We Are With You

We Are With You
The help of Allah is always near

RELEIVE GAZA'S ORPHANS

RELEIVE GAZA'S ORPHANS
Mari kita bantu saudara kita!

Karyaku

Karyaku
Ya Allah Semoga Bisa Diterbitkan

Followers

Kisah Dalam Gambar Slideshow: Rama’s trip from القاهرة, مصر to 3 cities جدة, مكة المكرمة and الزقازيق was created by TripAdvisor. See another مصر slideshow. Create your own stunning slideshow with our free photo slideshow maker.

Rabu, 10 November 2010

Jejak cinta adik kecilku


Jejak cinta adik kecilklu
assalamualaikum, air mata telah berderai wajahpun tak sanggup ku tengadahkan lagi tuk melihat wajah-wajah yang suci, kak bantu aku untuk memohon maaf pada tuhan atas segala dosa. Hati dan lidahpun malu tuk menyebut namanya”
Entah sudah berapa kali sms yang datang dari adik kecilku, namun baru kali ini yang mengisyaratkan tentang kegundahan hatinya, ada apa dengan dia? Dimanakah wajah yang selalu ceria itu yang selalu ia gambarkan melalui sms-smsnya yang membuatku terbangun dimalam hari. adik kecilku, apakah sedang terjadi sesuatu padanya?. Sampai malam pun tak bisa mengenggamku, sms dari adik kecilku benar-benar membuat mataku tak bisa kupejamkan lagi. Hanya perasaanku yang terbang tinggi menuju Indonesia mengitari ribuan pulau-pulan yang sudah kutinggalkan hampir tiga tahun dan tepat disebuah pondok pesantren didaerah banten tatapanku terhenti, tertuju pada sebuah bilik kecil tempat adik kecilku melepaskan peluh dan lelah setelah pulang mengajar, kudengar isakan tangisnya dalam gelap malam dan aku bertambah yakin kalau adik kecilku memang dalam keadaan bersusah hati, aku sangat yakin dengan keadaannya, karena dulu pun ketika hari-harinya dilanda kesedihan ia akan mengadu padaku dengan tangisannya yang membuat aku pilu, dan sekarang dia sendirian dengan beban hatinya tidak tahu harus kepada siapa mengadukan perasaannya. Oh adik kecilku yang lemah yang susah untuk menentukan sebuah pilihan, jangan takut karena disini aku selalu mengawasimu.
Aku bangkit dengan perasaan nelangsa bayang-bayang adik kecilku masih menari-nari dalam pikiranku, “tak ada yang bisa menentramkan jiwaku, kecuali air Wudhu.” Bisiku dalam hati.
Air yang dinginpun  tak kurasakan lagi dinginnya semuanya terasa hangat ketika perasaan ini masih dirantai oleh gundah, musim dinginpun menyusut dalam kecemasan hatiku tak ada lagi yang kurasakan, hanya ketidak tahuan yang ingin kusibak melalui dzikir dimalam ini. Selesai sholat malam perasaan ku mulai bisa kukendalikan, kebiasaan adik kecilku tak pernah berubah, diapun sudah paham dengan keadaanku, sampai-sampai dia sudah hapal dengan rutinitas ku disini, jam tujuh pagi waktu Indonesia bagian barat, dia selalu membangunkanku melalui smsnya yang selalu membuatku tersenyum.
“assalamualaikum, hallo kakaku yang ganteng, pasti masih selimutan, musim dingin begini emang enaknya buat selimutan, tapi kayanya kakaku nggak kaya gitu deh, dia selalu tepat janji dengan jadwal yang sudah dibuatnya, kak bangun! Jangan lupa doain aku ya ”
Bahagia sekali rasanya memiliki seorang adik seperti adik kecilku, walaupun keberadaannya jauh diindonesia dia tidak pernah bosan memberiku motifasi dan sugesti untuk tetap istiqomah. Aku pun semakin rindu dengannya, banyak sekali cerita yang ku bukukan dalam catatan harianku yang ingin kuceritakan pada adik kecilku setelah aku pulang keindonesia nanti. aku yakin dia pasti akan senang sekali dengan setiap kejadian disini yang kuceritkan padanya. Karena diapun sangat senang menceritakan setiap kejadian yang  dialaminya padaku. dan anehnya, akupun tak pernah bosan mendengar setiap cerita dari adik kecilku.


Kuraih ponselku kembali, sms dari adik kecilku masih terlihat disana, aku terdiam sejenak mengingat kembali apa yang biasanya membuat adik kecilku cepat dihiasi senyum kembali, oiya aku teringat dengan bunga kaktus mungil yang aku berikan sebagai hadiah ulang tahunnya ketika umurnya menginjak delapaan belas tahun, seketika itu tawanya langsung meledak sampai gigi-giginya yang putih terlihat olehku, aku bingung dengan  sikapnya padahal bunga kaktus itu aku sengaja berikan tanpa niat sedikitpun untuk membuatnya tertawa. aku suka dengan bunga kaktus itu karena bentuknya saja yang kecil dan mungil, adik kecilku malah berkomentar “ tahu nggak kak mungkin ini baru pertama kalinya terjdi didunia ada cowok yang memberikan bunga kaktus sebagai hadiah ulang tahun kepada seorang cewek, gak romantis banget! kasih bunga mawar ke, atau bunga matahri ke, ini, bunga kaktus.” sahut adik kecilku masih dengan tawanya yang terbahak-bahak. Waktu itu aku hanya bisa garuk-garuk kepala, seperti orang tolol  karena tidak mengerti soal bunga sama sekali. Tapi sms yang kukirimkan tidak memberikan kesejukan dalam hatiku dan aku yakin adik kecilkupun merasakan hal yang sama. Buktinya ia hanya membalasku dengan smail saja “ ^_^ “ , tidak ada kata-kata lain. Sekarang aku semakin yakin, sesuatu yang buruk sedang menimpa adik kecilku. Tapi dia enggan untuk berterus terang padaku. Ya Allah masalah apa yang sebenarnya yang sedang melanda adiku? Padahal aku sangat yakin dengan sikapnya seperti itu padaku ia sangat merasa tertekan. Aku sangat paham dengan sifatnya semenjak di pesantren dulu.
Angankupun kembali terbang kemasa tiga tahun silam. ketika aku dan adik kecilku masih dibangku pondok-pesantren. Aku yang ketika dipesantren hampir tidak pernah di jenguk oleh orang tuaku karena jauhnya jarak. Antara Kota Medan yang berada di pulau Sumatra dengan Rangkas bitung yang berada dipulau jawa tidak memungkinkan untuk orang tuaku untuk selalu menjenguku dipesantren. Walaupun waktu dan keadaan memisahkanku dengan orang tuaku. Tapi aku masih tetap merasakan indahnya di jenguk oleh orang tua seperti santri-santri yang lain. Karena ketika adik kecilku di jenguk oleh orang tuanya aku selalu berada di tengah-tengah mereka. Makan bersama, tertawa bersama, pendeknya ketika aku berada ditengah-tengah mereka, aku seperti berada dalam keluargaku sendiri, mereka sudah kuanggap pengganti keluargaku yang tak pernah datang menjenguku dipesantren. hanya saja ketika orang tua adik kecilku akan memberiku uang saku. Aku selalu menolaknya. Aku selalu beralasan uang yang dikirim oleh ayahku di Medan sudah lebih dari cukup. Padahal untuk seukuran santri-santri yang lain mungkin masih sangat kurang. Empat puluh ribu untuk satu bulan. Karena setiap bulan ayahku hanya mengirimi aku uang sebesar 175.000 rupiah. 115.000 untuk biaya SPP di pesantren dan sisanya biasa kugunakan untuk keperluan sehari-hari ku dipesantren. Untuk membeli sabun mandi dan sabun cuci. Kalau masih ada sisa biasanya kumasukan kedalam tabungan rahasiaku. Untuk jajan, aku tidak pernah memikirkan hal itu. Karena hampir setiap hari adik kecilku selalu mengirimi aku makanan-makanan kecil yang dia beli dari kantin pesantren. Dari situlah aku selalu menolak ketika orang tua adik kecilku akan memberiku uang saku.
     Dipesantren aku tidak pernah merasa sepi, walaupun duniaku seperti terkurung tapi keceriaan itu masih bisa kunikmati. Aku menemukan banyak saudara-saudara baru disana, salah satunya adalah adik kecilku. Adik yang selalu menghiburku, adik yang selalu memberiku semangat, hingga aku bisa melewati hari-hari ku dipesantren dengan wajah yang selalu tersenyum. Aku masih ingat, kedekatanku dengan adik kecilku sempat membuat teman-teman satu asramaku iri padaku, bahkan ada yang hampir memusuhiku karena hanya rasa cemburu, kadang aku hanya bisa tertawa bila mengingat kembali masa-masa itu. Walaupun sebenarnya aku sangat ingin mengulang kembali peristiwa-peristiwa masa lalu itu. Mungkin suatu hari nanti cerita-cerita ini bisa menjadi bumbu-bumbu rindu untuk saling bertemu untukku dan sahabat-sahabatku. 
Musim dingin semakin hari semakin menyelimui Zagazig. Hawa dinginnyapun semakin kurasa menusuk poro-pori kulitku, apa lagi saat-saat malam seperti ini. Semuanya semakin terasa sempurna, Suasana Sepi, dan dingin, menjadi alasan yang tidak bisa dibantah lagi untuk berselimut di atas tempat tidur. Biasanya itu yang lebih dipilih oleh kawan-kawan disini apabila mereka disuruh memilih. Tapi malam ini aku harus tetap keluar untuk mengenang kembali masa-masa indah bersama adik kecilku dipesantren.
       Malam ini, adalah tanggal 30 november malam biasanya adik kecilku selalu mengingatkanku akan hari ulang tahunnya yang jatuh pada hari esoknya, “kak,jangan lupa. Pokoknya besok aku harus dapat hadiah dari kakak, kalau enggak aku akan minta izin pulang kerumah, biar aku bisa merayakan ulang tahunku bersama orang tuaku”. Awalnya aku tidak terlalu menanggapi ancaman adik kecilku. tapi besoknya aku sempat kaget dan terkejut ternyata adik kecilku benar-benar pulang kerumahnya setelah sholat ashar, Karena pagi tadi aku tidak menanggapi ucapannya.
        Semenjak kejadian itu, aku tidak pernah menganggap remeh ancaman adik kecilku, dan malam tanggal satu dasember aku selalu menyiapkan hadiah untuknya walaupun itu hanya sebatang coklat silver quen. Yang terpernting dia tidak pulang kerumah hanya gara-gara aku tidak memberinya hadiah ulang tahun. Walaupun sebenarnya aku tidak suka merayakan ulang tahunku sendiri apa lagi ulang tahun orang lain. Tapi aku tetap merasakan pantulan kebahagiaan adik kecilku, karena setiap ia merayakan ulang tahun pasti orang tuanya akan dating ke pesantren dengan membawa berbagai macam aneka makanan termasuk makanan kesukaanku merek sudah sangat hapal nasi plus ayam bakar padang.
      Kebiasaan itu terus berjalan, sampai ketika aku sudah meninggalkan adik kecilku aku masih merindukan hari-hari itu, malam inipun aku masih sempat keluar untuk membeli coklat kesukaannya, biar nanti kukirimkan sms selamat ulang tahun sekalin dengan poto coklatnya psti adikku akn senang sekali. “aslkm, pa kbr adik kecilku, met ultah ya smga dgn brtmbahnya usia brtmbah jg kedewasaannya, mhn maaf krn udh 3 x K’’ gak prnah kash hadiah bwt km nanti klo K’’ udh pulg psti k’’ kash hadiah yg istimewa bngt”, setengah jam aku menunggu sms balasan dri adiku ternyata tidak kunjung tiba, akhirnya aku lebih memilih untuk tidur Karena besok pagi aku harus pergi kuliah. Pagi harinya aku baru mendapatkan balasan dari adik kecilku, tapi sedikitpun dia tidak menyinggung hari ulang tahunnya.  
“Ass, ka pa kbr? Lg hafln quran y, ka widi minta doanya biar wdi dpt jdh yg bs bimbg kepd kbaikn. Kt ulama doa org yg lg menntut ilmu biasanya  di ijabah Allah lgsg”
Aku sempat kaget dan tersenyum melihat sms dari adik kecilku, ternyata adik kecilku sudah memikirkan siapa orang yang akan menjadi jodohnya, dalam senyumku aku masih merasa heran kenapa adikku tidak merespon sms ku ketika aku mengucapkan ulang tahun untuknya, tapi aku tidak terlalu ambil pusing, aku hanya berhusnudzon adiku sekarang sudah semakin dewasa tidak seperti dulu lagi, buktinya dia sudah menyinggung siapa orang yang akan menjadi temannya. Aku baru sadar kalau jarak umur antara aku dan adiku hanya terpaut satu setengah tahun saja, berarti sekarang dia sudah berumur dua puluh satu tahun setengah, wajar kalau dia sudah memikirkan siapa jodohnya.
“ternyata adiku sdah dwasa ya, sdh memkirkn spa org yg akn mnjd pndmpng hdp’y. Tnang ja psti K’’ doain, pa sih yg nggak bwt adik kclku. Ga, skr lg ngapal sya’ir jahily, alqur’an td udh b’da sbh.”
    Tak ada yang berubah dengan hari-hari ku disini kecuali sms-sms adik kecilku yang sudah semakin jarang. Bahkan sms ku tak pernah dia balas lagi. Perlahan aku semakin merasa kehilangan adik kecilku, namun aku selalu berusaha untuk berjalan tetap apa adanya, duniaku sekarang di Mesir bukan di Indonesia, adik kecilku pasti bisa menjaga dirinya sendiri apa lagi sekarang dia tetap berada dilingkungan pesantren. Tapi entahlah, aku tetap tidak tahu apa yang berlaku dengan adik kecilku.
        Suatu hari sms adik kecilku datang lagi menyapaku, aku hanya bisa tersenyum bahagia karena adikku ternyata tidak melupakanku
“Doanya ka insya Allah hri ahd wdi mo ta’aruf. Dia hafidz sdngkn Wdi cm org biasa ja. Ka Wdi bs gay a ma beliau?”
Ada setitik rasa haru yang bersarang dalam hatiku, entahlah setelah membaca sms dri adikku aku merasa ada sesuatu yang sedikit berubah dengan adik kecilku, aku merasa aku akan kehilangannya, sayang waktu itu aku tidak memiliki pulsa jadi aku tidak bisa memblas langsung sms dari adikku. Aku hanya bisa berkata dalam hati mengirimkan nasehat dan doa untuknya.
“ Bisa, Widi bisa Kok sama beliau, ingat, jodoh itu tidak ditentukan apakah  Widi sudah hafidz alqur’an atau belum. Widi masih ingatkan apa yang sudah diajarkan oleh pak yai dipesantren “al khobiitsaatu lil khobiitsiin, wal khobiitsuuna lil khobiitsaat, wathoyyibaatu lithoyyibiin, wathoyyibuuna lithoyyibaat, perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji pula. Sedangkn perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik pula. Jadi Widi gak usah khawatir pasti Widi bis sama seorang hafidz. Suatu saat nanti pasti akan kukirimkan kata-kata ini untuk adik kecilku.
Waktu kembali berjalan akupun semakin sibuk dengan kegiatanku sendiri, di organisasi DPD aku sebagai coordinator keilmuan dan intelektual, sedangkan di forum kajian diskusi independen aku menjabat sebagai ketua dewan tanfidziyyah kajian “pembaharu” memang sangat terasa lelahnya tapi dari sini aku merasa lebih bersahabat dengan kitab-kitab klasik dan kontemforer. Dinamika mahasiswapun semakin kurasakan perhelatannya tiada hari tanpa kajian, aku berharap ini bukan hanya sebagai tuntutan pribadiku yang di amanahi menjadi coordinator keilmuan dan ketua tanfdziah kajian pembaharu, tapi murni dari keinginanku sendiri ingin aktif di organisasi dan kajian.
“Ass, ka lg apa? Wdi hari ahd mo ketemuan ma beliau. Du..h gmna ya Wdi deg-degan nih. Doain Wdi ya ka.”
Aku kembali tersenyum dengan kedatangan sms adik kecilku, rasa haru dan bahagia kembali merasuk dalam hatiku, ada tawa kecil yang keluar dari mulutku ketika membaca smsnya, oh adik kecilku andai aku bisa berada disisinya saat ini, mungkin aku akan menghiburnya atau menggodanya, Karena sebentar lagi adik kecilku akan dilkhitbah oleh seseorang yang selalu menjadi dambaannya seseorang yang sudah hafidz alqur’an.
“ Wass, prtma slmt untk adk kcilku yg sbntr lg akn menggnapkn separuh dari agamanya, yg kdua jgn grogi pa lg smpai gmtran ddpn calonnya, nnti acrnya bs bubar. Ktga pst K” sll doain yg trbaik utk adik kcilku, slm jg bwt bpk & ibu ya”
Hari ini semakin indah kujalani, besok adalah hari yang paling bersejarah untuk adik kecilku hari-hari dia akan menuju pada gerbang pernikahan, aku jadi semakin tidak sabar ingin tahu apa yang terjadi selanjutnya apakah acara pengkhitbahan adik kecilku berjalan lancar atau ada sesuatu yang lain. Seperti pesannya dalam sms, aku hanya bisa berdoa agar Allah bisa memberikan yang terbaik untuk adik kecilku. Hari ahad pun berlalu rasa penasaranku dengan acara adik kecilku semakin tak terkontrol akhirnya jam sebelas malam waktu Kairo aku mengirim sebuah sms untuk adik kecilku.
“Ass, hei. Pa kbr? Gmn acra td sore lncr? Smg Allah mmbrikn yg trbaik utk adik kecilku”
Sebelum tidur sengaja kukirimkan sms untuk adik kecilku, biasanya dia membalasnya tepat jam dua malam sambil membangunkanku untuk sholat tahajjud, tapi ternyata balasan itu tidak juga ada sampai aku selesai melaksanakan sholat malam. Aku hanya bisa berusaha untuk menepis rasa suudzonku. Sms ku tidak di balasnya bukan berarti ada sesuatu yang tidak baik menimpa adik kecilku, mungkin sekarang dia tidak ada pulsa makanya dia tidak segera membalas sms dari ku.
      Tiga hari berlalu namun tetap saja adik kecilku tidak memberi kabar berita mengenai acara pengkhitbahannya, aku semakin merasa khawatir jangan-jangan perasangkaku memang menjadi kenyataan. Dalam keresahanku setelah pulang kuliah akhirnya aku mendapat sms dari adik kecilku, tapi sms itu bukan sms berita tentang pengkhitbahannya. Tapi sms lain.
“1 pOhOn Bs Mnjd HuTan,,, 1 SeNyumAn Bs Jd PrShBtn,,, 1 SeNtUhN Bs Jd P’rHt!An,,, 1 TmN SpRt! Mu Bs Jd 1KeBaNg9aAn. How are you to day bro?”
Aku kembali tersenyum dengan sms dari adik kecilku, mudah-mudahan memang tidak terjadi apa-apa dengannya, dari sms ini aku bisa memprediksikan kalau adik kecilku memang baik-baik saja. Apa mungkin dia sengaja menutup-nutupi perasaannya? Aku pikir tidak karena aku benar-benar tahu siapa adik kecilku. Biarlah nanti aku yang menelponnya untuk mengintograsi setiap rahasia yang disembunyikannya, karena sudah hampir lima bulan aku tidak mendengar suaranya.
“Alhamdulillah, Im fine, what the matter whit you? Ternyata adik kecilku sudh menjadi pujanggawati ya”
Ternyata adik kecilku lngsung membalas smsku
“ga, lg keingtan sm kk q ja. Ka tlp sih kangen tau”
Sms yang singkat tapi mampu membuat langkahku kembali tegak, beban pikiranku terasa lebih ringan, keluhan tentang organisasi pun hilang dengan kata-kata adik kecilku yang telah menyihirku. Ada sebuah sugesti baru yang merasuk dalam tubuhku, tugas-tugas kuliah dan kajian yang menumpuk terasa lebih mudah sehingga sedikit demi sedikit bisa kuselesaikan, walupun cuaca dingin tetap merantaiku dengan kuat, namun aku bisa melawatinya dengan tetap tersenyum. Detik-detik seperti inilah yang selalu aku harapkan, dan hanya adik kecilku yang bisa menghadirkan semua kebahagiaan ini.
“mngkn nnti akhir bln K’’ bru bs tlp. K’’ jg kngen, akhir bln ga plng k rmh kn? Soal’y K’’ jg pngn ngbrol sm mntan ank2 K’’ di psantren”
      Hari-hari ku berjalan kembali seperti biasa. Kuliah, kajian, dan berorganisasi. Semuanya aku lewati dengan hati yang tak menentu, kadang naik kadang turun, kadang rasa jenuh juga menghampiri membisikan kata-kata putus asa untuk membuat aku lemah dan kelaur dari jalanku yang sudah teratur. Tapi aku bersyukur karena aku masih bisa mengendalikan keadaanku, jauh dari orang tua, keluarga dan teman-teman terdekat telah membuat aku terbiasa untuk memecahkan setiap permasalahanku seorang diri, kecuali ada masalah-masalah serius yang harus ku diskusikan dengan orang tuaku baru aku menelpon mereka.
     Kehadiran adik kecilku dalam hari-hariku telah membantuku untuk selalu bertahan dari rasa rinduku, bertahan dengan jarak yang begitu jauh, yang memisahkan aku dengan keluargaku, aku tidak tahu apakah aku bisa melewati hari-hari ku disini tanpa sms-sms dari adik kecilku, karena suatu hari nanti, pasti sms-sms itu tidak akan datang lagi menyapaku, dan aku harus membiasakan diri untuk melewti hidupku tanpa bergantung pada sms adik kecilku.
      Zagazig masih terbelenggu oleh hawa dingin yang semakin menuju pada puncknya, ada sedikit yang berubah dalm hari-hariku, sekarang aku mulai terbiasa dengan jadwal yang kubuat sendiri tidak harus menunggu sms dari adik kecilku, entah kenapa adik kecilkupun seolah mengerti dengan apa yang sedang ku pikirkan, semuanya berlalu tanpa ada kabar berita dari adik kecilku, kecuali jika ada kabar yang penting yang harus disampaikan baru dia akan mengirim sms padaku, seperti smsnya tadi siang,
“Ass, ka lg pa? Wdi kmarin ga jd ktmu ma beliau. Bsk disni wsuda angktn ke 8. Doain ya biar lncr”
Aku tetap tersenyum dengan kabar dari adik kecilku, namun entahlah kali ini aku tidak bisa mengartikan senyuman yang keluar dari wajahku. Ternyata benar banyak hal yang tidak kuketahui tentang adik kecilku, acara pengkhitbahannya yang batal, serta masih banyak hal lain lagi yang tidak aku ketahui, tidak seperti awal kedatanganku dulu ke Mesir. Sekarang adik kecilku seakan asing bagiku.
        Hari semakin menyudut pada pergantian bulan, waktu untuk menelpon adik kecilkupun semakin mendekat. Besok sudah kupersipkan semuanya, berita untuk orang tua dan keluarga, serta cerita singkat untuk adik kecilku tentang aku dan Mesir. Mungkin semuanya tidak seindah dulu lagi, tapi aku yakin adik kecilkupun masih menyimpan rindu untuku.
     Hari jum’at hari liburku disini, biasanya kupergunakan untuk berbagai macam kegiatan diluar kuliah dan organisasi, menelpon keindonesia, baca berita tentang keadaan Indonesia, atau hanya sekedar membuka friendster. Sebenarnya disni Aku hanya memiliki waktu longgar sebanyak tiga hari: kamis, jum’at, dan sabtu. Hari kamis hanya ada satu mata kuliah, tapi malamnya aku harus mengawsi acara rutin DPD kajian madrasah, sabtu walaupun kosong tapi pagi harinya aku selalu  awali dengan bermain bola dilapangan Syibah, turut andil juga meramaikan program departemen olah raga. Hari jum’at inilah waktu yang pas untuk menumpahkan rasa rindu pada keluargaku di Indonesia, walaupun hanya suaranya saja yang kudengar, tapi semuanya mampu menumbuhkan semangat baru untuk ku, untuk tetap bertahan melewti hari-hariku dinegri seribu menara.
      Setelah menghubungi keluargaku, biasanya aku baru menghubungi adik kecilku dipesantren, banyak berita baru yang kudapatkan darinya baik itu mengenai perkembangan pesantren yang semakin pesat atau berita mengenai dirinya sendiri. Seperti masalah pengkhitbahan sebenarnya itu sempat terjadi, tapi lamaran itu tidak sampai pada pernikahan karena menurut orang tua adik kecilku syarat yang diberikan oleh pihak laki-laki, terlalu berat. Adik kecilku kelak harus rela di poligami oleh suaminya. Syarat inilah yang menyebabkan pernikahan itu tidak terlaksana, walupun sebenarnya adik kecilku tidak ada masalah dengan syarat itu, tapi karena orang tua tidak sepakat dengan poligmi, maka diapun harus mengikuti keputusan orang tuanya. Aku hanya bisa memberikan nasihat dan saran kepada adik kecilku atas kejadian ini, karena setiap peristiwa pasti ada hikmah yang akan di petik.
        Hampir setengah jam aku saling bercerita dengan adik kecilku, aku mengira semunya tetap berjalan apa adanya, tidak ada suatu apapun yang ditutupi oleh adik kecilku. Tapi semunya semakin jelas setelah aku menghubungi salah satu guruku dipesantren, orang yang sudah sangat dekat denganku ketika aku masih mengabdi disana. Seorang ustadzah senior yang sudah berkeluarga dan memiliki seorang putra. Ternyata masih banyak sesuatu yang aku belum tahu dari adik kecilku, termasuk perasaannya sendiri padaku, perasaannya yang selama ini ia pendam dan tak pernah ia bicarakan kepada siapapun kecuali kepada guru kami orang yang sangat ia percayai.
    Semenjak kami masih duduk dibangku aliyyah, adik kecilku ternyata menganggapku lebih dari seorang kakak, dia sudah memendam perasaan itu semenjak kami masih dipesantren. Lima tahun dia menutupi perasaannya tanpa bercerita kepada siapapun. Adik kecilku ternyata mengharapkanku untuk menjadi pendamping hidupnya. Dalam sms-smsnya selama ini ternyata ia menyimpan perasaan yang tak pernah kuduga. Dan aku sebagai seorang laki-laki seharusnya bisa melihat dan mengerti perasaan itu. Tapi Sungguh, aku hanya menganggap adik kecilku sebagai adik saja, tidak lebih dari itu. Seorang adik yang sangat kusayangi yang selalu membuat kakaknya berdiri tegak ketika badai hidup menghantamnya, seorang adik yang datang mengusir kesedihanku ketika hari-hariku diterpa gundah gulana, seorang adik yang selalu menguatkanku ketika aku merasa terpenjara oleh kesendirianku di pesantren. Tapi ternyata adik kecilku memiliki perasaan lain terhadapku.
     Semenjak aku mengetahui keadaan adik kecilku, hari-hariku semakin tak menentu, banyak hal yang sebenarnya ingin kujelaskan padanya, namun terhalang oleh ketidak berdayaanku melawan gejolak hati yang tak bisa ku ungkapkan. Sms-sms adik kecilku pun tak pernah lagi sampai padaku, entahlah mungkin ia sudah mengetahui bagai mana perasaanku padanya dari ustadzah Lely guru kami ketika dipesantren dulu. Sehingga membuat ia segan untuk menyapaku walau hanya melalui sebuah sms. Pernah suatu hari aku memberanikan diri untuk menjelaskan segalanya kepada adik kecilku, tapi semua itu sia-sia karena adik kecilku sudah mengganti nomor HP nya, aku coba mencoba menelponnya namun tetap saja tidak bisa. Ternyata telpon kemarin adalah telpon terakhir untuk adik kecilku, karena sampai sekarang ia tetap tidak memberikn kabar berita kepadaku. Akupun harus rela kehilangan adik yang sangat kusayangi, walaupun dia bukaan adik kandungku sendiri, tapi aku sudah menganggapku sebagai adik ku sendiri. Dan sampai kapanpun aku tetap akan menganggapnya sebagai adiku, aku yakin adik kecilku pun masih tetap menganggapku sebagai kakaknya.
      Tiga bulan berlalu, musim dinginpun sedikit demi sedikit terkikis oleh musim semi, semuanya sudah direncanakan oleh sang pencipta musim itu sendiri. Akupun semakin sibuk oleh kegiatanku sendiri, berusaha mengikuti pada semua agenda yang sudah kurencanakan. Tak ada lagi cerita tentang adik kecilku walaupun sebenarnya aku masih tetap merindukannya. Sehabis kuliah ketika aku sedang duduk beristirahat di meja belajar, ada sebuh sms yang masuk ke HP ku, aku sedikit kaget karena ternyata sms itu datang dari adik kecilku. “Ass, Ka, doanya ins. Allah tgl 25 bln ini Wdi nikh”. Segera ku balas sms adiku dengan sebuah doa untuk orang yang akan segera melangsungkan pernikahan. Disinilah kisah itu berakhir, dan sms itu pula yang mengakhiri cerita kami berdua. Aku berharap semoga aku masih bisa bertemu dengan adik kecilku ketika aku pulang ke Indonesia nanti.



0 komentar

Posting Komentar