We Are With You

We Are With You
The help of Allah is always near

RELEIVE GAZA'S ORPHANS

RELEIVE GAZA'S ORPHANS
Mari kita bantu saudara kita!

Karyaku

Karyaku
Ya Allah Semoga Bisa Diterbitkan

Followers

Kisah Dalam Gambar Slideshow: Rama’s trip from القاهرة, مصر to 3 cities جدة, مكة المكرمة and الزقازيق was created by TripAdvisor. See another مصر slideshow. Create your own stunning slideshow with our free photo slideshow maker.

Kamis, 10 Mei 2012

Kepak Sayap Hud-Hud Didunia Tengah

Ingatkah kawan, ketika dunia menyepi, lalu langit membuka layarnya memutar semua kenangan yang terangkum dalam sebuah tragedy. Malam, sampai kapanpun ia enggan untuk bercerita dengan siang apalagi hanya sekedar bertukar puisi. Karena malam sudah lelah menanggung beban, menjadi saksi bisu disetiap rentetan peristiwa yang penuh konspirasi. Malam seperti menyesal ketika ia harus bersahabat dengan gelap karena dibalik pekatnya ia bisa melihat sebagian manusia menari dalam alunan hitamnya maksiat, lalu tenggelam tak sadarkan diri. Namun malampun tak bisa menutupi senyumnya, karena tuhannya telah bersumpah dengan menyebut namanya, {Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), QS. 92:1} {Dialah yang memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam. Dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati. QS. 57:6}

Malam, kali ini ia tersenyum bahagia, berseri, menampakan wajahnya yang ceria kepada bintang-bintang kecil yang rela berbagi. Menampakan wajahnya yang indah, karena ia berteman dengan ribuan malaikat. malaikat yang hilir mudik memikul dan membawa doa-doa manusia diseluruh penjuru bumi. Tak heran lagi, malam akan selalu berjelaga menghembuskan indahya dan meniup senyumnya yang membawa hening merasuki sukma setiap manusia yang merindukan sentuhan kasih sayang ilahi. Karena malam lah waktu yang tepat untuk mengungkapkan sebuah cinta, meluapkan rindu yang membuncah pada zat yang takpernah terlihat, namun dia begitu dekat hadir disetiap tarikan nafas yang suatu waktu bisa berhenti. {Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji. QS. 17: 79} begitulah malam ia hadir membawa instrumen lembut menentramkan resahnya hati hingga siang pun perlahan iri.

Malam masih merekam jelas jejak sang bumi yang berjalan diatas sebuah rotasi, menulis setiap kejadian yang tercecer dan lepas dari cengkraman waktu yang terlena dan tertidur lelap dipagi hari. Dan malam masih setia mengukir setiap arus deras cahaya yang dititipkan oleh matahari untuk bulan sebagai sang kekasih dan pujaan hati. Ketika senja mulai menaiki mimbarnya dan warna kuning dikalahkan oleh hitam yang membawa gelap, malam mulai menuturkan kembali sebuah cerita yang hampir hilang dibelahan jiwa anak zaman yang hampir kehilangan jati diri. Lalu malam berkata dengan nadanya yang tinggi “ dengarkanlah wahai bintang Andromeda! dengarkanlah wahai bintang Antlia! dengarkanlah wahai bintang Aquila! dengarkanlah wahai bintang Aquarii! ingatkah kalian dengan ksatria dari Tunisa Mohamad Bouazizi? Ketika kesenjangan sosial membuat geraknya lelah, situasi sulit yang mengekang disetiap sisi, dan dengan kegelisahan yang memuncak, pada tanggal 17 Desember 2010 di depan Kantor Pemda kota kelahirannya Sidi Bousaid ia membakar diri. Lalu timur tengah pun tercengang, karena Tunisia yang dikuasai dictator dan despotik Zine Al-Abidine Ben Ali selama 23 tahun akhirnya porak poranda hanya berawal dari kegelisahan anak negri. Sang Penjual buah itupun akhirnya menjadi pahlawan revolusi, dan api yang ia sulut ternyata asapnya tidak hanya terbang diatas langit Tunisia, tapi ia terbang mengitari seluruh langit Timur tengah, terbawa oleh hembusan angin malam yang memberi kabar kepada seluruh manusia bahwa sekaranglah saatnya kita untuk menjadi seorang pemberani”

Malam masih mengejar nafasnya yang bercampur emosi, getir yang ia rasakan terlihat jelas ketika ia melihat kearah Tahrir square yang setahun lalu dipenuhi oleh jasad-jasad manusia yang terbujur kaku tak bernafas lagi. Barisan orang yang berseragam hitam berdiri tegak, seperti robot yang tak pernah meneteskan air mata karena mereka tak mengenal naluri. Namun malam mengerti bahwa orang-orang yang berseragam hitam itu bukan mesin, mereka manusia yang memiliki hati. mereka yang mengenal cinta dan kasih sayang, yang akan merasa sakit jika salah satu bagian tubuh itu terluka dan mengeluarkan darah yang berwarna merah,” lalu kenapa mereka saling menyakiti?” Pertanyaan bintang apodis membuat mata sang malam semakin terbelalak menatap tajam kearah jagad raya yang sepi seolah tak berpenghuni. “Ini revolusi! Dan situasi yang membuat mereka lupa akan arti cinta, kondisi yang membuat mereka tidak bisa untuk saling menyayangi”.

25 januari 2011 adalah awal kisah bersejarah untuk Mesir, seluruh dunia bergetar karena genderang perang untuk melawan ketidak adilan sudah berbunyi. Pantang lagi untuk mundur, jika aku atau kau mati biarlah karena itu sudah aturan dalam revolusi. Malam masih berperan, ia mulai mengingat kembali sajak-sajak kemerdekaan yang ditulis oleh para oposisi. Hingga akhirnya rezim Mubarak tumbang tepat pada hari jum’at tanggal 11 februari 2011, lalu sajak-sajak itu mereka lantunkan dengan air mata mengenang putra putri terbaik mereka yang terlahir dari rahim sang ratu peradaban yang menangis dalam pangkuan zaman menyesali kenapa perubahan itu harus dengan revolusi. Burung gagak yang bertengger didahan pohon pinus dipelataran markas poilisi terbang menghindari percikan dengki yang keluar dari senapan AK 47, senyum sang malam pun tak lagi indah membuat bintang-bintang yang menemani resahnya berhenti menari. Malam kini diam memperhatikan asap revolusi yang terus bergerak melintasi gurun pasir hingga kepulan putih itu berhenti diatas langit Libya dikota Tripoli.

Malam mengelus dada, menghirup udara musim dingin yang tak pernah berhenti mencaci. Marah pada keadaan yang tak pernah bisa membuatnya berlari. Betapapun jauhnya ia menghindar, malam akan tetap menariknya kedalam sebuah misteri. Dengan wajah pasrah angin hanya bisa mendengarkan setiap cerita yang dibawa oleh malam, cerita yang mungkin membuatnya bosan karena semuanya telah ia saksikan sendiri. Kali ini malam lebih bergegas karena ia tahu sebentar lagi fajar akan segera menjemput sang permaisuri yang berhias dibalik tirai mentari. hanya empat hari setelah Husni Mubarak berhasil digulingkan. pada tanggal 15 Februari 2011, revolusi arab sudah bergerak menuju kota terbesar kedua di Libya, Benghazi. Jejak langkah revolusi Libya pun dimulai, malam tersenyum karena awalnya hanya sebuah revolusi damai yang ia kira tidak akan ada jiwa yang terluka, dan waktu mejadi mata-mata yang tak pernah diduga bagi para loyalis Khadafi. Bahkan Khadafi sendiripun tidak sadar bahwa waktu telah bersekutu dengan pemberontak, revolusi damai itupun hanya sebuah harapan dan mimpi. Yang akhirnya menarik Khadafi pada kematian yang tragis ditangan rakyatnya sendiri.

Libya seolah tidak ada harapan lagi revolusi damai pecah menjadi revolus berdarah, malampun menjerit ketika ia meliha tanda bahwa perang sipil akan mengguncang Libya karena enam juta rakyatnya telah dipersenjatai. Perlahan malam menangis karena ternyata perang saudara itupn terjadi. Tali persahabatan berakhir, lalu seorang anak meninggalkan sang ayah, dan sepasang kekasih harus saling membenci demi kemerdekaan dan revolusi. Hari-hari pahit itu terus berlalu, dan waktu masih setia menjadi intelligence bagi para pemberontak yang berada dibawah naungan Dewan Transisi Nasional Libya, bahkan NATO mengeruk untung dengan unjuk gigi ditanah yang kaya dengan minyak dengan dalih merek akan membantu menuntaskan revolusi.

Korban terus berjatuhan, Libya mencekam dengan suara tembakan yang tak pernah luput disetiap penjuru kota, tapi malam masih bisa bercerita menutup mata ketika pasukan loyalis Khadafi semakin terdesak dan satu persatu gugur dalam kecongkakan pemimpin yang mereka cintai. Hingga datang kabar dari Sirte yang dibawa oleh burung Hud-hud betina sambil menangis ia berkata bahwa Khadafi telah mati. Entahlah, malam masih terdiam ia berusaha menyusun kata untuk bertanya tentang kabar yang sesungguhnya, malam ingin bertanya kepada waktu tapi itupun tak mungkin karena waktu telah membuatnya terluka ketika ia meninggalkannya sendiri di Tripoli. Mungkin sekaranglah saatnya bagi malam untuk pergi ke Sirte menyaksikan sendiri apa yang terjadi dikampung kelahiran pemimpin yang penuh tirani. Ternyata kabar dari Hud-hud betina itu benar adanya, dengan bersimbah darah Khadafi sudah tidak bernafas lagi, tepat pada hari kamis tanggal 20/10/11 itupn menjadi hari kemenangan terbesar bagi para pemberontak yang mengusung revolusi.

Malam merasa inilah saatnya ia harus pergi, mengucapkan selamat tinggal bagi seluruh rakyat Libya yang sudah meraih kemerdekaannya, dan akan melupakan semua masa-masa pahit bersama Khadafi. Namun langkahnya terhenti, ketika burung hud-hud betina itu memintanya untuk tetap tinggal sampai Libya menemukan pemimpinnya yang terlahir dari rahim revolusi. Namun malam tetap harus pergi karena iapun harus mencatat setiap resah, keluh dan kegelisahan para pemuda Yaman yang sudah bergemuruh meminta keadilan yang hampir mati. Malampun hampir lupa bahwa ia memiliki janji dengan seorang bidadari dari Damaskus, ia harus bergegas pergi ke Syiria untuk mendengarkan cerita tentang gemuruh revolusi yang sudah merebak kesuluruh penjuru negeri Syam, yang tercatat dalam sejarah pernah menjadi pusat peradaban islam. Kini negeri yang sudah melahirkan para ulama besar itupun harus meminta revolusi.

Lalu dengan lembut malampun membelai wajah Hud-hud betina sambil berujar “bersabarlah wahai sahabatku yang cantik, beginilah revolusi pasti akan ada yang tersenyum dan ada yang terluka. Tetaplah disini hingga pagi datang membawa menatari dan siang akan menyapamu dengan canda tawa matahari, lalu terbanglah ketika kau sudah melihat bayanganmu berdiri tegar, tegak dan siap menyambut kerlingan pelangi. Percayalah, karena bayanganmu adalah bagian dari dirimu yang bisa kau jadikan cermin lalu tanyakanlah kepada bayanganmu yang ada dibalik cermin kenapa revolusi itu harus terjadi?”. Hud-hud betina termangu ia sudah mengerti bahwa malam tidak akan meninggalkannya sendiri, meski malam berada dibelahan dunia yang lain ia tetap akan menjadi sahabatnya yang sejati, melalui bintang ia akan bertukar kabar, tentang Libya yang sauatu hari nanti akan ia kunjungi lagi.

Hud-hud terbang kepangkuan malam membiarkan dirinya tenggelam dalam pelukannya yang dalam, lalu dalam isaknya ia berkata “malam, jika kau pergi ke Palestina sampaikanlah salamku kepada sahabat-sahabatku yang ada di Yerusalem, sampaikanlah salam rinduku kepada sahabat-sahabatku yang sedang berjuang di Gaza, katakan kepada mereka meski Timur tengah kini bergejolak dan dunia semuanya menatap iba, aku disini tidak akan pernah lupa pada mereka, dan aku sungguh bahagia ketika salah satu negara yang berada di Asia mengakui eksistensinya, mengakui bahwa negara Palestina itu ada. Thailand suatu saat pasti aku akan mengunjunginya”. Malam hanya membalasnya dengan senyuman, lalu pamit melangkah meninggalkan Hud-hud yang kini terpenjara sepi. Malam hampir lupa bahwa iapun membawa pesan dari sahabatnya yang berada di ibu kota Mesir, pesan yang berisi sepenggal puisi untuk kemerdekaan Palestina yang sedang dinanti.

“ Malam enggan menepi, mengukir cerita tentang jihad ditanah yang ingin merdeka
Namun raga tak mampu, hanya jiwa yang sudah terbakar rindu selalu berkata aku ingin disana
Menggugah dunia yang terdiam, memikirkan makna cinta yang tertutup oleh sekat ideologi yang berbeda
Naif! Bukankah kabar itu selalu datang dari para ibu yang kehilangan anaknya, demi Palestina para wanita itu rela mengantarkan anaknya kedalam syahid yang selalu didamba
Aku ada untukmu hingga engkau merdeka, nyanyian itu terus terdengar menyapa hati membuka mulut untuk bicara
Dan berteriak lantang, enyahlah wahai penjajah! Meski kau hancurkan rumah kami perlawanan itu akan tetap ada hingga engkau bosan dengan semangat juang kami yang semakin membara
Air mata hanyalah sebuah selingan sementara, karena setelah itu kalian akan melihat anak-anak itu akan menjelma menjadi seorang kesatria yang tak akan pernah takut untuk berkorban nyawa
Karena Alquds telah memanggil, meski hanya sebongkah batu yang dijadikan senjata, langit percaya engkau akan merdeka “

Cairo 23/januari/2012

2 komentar

Anonim

terharu sekali bacanya kak, mungkin memang benar umat islam harus memperjuangkn system khilafah yang merangkul seluruh umat islam diberbagai belahan dunia, agar tak ada lagi sekat etnis maupun nasionalis, hanya ada satu warna, islam. Betapa sakitnya mendengar kabar saudara kita dibantai, betapa perihnya menghadapi kenyataan kita terpecah belah.

Unknown 6 Desember 2012 pukul 03.06

Iya Harus, umat Islam harus kembali menegakan khilafah..

Posting Komentar