We Are With You

We Are With You
The help of Allah is always near

RELEIVE GAZA'S ORPHANS

RELEIVE GAZA'S ORPHANS
Mari kita bantu saudara kita!

Karyaku

Karyaku
Ya Allah Semoga Bisa Diterbitkan

Followers

Kisah Dalam Gambar Slideshow: Rama’s trip from القاهرة, مصر to 3 cities جدة, مكة المكرمة and الزقازيق was created by TripAdvisor. See another مصر slideshow. Create your own stunning slideshow with our free photo slideshow maker.

Senin, 29 April 2013

Sebening Subuh {8}

Kampung Permai 28/04/2013



Saat ini yang aku rasakan waktu subuh semakin cepat datangnya, pukul 3:45 suara 'ammu Mahmud sudah membahana membangunkan setiap jiwa yang terlelap. Melalui lantunan azannya yang ia serukan di pagi buta, namun tidak sedikit manusia yang lebih memilih tetap berselimut tak menghiraukan panggilan suci itu. Mungkin ketika siang tadi mereka terlalu lelah bekerja, atau waktu malamnya mereka lalui dengan berbagai macam kegiatan hingga waktu subuh yang menyimpan banyak keistimewaan mereka lewatkan begitu saja.

Padahal Rasulallah semenjak 14 abad yang lalu sudah mengingatkan bahwa "dua rakaat shalat fajar lebih baik dari dunia dan seisinya" Seperti ini yang disampaikan oleh istri Nabi SAW, Siti 'Aisyah radhiallahu 'anha. Di redaksi yang lain Imam Muslim meriwayatkan bahwa Nabi pernah berkata: "Sungguh kedua rakaat tersebut lebih aku cintai dari pada dunia semuanya". Para ulama hadits menjelaskan bahwa dua raka'at shalat fajar dalam hadits diatas adalah dua rakaat shalat sunnah sebelum subuh. Coba kita pikirkan sejenak, jika shalat sunnah dua rakaat sebelum subuh saja Allah sudah berjanji pada hambanya bahwa Dia akan memberikan pahala yang tiada bandingannya dengan dunia dan isinya. Lantas bagai mana dengan shalat subuh itu sendiri?
Jawaban diatas menjadi sebuah janji untuk diriku sendiri agar tetap istiqamah dengan subuh. Seperti cahaya fajar yang sudah berkomitmen dengan waktu pagi, bahwa ia akan tetap menorehkan sinar merahnya diatas cakrawala menemani langkah para manusia subuh yang ingin mengembalikan kembali izzah kaum muslimin.

Terbuktilah apa yang ditulisakan oleh Dr. Ragib As-Sirjani dalam buku kecilnya Kaifa Tuhafidzu Ala Shalatil Fajri, di Indonesia sendiri buku ini sangat terkenal dan menajdi buku best seller. Keajaiban shalat subuh nama versi Indonesianya. Di sana beliau memberikan beberapa tips  agar kita bisa istiqamah melaksanakan shalat subuh berjama’ah di masjid. Selain kita dianjurkan untuk tidur diawal waktu dan memasang alarm pengingat, kita juga di anjurkan untuk selalu ingat akan keistimewaan dan keutamaan shlat subuh. Lalu fokus pada niat yang baik, ikhlas melakukannya semata-mata karena Allah. Keikhlasan itu akan tumbuh dalam hati kita ketika kita sudah sering mengerjakannya, jika kita tidak pernah memulai maka kita tidak akan merasakan keikhlasan itu.

Tiga hari ini subuh semakin terlihat indah, purnama yang masih sempurna terlihat menggantung di atas langit masjid Tauhid yang masih berwarna perak terbias oleh cahaya bulan pagi itu. Sepertinya dari tanggal 12 Jumadil ula bulan purnama sudah terlihat di langit kota Zagazig, ketika pulang dari café pelangi selepas shalat isya aku sering memandangnya memperhatikan setiap sudut kesempurnaannya. Sepertinya cahaya fajar juga jatuh cinta pada rembulan yang selalu menyapanya diwaktu subuh, senyumnya semakin terlihat merekah menghangatkan musim semi yang sebentar lagi akan berlalu. Atau mungkin cahaya fajar bisa melihat salam sapa para malaikat siang dan malaikat malam ketika mereka berkumpul lalu melaksanakan shalat subuh berjama’ah.

Salah satu keistimewaan shalat subuh adalah disaksikan oleh para malaikat. Iya, kita sudah membahas tentang hal ini. Dari Abi Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda tentang firman Allah SWT, "Wa Qur'anal fajri inna qur'anal fajri kana masyhuda: Disaksikan oleh malaikat malam dan malaikat siang. (HR. Tirmizy dengan derajat hasan shahih) ini adalah momentum yang sangat istimewa ketika shalat seorang hamba disaksikan oleh rombongan malaikat, malaikat siang dan malaikat malam. Dan ini hanya terjadi pada shalat subuh. Ketika kita shalat pada malam hari shalat kita hanya disaksikan oleh para malaikat malam, begitu juga dengan siang hari shalat kitapun hanya disaksikan oleh malaikat siang saja. Imam Bukhari juga pernah meriwayatkan tentang sabda Nabi bahwa para malaikat malam dan malaikat siang berkumpul pada waktu subuh. Dari Abi Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Keutamaan shalat berjamaah dengan shalat sendirian adalah 25 derajat. Dan malaikat malam dan malaikat siang berkumpul pada saat shalat shubuh." (HR Bukhari). Sudah jelas, mengapa shalat subuh menjadi sangat istimewa, karena shalat subuh disaksikan oleh para malaikat, malaikat malam dan malaikat siang.

Pagi tadi masjid Tauhid terlihat sangat bahagia, mungkin karena jama’ah shalat subuh akhir-akhir ini semakin banyak. Ia tahu ketika aku mundur kebelakang aku selalu menghitung jama’ah yang hadir, kemarin ada 27 orang dan hari ini ada 33 orang, semakin bertambah. Masjid Tauhid sudah sangat mengerti bahwa tempatnya akan semakin ramai ketika musim ujian tiba. Karena ketika musim ujian tiba para mahasiswa dari pelosok desa yang ada di Mesir semuanya akan bermukim di Zagazig. Mereka lebih memilih untuk kos agar bisa lebih fokus lagi ketika menghadapi ujian universitas.

Meski begitu, aku bisa melihat masih ada rindu di kedua pelupuk matanya. Rindu pada mereka yang dulu selalu meramaikannya, pada sahabat-sahabatku yang telah mendahuluiku meninggalkan Zagazig. Sepertinya kemarin dan saat ini rasa rindu itu kembali mengusiknya, aku bisa merasakannya ketika ia tiba-tiba menanyakan kabar mereka. Ia kembali tersenyum ketika aku mengatakan padanya bahwa mereka baik-baik saja. Masjid Tauhid bagai seorang ayah yang selalu merisaukan anak-anaknya yang sudah pergi meninggalkannya. Aku masih ingat, kemrin lalu ia pernah menitip pesan untuk ku dan juga untuk para sahabat-sahabatku agar tetap menjaga shalat subuh berjama’ah di masjid, “bagai manapun beratnya bagimu, tetaplah kau langkahkah kakimu ke masjid ketika azan subuh memanggilmu. Pernahkah kalian mendengar perkataan Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu, suatu hari ia pernah berkata: "Kami dahulu memandang orang yang tidak ikut shalat shubuh berjamaah sebagai orang munafik dan telah jelas kemunafikannya". Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu pernah berkata, "Dahulu kami (para shahabat) bila ada yang tidak datang shalat shubuh dan Isya berjamaah, kami berprasangka buruk kepadanya".
“Semoga besok kau masih seperti ini, bisa berada di shaf pertama. Aku selalu menunggumu tanpa rasa jemu” perkataan masjid Tauhid membuat langkahku terhenti, aku sedikit ragu untuk meninggalkannya keluar. Akhhirnya aku duduk kembali menemaninya sampai ia selesai merapalkan dzikir paginya. Jam menunjukan pukul 4:17 setelah tadi ‘ammu Mahmud mengumandangkan iqamah tepat pukul empat. Masih banyak orang-orang yang duduk beri’tikaf menunggu sampai matahari terbit dari arah timur menghapus setiap gundah embun pagi. Bukankah memang disunahkan beri’tikaf setelah shalat subuh? Sebagai mana yang di sabdakan oleh Rasulallah “Barang siapa yang solat subuh berjama’ah lalu tetap duduk setelahnya, berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit, lalu dia solat dua raka’at maka dia mendapat pahala seperti pahala haji dan umrah sempurna, sempurna, sempurna” (Hadits Riwayat Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani rahimahullah)

Aku masih bersandar pada sebuah tiang, menunggu masjid Tauhid mengeluarkan segala resahnya. Aku tahu ia sedang rindu pada setiap wafidin (orang non arab) sepertiku mungkin aku yang ditakdirkan harus berlama-lama di sini bisa mengobati rasa rindunya. Ia selalu menanyakan kemana sahabat-sahabatmu yang lain? Aku hanya bisa berkata mereka shalat di masjid yang lain dan menyampaikan padanya bahwa mahasiswa Indonesia di Zagazig sudah semakin sedikit, setiap tahun pasti ada yang pulang dan akupun sedang menunggu giliranku untuk kembali ke tanah airku. Mendengar ucapanku itu masjid Tauhid semakin larut dalam sedihnya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jika suatu hari nanti mahasiswa Indonesia di Zagazig semuanya telah kembali ke kota asalnya masing-masing. Masihkah mereka akan bersahabat dengan subuh? Aku selalu meyakinkannya, di manapun mereka berada mereka akan selalu menjadi pejuang subuh.

“Kau tahu? Kita semua sedang menanti pertemuan itu. Saat di mana kita harus melupakan perkara dunia, saat di mana kita harus melepaskan semua yang kita miliki, saat di mana kita harus melupakan semua orang yang kita kenal. Karena  saat itu yang terpikirkan dalam benak kita adalah, akankah Allah menerima setiap amal ibadah kita? Akankah kita mampu menjawab setiap pertanyaan yang akan di ajukan oleh Munkar dan Nakir? Saat itu pasti akan tiba, esok ataupun nanti. Aku harap kau dan aku selalu siap untuk menghadapi pertemuan itu” aku tertunduk dalam mendengar perkataan masjid Tauhid. Aku jadi teringat akan kisah Siti ‘Aisyah ketika ia sedang menemani ayahnya yang sedang sakit. Ketika itu Abu bakar berujar kepada Siti ‘Aisyah “Setiap orang bercanda ria dengan keluarganya di pagi hari, sedangkan kematian jauh lebih dekat daripada tali sandalnya" (HR. Bukhari)
Pagi itu terasa sangat syahdu, tapi melihat senyum fajar aku seperti menemukan kehidupan baru. Ia masih melihat kearah rembulan yang sebentar lagi akan tenggelam oleh cahaya mentari. Di kanan kiriku tidak lagi hijau, semuanya telah menguning menandakan musim panas benar-benar akan datang. Sebagian para petani bahkan sudah memanen ladang gandum milik mereka dan mulai mengalirinya dengan air sungai nil yang terlihat sangat jernih. Setiap pergi ke kampus aku bisa menyaksikan keindahan itu ikan-ikan kecil terlihat lincah berenang di saluran air yang begitu tenang. Rumput-rumput kecil juga seolah menikmati sentuhan air yang dingin itu. Ia bergerak-gerak seakan sedang menunjukan tarian kegembiraannya.

“Akhir-akhir ini kau selalu terlihat bahagia” Mendengar ucapanku cahaya fajar tersenyum ke arahku.
“Senyum akan membuat hari-hari kita lebih indah dan mudah untuk menjalaninya. Kau sendiri kenapa memilih untuk tersenyum?” Cahaya fajar balik bertanya kepadaku, aku sepakat dengan ucapannya senyum akan membuat hari-hari kita lebih indah dan mudah menjalaninya.

“Aku tersenyum karena berniat berbagi dengan orang-orang yang kujumpai di persimpangan ataupun disetiap ujung jalan. Aku bahagia setelah tersenyum kepada orang lain, apalagi di sini budaya menebar salam sudah sangat bagus. Lebih bagus lagi, senyum sambil menebar salam. Dan satu lagi menurutku sangat penting, tersenyum bisa memberikan ketenangan hati” Mendengar jawabanku cahaya fajar tertawa kecil sambil berujar jika ia pun setuju dengan penjelasanku.

“Apakah kau masih menulis puisi? Bagai mana dengan sosok bidadari bergaun putih itu?” Pertanyaan cahaya fajar membuat aku terdiam dan menarik nafas panjang.

“Aku masih suka menulis puisi, walaupun tidak sesering dulu. Tapi yang aku rasakan aku tidak bisa lepas dengan puisi. Hehe, kenapa kau bertanya tentang sosok itu?” Cahaya fajarpun tersenyum melihat sikapku yang membuat ia semakin penasaran.

“Aku hanya ingin tahu saja, karena kau sangat pandai menyembunyikan sesuatu. Kira-kira seperti ini yang aku tangkap darimu setelah sekian lama mengenalmu. Kau selalu menyembunyikan segalanya di balik senyum mu” Aku tersenyum mendengar ucapan cahaya fajar.

“Bagiku sosok itu adalah takdir, meski aku tak pernah bosan menyebutnya dalam setiap do’a, tapi harapan itu semuanya kembali kepada Allah. Dia yang maha menentukan segalanya. Jika Dia sudah berkehendak maka tidak ada yang mustahil bagi-Nya.  {Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia” (QS. Yaassiin:820)} Tapi jika Dia berkehendak sebaliknya jalan yang terbaik adalah ikhlas dan berperasangka baik kepada-Nya”
Cahaya fajar masih tersenyum, ia mengerti dengan semua yang aku ucapkan tadi. Mungkin subuh nanti aku harus benar-benar menghindar dari pertanyaannya yang berhubungan dengan hal ini. Sebelum ia beranjak berlalu ke arah timur ia sempat memberi kata semangat padaku “Tetap tersenyum karena Allah akan memberikan jalan yang terindah bagi seorang hamba yang mencintai-Nya”.

Subuh, semoga esok aku masih bisa berbagi cerita denganmu…

0 komentar

Posting Komentar