Mengukir Jejak Kramakala

senja tak lagi indah diatas peradaban yang
mulai angkara.
mengukir nestapa dalam lembar cerita lembah
sungai nil yang kini kering tersengat duhita.
merindu mata air cinta untuk bisa menghapus
isaknya, meskipun harus membiarkan luka itu
mengalir dengan rona wajah yang tak percaya.
bukan hanya dalam erangan jiwa, namun dalam
sukma kata, ia bermuara.
dan ummu dunya hanya sekedar apitara yang tak
pernah kekal, karena sekarang ia bermakna
derita.

menunggu cahaya mengulur gerak baswara yang
sinarnya terhalang bencana.menebar resah dalam
gulungan ombak laut timur Afrika.
prahara kini mengguncang negri seribu menara,
dalam setiap peristiwanya menyembunyikan pesan
yang hanya bisa terbaca oleh mereka yang
tertahan cinta amara.
memaksakan telinga mendenngar pedihnya dalam
sedu sedan gurun pasir yang membentang
mencakrawala.
bukan sekedar fenomena alam, jika pyramida
yang berdiri kokoh itu pun retak mendengar
jerit pilu manusia yang menghiba.

lebih dari tiga dasawarsa telah dilalui,
mengukir sejarah dengan noda darah
menggulingkan adimuka yang digdaya.
keras, mengalahkan batu karang yang perkasa.
namun tembayat buih perlahan bisa
membuatnya remuk redam, meruntuhkanya dengan
cintanya yang gegap gempita.
tidak ada putus asa, meski jalan merdeka itu
masih tersendat, karena akar angkara masih ada
dibumi para anbiya.

Zagazig 05/05/012