Minggu, 17 Maret 2013
Saat Ini
Label:
Puisi
Seperti langitku yang merindu pelangi, ia mencintai
hujan dengan rinainya yang mengalun syahdu,
membentuk melodi dalam derai sanubari.
Bukankah rasa itu manusiawi?
Tanyakanlah pada para penduduk langit, juga pada
salju yang merintih dibalik jendela kamarmu, seperti itulah aku saat ini.
Memikirkanmu dalam tumpukan resahku, menulis namamu
dalam setiap butiran salju yang turun menyentuh bumi.
Saat ini, saat aku menulis puisi tentangmu, dengan
rentetan rindu aku melihatmu diantara kedua kelopak mataku, anggun dengan kesempurnaan yang dimiliki oleh para bidadari.
Tapi aku hanya mempu menerka setiap kata yang kau tulis, tentang rindu, tentang rasa yang tersirat di balik makna yang tak bisa kupahami.
Sekali lagi, aku hanya menerka, bercampur harap, merinduimu dari jauh, menunggu berita dari kabut putih yang membawa kabar tentangmu meski harus melewati satu pusim ia baru akan kembali. Dalam sunyi, di antara ranumnya senja hadirmu selalu kurasakan, dalam warna jingganya yang menentramkan hati, dalam sinarnya yang meretas gundah memecah sepi.
Saat ini, saat aku asing bagimu, namun jarak tetap melukis kenangan diantara sisi timur dan barat, dua arah perkasa, yang tak mampu menghalangi.
Beberapa tahun lagi, cerita ini akan selalu indah, dan saat itu, mungkinkah bidadari bergaun putih itu sudah kumiliki?
Kampung permai, 17/03/2013
0 komentar
Posting Komentar