We Are With You

We Are With You
The help of Allah is always near

RELEIVE GAZA'S ORPHANS

RELEIVE GAZA'S ORPHANS
Mari kita bantu saudara kita!

Karyaku

Karyaku
Ya Allah Semoga Bisa Diterbitkan

Followers

Kisah Dalam Gambar Slideshow: Rama’s trip from القاهرة, مصر to 3 cities جدة, مكة المكرمة and الزقازيق was created by TripAdvisor. See another مصر slideshow. Create your own stunning slideshow with our free photo slideshow maker.

Minggu, 29 Januari 2012

Kabar Dari bintang

                                         Kabar Dari BIntang

“ Satu tahun berlalu, namun semua kenangan itu masih tergambar jelas dibenak rakyat Mesir. Berawal dari kegelisahan ketika keadilan hanya menjadi sebuah simbol dalam undang-undang negara. Dan hak-hak rakyat sebagai warga negara dikebiri oleh kediktatoran dan kedzoliman penguasa yang otoriter. Tiga puluh tahun mereka diam menahan segala arogansi pemerintah. Hingga akhirnya pada tanggal 25 januri tahun lalu, bom waktu itupun meledak”
Nada suaranya masih menggebu, matanya memerah, kepalan tangannya tak henti-hentinya ia pukulkan kepohon pinus yang ada disampingnya. Peristiwa  tahun lalu masih melekat kuat didalam benaknya. Mematri sebuah kenangan yang tak akan pernah terhapus dalam jiwanya.

“dan aku yakin air mata orang tua yang ditinggalkan anaknya tidak akan kering dan sia-sia begitu saja, darah yang sudah mengalir akan tetap tercium  meski bercaknya sudah hilang terhapus  oleh waktu yang juga menyimpan rentetan peristiwa bersejarah itu” lanjutnya dengan nafas yang masih memburu.  Aku tidak menyangka sahabat Mesirku ini ternyata memiliki sikap patriotisme tinggi yang ia tutupi dibalik diamnya. Pantas saja ketika di kampus ia sering bercerita tentang hubungan Gamal Abdel Nasser dan Sukarno. Ia juga sering bertanya kepadaku tentang sosok Sukarno yang sudah sangat terkenal dimesir tidak hanya saat Sukarno menjabat sebagai presiden, bahkan hingga saat ini sosok Sukarno masih dikenang oleh orang-orang Mesir.  Ia sangat bangga karena ketika revolusi yang merenggut nyawa salah satu teman kami ia pun berada ditengah-tengah mereka bergabung meruntuhkan Rezim yang sudah tidak diinginkan oleh rakyat Mesir.  Dan ia pun bangga karena akan menjaddi saksi sejarah untuk anak cucunya nanti.

Suatu ketika ia pernah berkata padaku “Romy, suatu saat nanti aku akan bercerita kepada anak cucuku, bahwa akupun ada diperistiwa 25 januari lalu, aku juga akan menyebut nama salah satu sahabat kita yang  syahid dalam peristiwa itu, dan aku juga akan menyebut namamu kepada mereka bahwa kau juga salah satu saksi dalam sejarah itu. seorang sahabat yang berasal dari negara Sukarno, negara Indonesia” aku tersenyum terbawa arus perkataannya yang begitu bersemangat.
“dan akupun berharap meski nanti aku sudah berada dinegaraku, hubungan kita tidak terputus” balasku masih dengan mata yang memandang kearah matahari yang sudah mulai menguning karena hampir tenggelam.

Dialah Thoriq salah satu sahabat Mesirku yang sudah sangat dekat denganku. Jika musim liburan tiba aku sering berkunjung kekampungnya dan menginap dirumahnya, hingga akupun kenal dengan seluruh keluarganya dan saudara-saudaranya. Dulu sahabat dekat Mesirku bukan hanya Thoriq, ada Ahmad yang menjadi tempat rujukan kami untuk bertanya ketika ada salah satu mata kuliah yang tidak kami pahami. Ahmad juga sering mengajak kami bertemu dengan doktor ketika ada permasalahan yang menurutnya belum selesai dijelaskan oleh doktor didalam kelas. Apalagi kalau sudah menyangkut mata kuliah sejarah peradaban dan sastra arab, meski harus mengorbankan kegiatan diorganisasi aku lebih memilih untuk mengikuti ajakan Ahmad berdiskusi dengan salah satu doktor favorit kami, Prof. DR. Shabir Abd. Al-Dayim Yunus. yang kurasa berkawan dengan mereka banyak memberikan manfaat dan tambahan ilmu.

Sebenarnya Ahmad lah teman Mesirku yang pertama aku kenal dikampus, pertama kali aku mengenalnya ketika dia memperlihatkan catatannya kepadaku. Karena awal masuk kampus aku sendiri tidak tahu apa yang sedang dijelaskan oleh dosen, penjelasan dengan bahasa ‘amiyyah yang begitu cepat. Serta sistem belajar yang berbeda dengan di Indonesia membuat aku harus super extra dalam memahami pelajaran. Ahmad sering membantuku dalam memahami apa yang disampaikan oleh dosen, jika ada hal yang penting tentang perkuliahan dia selalu mengabariku. Intinya Ahmad sangat berbeda dengan mahasiswa Mesir yang lainya. Hingga suatu hari ketika kami baru selesai menyelesaikan sholat dhuha aku sempat bercakap-cakap dengannya di masjid kampus.

“Ahmad, aku lihat kau sangat berbeda dengan mahasiswa-mahasiswa Mesir yang lain?” sambil menyender ditiang masjid aku memberanikan diri bertanya padanya
“maksudmu? Aku berbeda seperti apa Romy?” aku sempat bingung ketika Ahmad balik bertanya, walaupun aku perhatikan matanya masih tertuju kepada karya monumental Ibnu Sirin “tafsir Ahlam”  tapi aku yakin dia menunggu perkataanku selanjutnya.
“iya,  kau begitu baik, dan mau bergaul dengan kami orang-orang ajnabi” jawabku sambil menatap kearahnya
Perlahan Ahmad menutup buku yang  dari tadi ia baca dan sangat dalam ia hayati, lalu menatap kearahku dengan senyumannya yang has. “ Romy, aku seperti ini karena aku bisa berteman dengan orang sepertimu” Ahmad tidak meneruskan ucapannya ia tertuju kembali kepada buku tafsir ahlam yang dari tadi ia hayati, membuat aku tidak mengerti dengan maksud dibalik ucapannya.
“maksud kau apa Ahmad, aku tidak mengerti?” timpalku dengan nada heran. Ahmad kembali menatapku kali ini ia benar-benar meletakan buku karya Ibnu Sirin itu
“Romy, agama kita adalah agama yang  syumul, didalamnya sudah tercantum semua peraturan dan undang-undang hidup, termasuk dalam bergaul dan memilih teman. Jauh sebelum islam sampai kenegaramu Rosulallah sudah mengingatkan agar kita berhati-haati dalam memilih teman. Apakah kau belum mendengar hadits tentang hal itu? rosulallah bersabda “Seseorang (diukur) berdasarkan agama temannya; maka hendaklah salah seorang di antara kamu melihat siapa yang ia jadikan kekasih (teman).”* aku senang karena Ahmad menjelaskannya dengan bahasa arab Fushah, membuat aku semakin antusias mendengar perkataan sahabat ku ini, mendengar penjelasannya aku jadi teringat lima tahun lalu ketika aku masih dipesantren, waktu pak yai bercerita tentang arti seorang sahabat, cerita itu semakin indah karena ia ambil dari kisah hidupnya sendiri.

“Ketika waktu menyatukan perbedaan, ketika waktu perlahan mengikis semua jarak diantara kami, dan kebersamaan membuat kami mengerti tentang arti berbagi. Kebersamaan membuat kami menangis ketika salah seorang diantara kami ada yang tersakiti. Kebersamaan membuat kami selalu tersenyum Dan ketika waktu libur tiba rasa sepi mengajarkan tentang arti cinta dan rindu, lalu ada yang hilang ketika kami kembali kekota asal masing-masing. Ada yang ke Jakarta, Banten,  Jawa barat, Jawa tengah, Jawa timur, Padang, Aceh, Riau dan saya Sendiripun harus kembali ke Medan. Dan ketika termenung didalam bis, saya baru faham “sahabat adalah hadiah terbesar yang diberikan oleh Allah.
“hey Romy! Kenapa kau malah melamun? Pergi dari topik pembicaraan” suara Ahmad mengagetkanku
“maafkan aku Ahmad, mendengar hadits yang kau bacakan tadi aku jadi teringat ketempat yang membut aku sekarang berada disini”
“maksudmu, ma’had yang dulu kau ceritakan itu” Ahmad langsung memotong pembicaraanku, aku hanya mengangguk memberi senyum
“berarti  kaupun sudah faham dengan hadits yang kubacakan tadi” lanjut Ahmad dengan senyum yang menggantung diwajahnya
“tapi kau yang mengingatkanku Ahmad” balasku singkat
 “lalu menurutmu, kriteria seorang teman yang bak itu seperti apa?” Ahmad balik bertanya padaku

“menurutku, kriteria teman yang baik adalah, dia seorang yang berakal, berakhlak baik, bukan seorang yang fasik, bukan juga golongan ahli bid’ah, dan dia tidak ambisius terhadap dunia. Aku yakin kaupun sudah faham, tidak ada yang lebih mulia dari seorang teman sekalipun ia tidak terlahir dari perut ibumu, namun ia menjadi sebab kau mendapatkan syafaat dan selamat dari api neraka. Aku pernah mendengar hadits tentang hal ini ketika aku sholat jum’at kemarin, sang khotib menceritakan bahwa kelak orang-orang yang beriman akan memberikan syafaat. begini bunyi haditsnya “Rasulullah shallallahu 'alahi wasallam bersabda, “Lalu para Nabi memberikan syafaat, demikian pula para malaikat dan orang-orang beriman.” **
“Romy, setiap hari selasa ba’da sholat isya dimasjid Walidain ada talaqi ‘ilmu hadits,  kalau kau mau kau bisa ikut bersamaku. Kebetulan aku kenal dengan syaikhnya” sambung Ahmad, kali ini ia terhanyut kembali dengan kitab tafsir ahlamnya.
“assalamu alaikum” suara orang yang memberi salam membuat kamipun berhenti bercakap-cakap
“Thoriq, apakah duktur Athiyyah sudah datang?” seru Ahmad ketika melihat orang yang berjanggut tipis itu masuk lalu duduk bersama kami
“sepertinya hari ini beliau tidak datang, karena sudah hampir jam setengah sebelas tapi beliau tidak muncul-muncul” jawab orang yang dipnggil Thoriq
“oiya Thoriq, perkenalkan ini Romy, mahasiswa dari Indonesia” lanjut Ahmad
Disinilah pertama kali aku mengenal Thoriq. Lalu awal persahabatan yang indahpun dimulai karena Thoriq sangat sering memintaku berkunjung kerumahnya. Jika rumah Ahmad berada di daerah pantai di Dimyat, berbeda dengan Thoriq rumah dia dekat dengan perkebunan jeruk yang terletak di ujung propinsi Syarqiyyah. membutuhkan waktu satu jam untuk bisa sampai ke kampus, wlaupun begitu Thoriq tidak pernah absen dikuliah hampir setiap hari dia selalu duduk dibangku paling depan bersama Ahmad.

Waktu berlalu dengan cepatnya menyisakan sebuah kenangan yang tidak bisa dilupakan, sepertinya baru kemarin aku bercakap-cakap dengan Ahmad dimasjid kampus. Namun sekarang semuanya berbeda Ahmad kini hanya tinggal kenangan. Kampuspun terasa semakin sepi apalagi dengan keadaanku sekarang ini suasana kampus terasa begitu asing. Beruntung ditengah kegundahanku aku bertemu Thoriq, Ia mengajakku pergi ke Dimyat untuk bertemu dengan keluarga Ahmad dan sekaligus menjiarahi makam Ahmad. Dari sini cerita yang dulu masih terpotong mulai terkuak, Ahmad pernah bilang jika dia sangat membenci Rezim Mubarak, dia juga pernah bercerita bahwa dia sangat ingin pergi ke palestina bergabung dengan para mujahidin disana, lalu dengan buku tafsir ahlam itu, yang dulu sering Thoriq tanyakan ternyata ada sebuah alasan dibalik itu semua.
Dengan mata yang masih meneteskan air mata ibu Ahmad mulai menceritakan semuanya, ketika tahun 2007 silam ayah Ahmad yang seorang imam masjid dan juga khotib pernah berkhutbah yang menyinggung kebobrokan rezim Mubarak. Satu minggu setelah kejadian itu ayahnya menghilang, hingga tidak diketahui dimana keberadaannya. keluarganyapun berusaha mencarinya tapi percuma ayah Ahmad seperti hilang ditelan bumi. Setelah hampir satu bulan dalam keadaan putus asa, ayah Ahmad muncul didepan pintu rumah mereka, keadaannya  sangat memprihatinkan badannya kurus serta banyak luka-luka disekujur tubuhnya. Tapi ternyata penderitaan mereka tidak berhenti sampai disitu saja, mereka sering mendapatkan teror dari orang-orang tidak dikenal. Sampai yang paling menyedihkan adalah ketika ayah dan adiknya yang baru berumur dua tahun mengalami kecelakaan yang tidak lazim, beruntung ayahnya berhasil diselmatkan tapi adiknya yang bernama Ali harus meregang nyawa karena mengalami luka dibagian kepala yang sangat serius.

Inilah alasan mengapa Ahmad sangat membeci rezim Mubarak. Lalu tentang buku tafsir ahlam itu ibunya mengatakan bahwa ahmad pernah bertanya kepada ayahnya tentang arti dari sebuah mimpi, namun karena ayahnya tidak bisa menjelaskan maka Ahmad mencari sendiri jawaban itu dibuku yang selalu ia baca ketika waktu kuliah kosong, dari buku tafsir ahlam itu ahmad berusaha mencari arti dari mimpinya. Ibunya mengatakan bahwa Ahmad pernah bercerita kepadanya ia bermimpi pergi ke Palestina ikut berperang bersama para mujahidin disana dan ia meninggal dalam keadaan tubuh yang berlumuran darah.
Dan ternyata sms Ahmad yang datang tanggal 3 februari 2011 adalah sms terakhir untuk keluarganya, dalam sms itu Ahmad mengatakan “ia ingin pulang karena merasa lelah dan ingin beristirahat”  tapi ternyata Ahmad tidak pulang kerumahnya. Ia pulang kepangkuan zat yang maha menghidupkan dan maha mematikan. Dan disamping kuburnya dibawah pohon pinus aku dan Thoriq masih mengingat kenagan-kenangan indah bersama Ahmad, kenangan indah yang mengajarkan tentang arti persahabatan.

“Tentang seseorang janganlah engkau bertanya padanya, tapi tanyakanlah kepada siapa yang ada didekatnya”

*(HR.Abu Daud, dishahihkan Syaikh al-Albani)
** (HR.al-Bukhari dan Muslim)

Kairo 29/01/012

2 komentar

Anonim

suka dengan tulisan2 kak Rama mengenai persahabatan.. :)

Unknown 9 April 2012 pukul 12.49

terima kasih Lia hehe. nanti mau nyoba nulis lagi, udah lama ni Futur hehe

Posting Komentar