-hewan ternak miliknya. Ketika musim dingin daun-daun yang ada di pohon itu berguguran satu persatu hingga pohon itu benar-benar gundul. Saya kira pohon itu akan mati karena terserang penyakit, tapi ketika musim berubah pohon gundul itupun kembali lebat dengan daun-daunnya yang hijau dan terlihat ada bunga-bunga cantik yang juga tumbuh di sana.



Ketika musim semi, biasanya orang-orang Mesir banyak menghabiskan waktunya di taman-taman bersama keluarganya. Moment seperti itu sangat jarang mereka dapatkan, makanya ketika musimnya tiba mereka tidak ingin menyia-nyiakannya begitu saja. Saya sering memperhatikan kebiasaan mereka, sambil jalan-jalan menghilangkan penat. Jika musim panas biasanya mereka keluar pada malam hari bercengkrama bersama keluarganya di sebuah taman atau dipinggiran sungai nil sambil menikmati minuman dingin dan makanan yang sudah mereka persiapkan dari rumah.

Menjelang musim semi di Fayoum, orang-orang Mesir sedang latihan bola di taman

Potonya banin semua mau moto yang banaat, takut diomelin sama pelatihnya hehe
Diatas tadi saya sempat membahas tentang Syamu Naseem, sebuah perayaan yang tidak pernah ditinggalkan oleh orang Mesir di musim semi, perayaan ‘Syamu Naseem’ sudah menjadi adat kebiasaan mereka turun temurun. Bahkan di kalender Mesir ada hari libur khusus untuk memperingati hari perayaan ini. Dan ternyata perayaan Syamu Naseem adalah sebuah perayaan tertua di Mesir, hari raya ini susdah dilakukan semenjak 5000 tahun lalu tepatnya pada tahun 2700 sebelum Masehi. Pertama yang memulainya adalah dinasti keluarga Fir’aun yang ke tiga dan diikuti oleh masyarakat Mesir sampai sekarang. Sebagian sejarawan Mesir berpendapat bahwa permulaan hari raya ini sebenarnya sudah da pada masa-masa pra dinasti Fir’aun, mereka mempercayai bahwa hari raya ini sudah di kenal di kota Heliopolis atau di dalam bahasa Mesir kuno disebut dengan kota ‘auon’.

Kata Syamu Naseem diambil dari kalimat fir’auniyah atau kata mesir kuno yaitu “Syamu” kata ini memiliki dua arti; pertama adalah sesuatu yang bisa membawa pada kehidupan. Yang kedua, sebagian dari orang-orang Mesir kuno berpendapat bahwa hari itu adalah awal pertama kali kehidupan, atau pertama kali diciptakannya alam semesta. Seiring berjalannya waktu, kata ‘Syamu’pun mengalami perubahan dan ditambahkan disampingnya kata ‘Naseem’ sampai saat ini dikenal dengan kata “Syamu Naseem”. Kata ‘Nasem ditambahkan karena memiliki hubungan dengan musim semi dengan hawa udara yang sejuk. Keadaan cuaca yang sejuk itulah yang membuat orang-orang Mesir kuno merayakannya dengan pergi ke kebun, ke taman hanya untuk menikmati keindahan alam pada waktu musim semi.

Mesir yang memiliki islamic history yang sangat kental bisa dirasakan sampai saat ini, pasang surut paham kepemimpinan masa lalu yang pernah ada di negara ini telah memberikan banyak sumbangsih dalam membangun peradaban Mesir yang islamy. Mesir sempat dipimpin oleh daulah Fatimiyyah yang bermadzhab Syi’ah isma’iliyah dari tahun 297-567 H / 909-1171 M. Hingga datang masa keemasan Shalahuddin Al-Ayubi yang menyelamatkan Mesir dari tentara salibis dan mengikis habis paham Syi’ah. Termasuk perubahan dalam tubuh Al-Azhar yang berdiri pada masa daulah Fatimiyyah (970 M) dan bermadzhab syi’ah pun telah berubah dan dipimpin oleh orang-orang sunni semenjak Shalahuddin Al-Ayubi berkuasa sampai saat ini.

Waktupun terus berjalan, sampai saat ini Al-Azhar yang menjadi mercusuar peradaban Islam di Mesir banyak mengalami rongrongan dari paham-paham baru, diantaranya adalah salafi wahabi yang sekarang sudah mulai marak di Mesir. Sangat disayangkan bila para mahasiswa Al-Azhar yang belajar di Al-Azhar tapi ternyata jiwanya bukan seorang azhary, Al-Azhar yang memegang pedoman mu’tadil, wasatiyyah, ataupun moderat kadang harus tercoreng ketika sebagian alumninya yang kembali ke negaranya masing-masing membawa paham bukan seorang azhary.

Sepertinya bukan hanya di Zagazig ataupun di Kairo selebaran-selebaran tentang pengharaman merayakan Syamu Naseem disebakarkan. Dan yang lebih parah pengharaman itu disandarkan pada mufti Mesir Dr. Syauqi. Jika dalam menabarkan kebaikan saja sudah salah jalan lalu bagai mana masyarakat bisa menerima seruan mereka. Semoga orang yang melakukan pembohongan publik atas nama  mufti Mesir, Dr. Syauqi di berikan hidayah dan taufiq-Nya.

Lalu bagai mana hukum sebenarnya Syamu Naseem? Dua minggu lalu saya pernah membaca sebuah blog yang bernama ‘pendekartinta.wordpress.com’ sang penulis juga seorang azhary, di sana ia menjelaskan secara gamblang tentang hukum Syamu Naseem berikut dengan video para ulama ketika memberikan penjelasan tentang hukum Syamu Naseem tersbut. Berikut kutipannya:

“ Dari segi hukum, ulama Al-Azhar sudah menjelaskan dengan sangat gamblang tentang hal ini. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Syekh ‘Id Abdul Hamid tatkala memberikan talaqqi di masjid AL-Azhar. Beliau mengatakan bahwa hari tersebut merupakan hari perpindahan musim dingin ke musim panas. Pada hari tersebut, durasi waktu siang dan waktu malam sama. Pada waktu itu angin juga berhembus sepoi-sepoi dan cocok untuk menikmati keindahan ciptaan Allah. Jadi hal tersebut hanya merupakan fenomena alam.

Lalu, tatkala orang Islam berkumpul bersama keluarga di taman-taman, saling silaturahim dengan sanak famili, dan rehat sejenak melepas kepenatan sambil melihat keindahan alam, hal tersebut bukanlah sesuatu yang dilarang, meskipun pada waktu yang sama orang-orang Kristen juga merayakannya sebagai hari besar agama mereka.  Kenapa? Karena orang-orang Islam merayakannya bukan dalam rangka ikut merayakan hari besar agama lain, tapi dalam rangka perpindahan musim dari musim dingin ke musim panas. Jadi hari raya tersebut sama sekali tidak ada kaitannya dengan agama, tapi hanyalah kebiasaan saja.

Senada dengan Syekh ‘Id, Syekh Zakariya Marzuq, imam Masjid Al-Azhar juga menyampaikan hal yang sama. Beliau mengatakan bahwa perkara apapun yang tidak ada dalil yang menjelaskan keharaman atau kewajiban sesuatau secara jelas, maka perkara tersebut merupakan amrun mubah, perkara yang dibolehkan. Beliau menuturkan bahwa orang-orang yang mengharamkan perayaan Syamun Nasim melarang untuk memakan ikan asin merupakan orang yang tasyaddud atau picik.
Begitulah indahnya kemoderatan Al-Azhar. Tidak mudah menghalalkan sesuatu apalagi menngharamkannya. Sebelum mengeluarkan hukum, Al-Azhar selalu melihat dampak yang akan ditimbulkan oleh hukum di masyarakat luas”.

Wallahu a’lam.







0 komentar

Posting Komentar