Selasa, 05 Februari 2013
Ia Tidak Dikenal Oleh Manusia, Tapi Dikenal Oleh Rabnya Manusia
Label:
Artikel
Rasa penasaran itu masih begitu lekat, jum’at lalu Syaikh ‘Athif dalam khutbahnya menceritakan tentang salah seorang sahabat Rasul dan seorang wanita shalihah. Nama itu memang sudah tidak asing lagi bagi saya, tapi kisah perjalanan sosok sahabat itu baru saya dengar. Astaghfirullah, lagi-lagi diri ini begitu sombong merasa sudah mengetahui segala sesuatu. Padahal begitu banyak hal yang masih belum saya ketahui, seperti jum’at kemarin dengan suara sendunya syaikh ‘Athif menceritakan sosok sahabat yang mungkin memang jarang kita dengar. Bahkan sahabat-sahabat Rasul sendiri ketika dalam sebuah peperangan tidak ada yang menyebutkan namanya padahal ketika itu Rasulallah sudah bertanya kepada mereka, dan mengulang pertanyaannya sebanyak tiga kali, tapi para sahabat tetap tidak mengetahui keberadaannya.
“Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka menjawab, “Kami kehilangan fulan dan fulan…”
Kemudian beliau bertanya lagi, “Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka menjawab, “Kami kehilangan si fulan dan si fulan…”
Kemudian beliau bertanya lagi, “Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka menjawab, “Kami kehilangan fulan dan fulan…” Lalu Nabi bersabda, “Akan tetapi aku kehilangan Julaibib.”
Iya, sosok sahabat Rasul itu bernama Julaibib radhiallahu ‘anhu, seorang pemuda Madinah yang berperawakan pendek dan tidak memiliki rupa yang rupawan, tapi memiliki keindahan budi pekerti yang luar biasa. Ia juga memiliki jiwa yang bersih dan iman yang melekat kuat didalam hatinya serta keteguhan yang sangat kuat mengakar seperti gunung. Julaibib Radhiallahu ‘anhu adalah sahabat dari kalangan Anshar kecintaan mereka kepada Rasulallah membuat mereka pun dicintai oleh Allah SWT.
Syaikh Mahmud Al-Mashri dalam kitabnya “Ashabu Rasul” (para sahabat Rasul) ketika menjelaskan tentang Julaibib, beliau mengawalinya dengan sebuah hadits Rasulallah SAW: “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa-rupa dan harta benda kalian, akan tetapi melihat kepada hati dan amal kalian.” (HR: Muslim dan Ibnu Majjah dari Abu Hurairah, shahiihul jami’ 1862) iya, karena Julaibib tidak memiliki rupa yang indah, ia tidak setampan sahabat Nabi Mush’ab bin Umair Radhiallahu ‘anhu, tapi ia memiliki keimanan yang sangat besar serta semangat jihad yang sangat tinggi, tidak sedikit penduduk Madinah yang memandangnya dengan sebelah mata. Tetapi Allah SWT ketika mengukur derajat hambanya berbeda jauh dengan yang digambarkan oleh manusia. Kadang manusia terlihat tercela di mata manusia yang lainnya, tapi ternyata di sisi Allah ia adalah sebaik-baiknya manusia. Tentang hal ini Rasul pun mengingatkan kita dalam sabdanya: “Berapa banyak orang yang pakaiannya kusut dan berdebu yang sudah usang, doanya tidak ditolak, dan seandainya dia bersumpah kepada Allah, Dia menerima sumpahnya.” (HR: Al-Bazzar dari Ibnu Mas’ud di shahihkan oleh Al-Bany dalam shahihul jami’ 3487)
Kedua hadits diatas menjadi peringatan kepada seluruh manusia untuk selalu berpikir bijak dalam menilai manuisa. Tidak tergesa-gesa dalam mengambil sikap, karena kita akan terjerumus pada kesimpulan yang salah. Kembali pada kisah Julaibib Radhiallahu ‘anhu, ketika khutbah jum’at yang lalu, syaikh ‘Athif juga menceritakan bahwa Rasulallah pun bersaksi untuk salah satu sahabatnya itu. Tentang Julaibib bahwa ia pun memiliki kedudukan yang tinggi disisi Allah, kisah ini juga diceritakan oleh Anas bin Malik, beliau menuturkan : “Ada seorang sahabat Rasulullah SAW yang bernama Julaibib dengan wajahnya yang kurang tampan. Rasulullah menawarkan pernikahan untuknya. Dia berkata, “Kalau begitu aku orang yang tidak laku?” Rasulullah SAW menjawab, “Engkau di sisi Allah orang yang laku.” (HR: Abu Ya’la)
Semenjak Julaibib memeluk Islam ia menjadi sosok yang sangat cinta kepada Nabi, rasa cintanya yang begitu besar ditunjukan dalam sikap dan perbuatannya, ia selalu berada di majlis ilmu Rasulallah, mengambil hikmah dan pelajaran serta petunjuknya, ia juga meneladani akhlak Rasulallah untuk bekalnya di dunia dan di akhirat kelak. Saking besarnya rasa cintanya kepada Rasulallah ia tidak pernah terlambat dalam melaksanakan perintah Rasulallah SAW.
Masuk pada masa pernikahannya, Syaikh Mahmud Al-Mashri dalam bukunya “Ash-habu Rasul” memulai kisahnya dengan menyebutkan bahwa Allah enggan menikahkan Julaibib dengan wanita dunia, tapi Allah menghadiahinya bidadari hurul ‘ain. Itulah ia Julaibib Radhiallahu ‘anhu, ketika ia sangat ingin menikah dengan seorang wanita dunia ternyata Allah berkendak lain Allah lebih memilihnya untuk mempersunting bidadari langit. Meskipun ia sempat dinikahkan oleh Rasulallah dengan seorang muslimah shalihah tapi itu tidak berlangsung lama. Syaikh ‘Athif dalam khutbahnya menceritakan: “Suatu hari, seorang laki-laki dari Anshar datang menawarkan putrinya yang janda kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam agar beliau menikahinya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya, “Ya. Wahai fulan! Nikahkan aku dengan putrimu.” “Ya, dan sungguh itu suatu kenikmatan, wahai Rasulullah,” katanya riang.
Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya, “Sesungguhnya aku tidak menginginkannya untuk diriku…” “Lalu, untuk siapa?” tanyanya. Beliau menjawab, “Untuk Julaibib…” Ia terperanjat, “Julaibib, wahai Rasulullah?!! Biarkan aku meminta pendapat ibunya….”
Laki-laki itu pun pulang kepada istrinya seraya berkata, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melamar putrimu.” Dia menjawab, “Ya, dan itu suatu kenikmatan…” “Menjadi istri Rasulullah!” tambahnya girang. Dia berkata lagi, “Sesungguhnya beliau tidak menginginkannya untuk diri beliau.” “Lalu, untuk siapa?” tanyanya. “Beliau menginginkannya untuk Julaibib,” jawabnya.
Dia berkata, “Aku siap memberikan leherku untuk Julaibib… ! Tidak. Demi Allah! Aku tidak akan menikahkan putriku dengan Julaibib. Padahal, kita telah menolak lamaran si fulan dan si fulan…” katanya lagi.
Sang bapak pun sedih karena hal itu, dan ketika hendak beranjak menuju Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba wanita itu berteriak memanggil ayahnya dari kamarnya, “Siapa yang melamarku kepada kalian?” “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,” jawab keduanya. Dia berkata, “Apakah kalian akan menolak perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?” “Bawa aku menuju Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sungguh, beliau tidak akan menyia-nyiakanku,” lanjutnya. Sang bapak pun pergi menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, seraya berkata, “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, terserah Anda. Nikahkanlah dia dengan Julaibib.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun menikahkannya dengan Julaibib, serta mendoakannya,
اَللّهُمَّ صُبَّ عَلَيْهِمَا الْخَيْرَ صَبًّا وَلَا تَجْعَلْ عَيْشَهُمَا كَدًّا كَدًّا
“Ya Allah! Limpahkan kepada keduanya kebaikan, dan jangan jadikan kehidupan mereka susah.”
Tidak lama setelah pernikahannya Julaibib pun ikut dalam sebuah peperangan bersama Rasulallah. Setelah peperangan usai, dan manusia mulai saling mencari satu sama lain. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada mereka, “Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka menjawab, “Kami kehilangan fulan dan fulan…”
Kemudian beliau bertanya lagi, “Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka menjawab, “Kami kehilangan si fulan dan si fulan…”
Kemudian beliau bertanya lagi, “Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka menjawab, “Kami kehilangan fulan dan fulan…” Beliau bersabda, “Akan tetapi aku kehilangan Julaibib.”
Mereka pun mencari dan memeriksanya di antara orang-orang yang terbunuh. Tetapi mereka tidak menemukannya di arena pertempuran. Terakhir, mereka menemukannya di sebuah tempat yang tidak jauh, di sisi tujuh orang dari orang-orang musyrik. Dia telah membunuh mereka, kemudian mereka membunuhnya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri memandangi mayatnya, lalu berkata,”Dia membunuh tujuh orang lalu mereka membunuhnya. Dia membunuh tujuh orang lalu mereka membunuhnya. Dia dari golonganku dan aku dari golongannya.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membopongnya di atas kedua lengannya dan memerintahkan mereka agar menggali tanah untuk menguburnya.
Sekilas tentang salah satu sahabat Rasulallah SAW, Julaibib Radhiallahu ‘anhu ketika Allah enggan menikahkannya dengan salah satu wanita penduduk bumi, tapi ternyata Allah mengaruniakan kesyahidan kepadanya, ia gugur di jalan Allah. Lalu Allah menikahkannya dengan hurul ‘ain, bidadari penduduk langit.
Kampung Permai, 04/02/013
0 komentar
Posting Komentar