We Are With You

We Are With You
The help of Allah is always near

RELEIVE GAZA'S ORPHANS

RELEIVE GAZA'S ORPHANS
Mari kita bantu saudara kita!

Karyaku

Karyaku
Ya Allah Semoga Bisa Diterbitkan

Followers

Kisah Dalam Gambar Slideshow: Rama’s trip from القاهرة, مصر to 3 cities جدة, مكة المكرمة and الزقازيق was created by TripAdvisor. See another مصر slideshow. Create your own stunning slideshow with our free photo slideshow maker.

Sabtu, 07 Agustus 2010

Senyum Langit (2)

hari ini mungkin hari ketujuh aku tidak melihat wajah 'amu Asyrof, atau tepatnya sudah hampir satu minggu aku tidak ketemu dengan beliau. sekarang hanya Mahmud, Nada dan adik kecilnya yang bernama Ahmad yang sering kulihat di kedai tehnya. Ahmad yang dulu menemukan diktatku yang aku tinggalkan di tempat minum umum khas orang-orang Mesir, ternyata aku lupa untuk mengambilnya kembali, setelah aku letakan diatas mesin pendingin air minum yang berwarna silver itu, Ahmad sudah berulang kali memanggilku tapi karena terburu-buru aku tidak mendengar panggilannya. sampai akhirnya dia menyerahkan kitab itu kepada ayahnya 'amu Asyrof.
Mahmud yang pertama aku kenal di fakultas Usuluddin jurusan hadits. waktu itu dia mengira aku orang Malaysia, aku hanya bisa tersenyum ketika  mendengar perkataan mahmud "sungguh saya tidak bisa membedakan mana orang Indonesia dan mana orang Malaysia" menurutku wajar dia menyangka seperti itu, karena secara kasat mata antara orang Indonesia dan Malaysia seperti tidak ada perbedaan. kadang aku sendiri tidak bisa membedakan antara orang Malaysia dan orang Thailand, kecuali aku sudah mengenal mereka. tapi tidak lama setelah hari itu Mahmud memberikan kesimpulan yang mengejutkanku, kalau dia sudah bisa membedakan antara orang Indonesia dan Malaysia "Romi, aku sudah bisa membedakan antara kalian orang Indonesia dan Malaysia, orang Indonesia ramah tamah dan murah senyum kepada orang asing, sedangkan orang Malaysia berkesan seperti menjaga jarak" kusembunyikan rasa girangku dibalik wajahku, jujur aku sangat merasa tersanjung ketika ada orang asing memuji bangsaku sendiri. aku jadi teringat ketika aku bertanya kepada 'amu Asyrof kenapa beliau selalu murah senyum kepada siapa saja, belaiu menjawab "aku belajar dari Rasulallah, dan belajar dari kalian". kali ini terbukti sudah perkataan kepala sekolahku waktu di Madrasah ibtidaiyyah ketika beliau menerangkan tentang bangsa indonesia. "bangsa indonesia selain memiliki wilayah yang luas yang terdiri dari beberapa ribu pulau tapi kita juga dkenal sebagai bangsa yang ramah tamah, murah senyum dan gemah ripah loh jenaweh".
    kemana sebenarnya perginya 'amu Asyrof sudah dua minggu ini aku tidak melihatnya, ada rasa rindu yang perlahan membelenggu hatiku mencari sosok yang selalu menyejukan jiwa. Nasihatnya, gerak geriknya selalu terngiang-ngiang dan menari-nari dalam pikiranku, Mahmud sendiri seakan enggan untuk bercerita kepadaku, ia hanya mengatakan kalau ayahnya sedang pergi ke Libanon melanjutkan pekerjaannya yang dulu tertunda. 'amu Asyrof dulu juga pernah bercerita kalau dia mempunyai pekerjaan di Libanon dan Syiria, tapi semenjak Israel melancarkan Agresinya di Libanon, dia terpaksa pulang ke Mesir dan membiarkan tempat kerjanya di Libanon hancur oleh rudal-rudal Israel. biasanya mendekati Romadhon baru dia kembali ke Mesir dan merayakan hari raya idul fitri bersama keluarganya. berbeda dengan Nada anak perempuan satu-satunya 'amu Asyrof , walaupun seluruh tubuhnya ditutupi oleh kain hitam, tapi dia tidak bisa menyembunyikan kegelisahannya setiap aku tanya tentang keberadaan ayahnya. walaupun wajahnya ditutupi oleh cadar tapi dari matanya aku bisa melihat kesedihannya.
      Hari ini sebuah pemandangan kasar dan asing menjadi santapan pagi masyarakat mesir di zagazig. sekelompok polisi berseragam hitam dan berpakaian preman sedang mengobrak-abrik kedai teh milik 'Amu Asyrof, seperti satpol PP di Indonesia yang sedang menggusur pemukiman warga yang dianggap ilegal. tapi suasana disini jauh berbeda dengan di indonesia, di mesir orang tidak berani berkerumun untuk menyaksikan ulah para polisi berseragam hitam itu. mereka hanya bisa melihat sekilas atau menyaksikan dari jauh. tanpa bisa berkata apa-apa. masayarakat disini sudah sangat paham dengan undang-undang darurat militer negara mereka. kalau sudah separah ini berarti sudah menyangkut dengan politik dalam negri, atau isu jihad yang sekarang berkembang di tengah-tengah mereka. berurusan dengan mabahits atau polisi sama saja seperti membangun neraka dirumah sendiri. itu mungkin perumpaan yang tepat untuk menggambarkan ketakutan masyarakat mesir kepada pemerintah mereka sekarang ini. diktator dan otoriter.
   aku sampai harus melewati jalan lain untuk sampai kekampusku. karena jalan yang biasa kulewati sekarang dijaga ketat oleh para polisi. "oh, 'Amu Asyrof ada apa sebenarnya dengan dirimu, kenapa para polisi itu menghancurkan kedai tehmu?" batinku mulai memberontak mempertanyakan setiap kejadian yang selama ini kujalani dengan 'Amu Asyrof. tapi tetap saja aku tak bisa menghubungkannya satu persatu. pikiranku belum  sampai pada kesimpulan yang tepat untuk mengetahui apa yang terjadi sebenarnya. Dan dimana sebenarnya sekarang 'Amu Asyrof  berada? pertanyaan itu mulai padat mengisi dimensi ruang otakku. sampai untuk berpikirpun aku tak bisa. "ya Allah lindungi 'Amu Asyrof dan keluarganya" hanya sebuah do'a yang perlahan mulai menenangkan jiwaku.
   kampus sekarang terasa asing. pemandangan yang kulihat tadi menghancurkan semua gairahku. tidak ada lagi pertanyaan untuk duktur, tidak ada lagi diskusi dengan sahabat mesirku. semuanya terasa hambar. aku hanya bisa berdiam diri dalam kegelisahan yang tak pasti. 
"Romi, kamu disuruh menghadap keruangan duktur Syabrowi" perkataan Hisyam sempat mengagetkanku, "entah apa lagi yang akan dilakukan duktur Syabrowi terhadapku". mimik wajah hisyam sedikit heran ketika melihatku menanggapinya hanya dengan senyuman. memang tidak seperti sebelumnya. biasanya kami saling bermujamalah, menanyakan setiap keadaan kami. tapi kali ini aku harus meminta maaf pada Hisyam atas sikafku. di ruang qismu adab wal balaghoh aku melihat duktur Syabrowi sedang menungguku, beliau langsung menyuruhku masuk ketika meliahat aku berdiri didepan pintu ruangannya.
"kamu Romi orang indonesia?" tanyanya tanpa basa-basi
"iya duktur saya Romi, ada apa duktur memanggil saya? aku balik bertanya padanya
"begini Romi, saya mau minta maaf dan berterima kasih padamu" 
hah, minta maaf dan berterima kasih. aku sempat heran mendengar perkataan duktur Syabrowi, minta maaf dan berterima kasih, untuk apa? aku semakin tak mengerti
"kamu tidak usah heran Romi, tempo lalu saya sudah memarahimu didepan kawan-kawanmu, karena inilah saya meminta maaf padamu, dan saya mengucapkan terimakasih padamu atas kesediaanmu menolong istri dan anaku ketika belanjaan mereka berceceran karena tuktuk (bajai) yang mereka kendarai terperosok kedalam ladang gandum, istri saya sudah menceritakan semuanya pada waktu itu ketika kamu terlambat datang kekuliah Romi, dan sudah sewajarnya saya berterima kasih padamu". aku jadi malu sendiri ketika duktur Syabrowi meminta maaf padaku, beliau sanagat rendah hati, walaupun beliau seorang doktor tapi beliau tidak malu untuk berterimakasih kepadaku yang hanya seorang mahasiswa biasa. ternyata dibalik wajah antagonis beliau selama ini tersimpan mutiara yang begitu mempesona. pikiranku kembali pada kejadian dua minggu yang lalu, aku masih ingat waktu itu hari selasa pagi jadwalku untuk pergi belanja kepasar syiba. pasar yang hanya buka seminggu sekali menjadi langganan kawan-kawan indonesia di zagazig kaena terkenal murah meriah. dan kecelakaan itu terjadi ketika aku hendak pulang kerumah, tuktuk yang melaju dengan cepat itu tak bisa dikendalikan oleh pengemudinya. dan akhirnya ketika melewati belokan tajam tutuk itu langsung terperosok kedalam ladang gandum. beruntung jatuhnya kedalam ladang gandum. kalau jatuh kedalam sungai nil entah bagaimana jadinya. aku pun mungkin tidak bisa menolong seorang ibu yang terlihat kesakitan itu. aku tidak tahu kalau ternyata ibu itu adalah istri duktur syabrowi.dan karena kejadian itulah aku terlambat ke kampus.
"duktur, itu sudah menjadi kewajiban saya untuk menolong saudara muslimnya yang sedang ditimpa musibah. jadi duktur tidak usah berterima kasih kepada saya" aku membalas perkataan duktur Syabrowi sedikit gugup.
"apapun alasanmu itu Romi, seperti apa yang kamu  katakan tadi sebagai saudara seiman saya wajib berterima kasih padamu, datanglah padaku jika kamu membutuhkan bantuanku Romi".
    hari ini banyak hal baru yang kujadikan pelajaran.sikap tawadhu' duktur Syabrowi telah mengingatkanku betepapun kita memiliki ilmu yang tinggi, tapi Allah tetap maha mengetahui. sungguh bodoh orang-orang yang baru diberi ilmu seidkit tapi mereka sudah berani menyalahkan para ulama yang telah lalu. bahkan berani mengkritisi kandungan al-qur'an. semoga aku tidak menjadi bagian dari mereka.
    pulang kuliah aku masih memikirkan keadaan 'Amu Asyrof. aku yakin ada sesuatu yang sedang terjadi dengan 'Amu Asyrof. kedai yang aku lihat tadi pagi sekarang sudah menyatu dengan tanah. tidak ada yang tersisa hanya setumpuk puing-puing kenangan bersama 'Amu Asyrof yang kulihat disana perlahan hilang tertiup angin sore itu.
    kulihat diharian "Ad-dustur" Mesir semakin dipojokan oleh masyarakat international pasca infasi Israel ke jalur gaza, Mesir yang berpenduduk mayoritas muslim lebih berpihak ke Israel dari pada masyarakat di gaza yang mengalami tindakan berutal negara zionis itu, perbatasan rafahpun tidak dibuka oleh Mesir, bahkan truk-truk besar yang membawa bantuan untuk Gaza tidak diperbolehkan melewati perbatasan itu. akhirnya perbuatan Mesir menimbulkan banyak kecaman dari berbagai pihak termasuk negaraku sendiri. media harian ini memang terkenal dengan media oposisi yang selalu memprotes kebijakan-kebijakan pemerintahan Muhamad Husni Mubarok, wajar jika pimpinan media tersebut sering masuk keluar penjara hanya gara-gara menulis berita yang menyoroti tentang pemerintahan yang otoriter itu.
    Jam setengah dua malam, aku dikagetkan oleh suara keras yang menggedor-gedor pintu flatku. ternyata teman-temanku lebih dulu terbangun, tapi mereka tidak berani untuk membuka pintu karena terbayang suasana film ketika cinta bertasbih, sedikit lucu memang melihat tingkah teman-temanku. Namun ketika gedoran itu terdengar lagi akupun mulai merasakan ada hawa yang berbeda. Kuberanikan untuk melihat keteropong pintu.  Tapi aneh, aku tidak melihat seorangpun diluar sana. akhirnya setelah menunggu hampir setengah jam gedoran itu ada lagi.
     setelah kutenangkan sahabat-sahabatku akhirnya merekapun bisa melanjutkan kembali tidurnya yang tertunda. beribu pertanyaan mulai terbesit satu persatu dalam pikiran ku. siapa, ada apa, kenapa, membuat tidurkupun tak lelap. aku masih belum berani untuk menyimpulkan kalau kejadian ini berhubungan dengan 'Amu Asyrof. orang baik yang aku kenal belakangan ini. walaupun, memang selama aku mengenal beliau banyak kejadian-kejadian yang mengganjal dalam pikiranku, termasuk hilangnya beliau sampai saat ini, samapai penggusuran kedai teh miliknya. besok pagi setelah salat subuh bersama sahabat-sahabatku aku sempat menyinggung kejadian tadi malam, kutanya satu persatu sahabatku, apakah selama ini mereka pernah melakukan sesuatu yang menyinggung orang-orang amn daulah, seperti berteman dengan orang-orang yang sangat di benci oleh mereka, atau masuk pada ranah politik, apalagi sekarang keadaan Mesir memang sedang sedikit tegang semenjak agresi yang dilancarkan oleh Israel ke jalur Gaza Mesir sempat dipojokan oleh masyarakat islam international. namun tanggapan mereka tidak satupun ada yang menjurus ke hal itu.
   Hari ini semuanya terasa hampa, mungkin karena aku masih memikirkan kejadian semalam. 'Amu Asyrof dan keluarganyapun seakan lenyap ditelan bumi, entah bagai mana keadaanya. dan dimana keberadaannya aku benar-benar tidak mengetahuinya.
aku berjalan lelah setelah belakangan ini mengalami kejadian yang begitu penat. Rindu pada keluaraga dan sahabat-sahabat di Indonesia sejenak merantai angan dan tubuhku, membuat aku ingin segera pergi meninggalkan Mesir yang sudah kujejaki hampir empat tahun, "tinggal menunggu lima bulan lagi baru aku bisa pulang ke tanah air" lirihku dalam hati. Suasana sholat dzuhur masih sangat terasa, keadaan dijalan masih sangat sepi, pertokoanpun masih banyak yang tutup karena ditinggalkan salat oleh pemiliknya, lorong yang biasa ku lewati setelah pulang kuliahpun masih sangat sepi, biasanya jalan ini sangat ramai di penuhi oleh mahasiswa-mahasiswi Mesir yang memiliki tugas perkuliahan, karena disepanjang lorong ini memang banyak perpustakaan, warnet, tempat photo copy, dan tempat-tempat kursus.
  











2 komentar

bedbug-gokil 31 Agustus 2010 pukul 05.17

ditunggu postingan selanjutnya; Senyum Langit [3]

Unknown 11 Oktober 2010 pukul 20.08

sip... yang kedua ja blm selesai hehehe. masih malas melanjutkan.

Posting Komentar