We Are With You

We Are With You
The help of Allah is always near

RELEIVE GAZA'S ORPHANS

RELEIVE GAZA'S ORPHANS
Mari kita bantu saudara kita!

Karyaku

Karyaku
Ya Allah Semoga Bisa Diterbitkan

Followers

Kisah Dalam Gambar Slideshow: Rama’s trip from القاهرة, مصر to 3 cities جدة, مكة المكرمة and الزقازيق was created by TripAdvisor. See another مصر slideshow. Create your own stunning slideshow with our free photo slideshow maker.

Senin, 11 Maret 2013

Sebening Subuh {4}



Kampung Permai, 11/03/2013

Aku bisa merasakan itu, subuh tadi suara adzan itu begitu indah. Bukan hanya mulut yang mengatakn itu, tapi hati dan sanubari juga menggiyakan. Begitu dalam, mengirama dengan denyut nadi dan degup jantung yang kurasakan mulai berdetak "Segala puji bagi-Mu ya Rab, yang telah menghidupkan kami sesudah mati, dan hanya kepada-Nya kami dikembalikan" rasa syukur itu terus kulantunkan dalam do,a, berharap dan terus mengharap akan kasih sayang-Nya di awal pagi ini dan untuk pagi-pagi berikutnya.

Di luar rumah, hawa dingin sudah menantiku dari tadi, sepertinya ia ingin menyampaikan sesuatu kepadaku. Dan benar saja, ketika pintu gerbang sedikit kubuka, ia langsung menyentuhku dan menarikku keluar. Rona wajahnya datar sepertinya ia masih menyimpan marahnya karena sikapku yang terlalu terus terang padanya bahwa aku tidak menyukainya. Meski aku sudah meminta maaf tapi ia tetap seperti zatnya, dingin dan jarang bersikap ramah. "Mau kah kamu menemaniku sebentar setelah shalat subuh nanti?" Pertanyaan itu keluar dari mulutnya, aku hanya menganggukan kepalaku sambil tersenyum padanya. Setelah itu kami berjalan sendiri-sendiri menuju sumber suara 'ammu Mahmud yang setiap hari tidak pernah bosan membangunkan penduduk Mau'af. Iya, sumber suara itu berada di masjid tauhid.

Cahaya fajar yang memerah selalu tersenyum menyambutku, pagi ini pun sama, ia selalu menemaniku berjalan kearah masjid tauhid, senyum indah itu yang membuat jiwaku tentram. Yang sedikit berbeda mungkin angin pagi ini, ia masih terheran-heran melihatku sudah tiga hari ini tanpa sorban yang menutup di kepala, jadi ia bisa lebih leluasa lagi mennyentuh rambut dan telingaku, membuat hawa dingin pagi itu semakin terasa.

Alhamdulillah, pagi ini aku berjalan menuju masjid tauhid tanpa harus tergesa-gesa. Mungkin karena tidur awal tadi malam, semuanya menjadi mudah. Di sela-sela perjalanan pun aku masih bisa mendengarkan nasihat cahaya fajar yang selalu menemaniku pergi shalat subuh. "Tentunya kau sudah tahu bukan? Bahwa shalat subuh adalah shalat yang disaksikan oleh para malaikat, maka perbanyaklah doa mu setelah shalat subuh nanti karena mereka pun akan turut mengaminkan setiap do'a-do'amu". Mendengar nasihat itu aku jadi teringat pada sebuah ayat didalam surat Al-isra' ayat 78.

"Dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula salat) subuh. Sesungguhnya salat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)"

"Terima kasih, insya Allah aku akan mengutarakan setiap harapan dan keinginanku dalam doa sesudah shalat subuh nanti" balasku.

Iya, seperti itu pula yang diterangkan oleh Dr. Raghib As-Sirjani, bahwa salah satu keistimewaan waktu subuh adalah waktu yang disaksikan oleh para malaikat. Bukankah Allah juga telah bersumpah dengan waktu subuh seperti yang tertera dalam QS, Al-Fajr ayat 1-2. Di waktu subuh yang dingin itu para malaikat yang bertugas di langit turun ke bumi untuk menyaksikan setiap hamba Allah yang beribadah dengan khusyu’. Sungguh beruntung jika salah satu hamba Allah itu adalah kita. Rasulallah SAW juga bersabda: "Kemudian malaikat yang menjaga kalian di malam hari naik ke langit dan Allah menanyai mereka – sekalipun Dia paling tahu keadaan hamba-Nya. Bagaimana kalian tinggalkan para hamba-Ku? Lalu malaikat menjawab : kami tinggalkan saat mereka sedang melaksanakan shalat dan ketika kami datang mereka juga sedang melaksanakan shalat.”

Masih mengutip perkataan Dr. Raghib As-Sirjani, bahawa salah satu keistimewaan shalat subuh juga adalah kita akan selalu dalam penjagaan Allah SWT. Ini merupakan janji Allah, apabila seorang hamba melaksanakan shalat subuh maka Allah akan menjaganya sehari penuh, sebagai mana yang dijelaskan oleh Rasulallah dalam sabdanya "Dari Jundub bin Sufyan, Rasulullah berkata : “Barangsiapa melaksanakan shalat subuh maka ia ada dalam penjagaan Allah”

Ada keindahan tersendiri yang kurasakan pada subuh kali ini, setelah shalat subuh tadi aku melihat banyak jama'ah di masjid tauhid, ramai ada sekitar 30 orang. Masjid tauhid juga tersenyum kearahku karena aku sekarang berdiri di shaf pertama, tanpa ada sebuah kata tanpa ada sebuah pertanyaan aku melihat masjid tauhid juga larut dalam dzikirnya yang penuh khidmat.

Sesyahdu do'a subuh kemarin lalu, subuh kali ini aku tidak ingin menyepelekan bersitan hati yang terdetik, menetes mengaliri seluruh tubuh. Lusa yang lalu, aku pernah bercerita tentang rinduku pada kabut putih, dan ternyata tanggal 8 yang lalu menjelang shalat subuh kabut putih sudah berada di depan pintu gerbang flatku. Aku tidak bisa menutupi rasa kagetku ternyata kabut yang sudah lama tak terlihat muncul kembali di hadapanku. Aku berharap semoga saja setelah shalat subuh nanti ia bisa menyampaikan sebuah alasan kenapa waktu itu ia pergi tanpa pamit kepadaku.

Kabut putih membalas senyumku, ia meminta maaf dan berjanji akan menceritakan semuanya sambil menemaniku berkeliling menikmati udara pagi kampung permai. Setelah shalat subuh kabut putih langsung memenuhi janjinya. Ia meminta maaf karena waktu itu pergi tanpa memberi tahuku. Sepertinya ia juga bisa melihat rasa bahagiaku ketika bertemu kembali dengannya.

"Bagai mana kabarmu?" Tanyanya padaku
"Alhamdulillah, aku baik-baik saja, kabarmu sendiri bagai mana?" Aku balik bertanya
"Alhamdulillah, aku juga baik-baik saja.

Setelah itu percakapan kamipun mengalir seperti sungai nil, banyak kisah dalam cerita yang di ungkap oleh kabut putih selama perjalanannya. Ia bercerita tentang rakyat Suriah yang semakin terdzalimi oleh pemimpinnya. Pemimpin tiran yang sudah tidak diinginkan lagi oleh mereka, tentang para mujahidin yang berjuang di sana.
"Aku selalu mendo'akan mereka di setiap malam sampai waktu subuh, karena di waktu subuh Allah menurunkan berkah-Nya pada setiap hamba-Nya, bukankah ini yang kau sampaikan padaku waktu itu" Aku tersenyum senang mendengar penjelasan kabut putih, ternyata ia masih ingat apa yang aku sampaikan walaupun itu sudah sangat lama.

Ia juga bercerita tentang penduduk Palestina dan Gaza, lagi-lagi ia selalu tertunduk lesu ketika ia harus mengatakan "aku hanya bisa membantu mereka melalui do'a. Do'a yang tak pernah henti" Aku bisa memaklumi hal itu, karena sampai saat ini aku pun tidak bisa memberikan bantuan ril untuk mereka. Aku hanya bisa berdo'a dan terus berdo'a untuk saudara-saudaraku di Palestina dan Suriah.
"Bukankah dulu kau pernah bercerita, bahwa kau juga ikut bertempur dengan para pejuang Palestina, kehadiranmu pada pertempuran waktu itu membuat para penjajah zionis tidak bisa melihat dengan jelas di mana posisi para pejuang Hamas, sehingga akhirnya mereka pun bisa di kalahkan oleh para pejuang Hamas" Aku baru teringat akan cerita kabut putih di tahun 2012 dulu.

"Iya, tapi ketika musim panas aku tidak bisa membantu mereka" Keluh kabut putih waktu itu
"Kau jangan berbicara seperti itu kabut putih, tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah, setiap saat kau selalu di butuhkan oleh para para pejuang Hamas di Gaza. Baik ketika musim panas atau ketika musim dingin. Aku harap kau selalu siap menerima titah tuhanmu untuk bertempur membantu para pejuang Palestina" Aku berusaha menyemangati kabut putih.

"Iya, betul sekali perkataanmu. Insya Allah, aku akan selalu siap berada ditengah-tengah mereka. Ini yang membuat aku senang berteman denganmu, kau selalu bisa membuatku semangatku terus berkobar" balas kabut putih bersemangat.

Tiba-tiba kurasakan ada desir yang berbeda ketika kabut putih bercerita tentang muslim di Eropa. Mereka tetap melaksanakan kewajibannya meskipun salju terus menerpa mereka, mereka tetap menunjukan jati diri mereka sebagai muslim meskipun hidup ditengah-tengah dunia yang asing bagi mereka. Sebagian besar masyarakat di sana pun masih memandang asing kepada mereka."Subhanallah aku sangat hormat dan bangga kepada mereka" ujar kabut putih tanpa menoleh kearahku.

Ketika kabut putih bercerita tentang muslim di Eropa, tentang  salju, aku teringat pada sosok yang selama ini membuat hari-hariku penuh rindu. Sosok bidadari bergaun putih semoga di sana ia selalu berada dalam lindungan Allah. Ternyata kabut putih menyadari perubahan sikapku, ia tersenyum mencoba mengorek apa yang aku sembunyikan selama ini.

"Hai! setelah mendengar ceritaku tentang saudara kita di Eropa kenapa perhatianmu kabur? Kau tidak ingin mendengar ceritaku lagi atau kau sedang memikirkan yang lain?" Aku terperanjat dengan penuturan kabut putih

"Apa? Mmm.. Bukan, bukan seperti itu, aku hanya teringat pada sesuatu" Aku berusaha meminimalisir keadaan. Tapi tetap saja kabut putih bisa membaca gerak hatiku.

"Sudahlah, hatimu mudah sekali terbaca. Kenapa kau tidak mencoba untuk menulis surat cinta?" Aku semakin terperanjat mendengar celotehan kabut putih.

"Apa? Surat cinta!!" istilah surat cinta baru terdengar di telingaku.
"Surat cinta?" Dengan nada heran berulang kali aku menyebut kata-kata itu. Waktu di sekolah menengah pertama dulu, aku tidak pernah di ajari untuk menulis surat cinta. Bibiku juga hanya mengajariku menulis surat untuk ayah dan ibu.

"Surat cinta? Bagai manakah isi dan kata-katanya?, selama hidupku aku hanya pernah menulis surat untuk ayah dan ibu, dan bagiku itu adalah surat cintaku yang pertama" Kabut putih malah tertawa terbahak-bahak mendengar jawabanku.

"Hahahaha" Tapi tawanya terhenti ketika aku memalingkan wajahku kearah ladang gandum yang masih hijau, sepertinya ia menyadari kalau aku merasa tersinggung dengan cara dia tertawa.

"Maaf, maaf. Aku hanya merasa lucu dan heran melihatmu, kau yang sangat sering menulis sebuah puisi, tidak tahu bagai mana menulis surat cinta" Aku semakin merasa terpojokan dengan penuturan kabut putih, tapi memang seperti itulah kenyataannya, aku benar-benar tidak bisa menulis surat cinta.

"Hehe, lucu ya. Kalau begitu ajari aku menulis surat cinta, karena aku benar-benar belum pernah menulis surat cinta, dan istilah ini baru aku dengar kembali dari mu" Kabut putih kaget mendengar jawabanku..

"Jangan! Jangan aku, aku tak bisa mengajarimu" balas kabut putih
"Kenapa" aku berusaha untuk mendesaknya
"Karena akupun tidak bisa menulis surat cinta" Kabut putih menjawab dengan nada malu. Aku pun tertawa melihat sikapnya, dan kali ini dia yang merasa terpojokan.

"Oh iya aku lupa, aku juga ingin menyampaikan sesuatu. Ini bukan kata perpisahan karena suatu saat nanti kita pasti akan bertemu lagi, bercerita dan bersenda gurau seperti pagi ini. Besok mungkin aku sudah harus pergi lagi ke Eropa, setelah agak lama di sana, aku akan menetap di Palestin untuk membantu saudara-saudara kita di sana. Seperti pesanmu tadi, aku akan bergabung dengan para pejuang Hamas. Do'akan saja semoga di Eropa nanti aku bisa berjumpa dengan sosok yang kau rindukan itu, aku akan menyampaikan tentang keadaanmu padanya" ada rasa haru ketika aku mendengar perkataan kabut putih, berat rasanya untuk melepasnya pergi. Tapi kabut putih memang harus pergi karena ia tidak hanya di butuhkan di sini. Kota-kota yang berada di belahan dunia yang lain juga membutuhkannya.

Sebelum pergi, kami sempat berpelukan erat. Dasar kabut putih disela-sela pelukannya sempat saja dia berujar "Cepat katakan, apa yang kau rasakan sebelum segala sesuatunya berubah, dan kau akan menyesal" aku tersenyum mendengar ucapannya mungkin memang benar apa yang di katakan oleh kabut putih.

Setelah pagi itu, aku tidak pernah lagi melihat kabut putih. Dan kali ini mungkin untuk waktu yang lama. Tidak di sangka ternyata setelah shalat tadi hawa dingin masih menungguku didepan pintu masjid, aku hampir lupa bahwa ia memintaku untuk menemaninya sebentar.

"Maaf aku lupa kalau kau menungguku di sini" ujarku pada hawa dingin.
"Tidak apa-apa, aku perhatikan tadi kau larut dengan dzikir pagimu, aku tidak ingin mengganggu mengganggu rasa khidmatmu" balas hawa dingin
"Terima kasih karena sudah menyempatkan waktu untukku, aku hanya ingin menyampaikan salam padamu dari musim semi. Setelah ketiadaanku dia yang akan menemanimu, aku minta maaf jikga keberadaanku malah membuatmu terganggu" Hawa dingin melanjutkan.

"Aku juga ingin menyampaikan sesuatu, aku tidak benar-benar membencimu. Karena kita sama-sama makhluk Allah, dan sudah diberikan tugas dan peran masing-masing" jawabku pada hawa dingin.
"Aku tahu, kau tidak benar-benar membenciku. Aku tahu dari setiap langkahmu ketika kau menuju masjid tauhid. Jika kau benar-benar membenciku, kau mungkin lebih memilih untuk shalat di rumah di setiap subuh" kali ini ucapan hawa dingin bercampur dengan senyumnya yang merekah.

Seperti perkataan Harun Yahya {Musim merupakan hasil sebuah fakta bahwasanya bumi tidak berputar terhadap porosnya pada kecepatan yang sama dengan kecepatan yang diperlukan bumi untuk berevolusi terhadap matahari. Ini, tentu saja, merupakan perwujudan dari keteraturan yang sempurna yang diciptakan oleh Allah SWT. Apabila Allah SWT berkehendak, musim dingin dapat saja berlangsung selama 365 hari dalam setahun, namun dalam kondisi seperti itu, kita tidak akan menemukan bentuk kehidupan yang lain. Dengan menciptakan empat musim, Allah SWT menganugerahkan kepada umat manusia berbagai macam bentuk keberkahan dari-Nya.

Allah SWT telah menciptakan musim sepanjang sejarah manusia, sejak dahulu hingga sekarang. Dan hingga saat ini Allah SWT masih terus menciptakannya. Semua orang mengharapkan musim panas setelah musim semi, dan tak seorangpun ragu atas hal tersebut, dan sudah sepatutnya datang musim panas setelah musim semi. Namun, jika Allah SWT berkehendak lain, mungkin saja tidak pernah ada musim panas di bumi. Fakta tersebut dimaksudkan agar orang-orang yang hidup berdasarkan Al-Qur'an harus mencerminkan rasa syukur yang mendalam atas keberkahan yang telah Allah SWT anugerahkan tersebut.

Setiap musim memiliki banyak keberkahannya sendiri-sendiri. Keberkahan musim panas adalah bunga yang bermekaran, buah-buahan dengan warna yang segar dan menggiurkan, kehangatan sinar matahari serta keindahan laut. Allah SWT menganugerahkan rahmat-Nya kepada kita dengan menjamin keberlangsungan keberkahan yang Allah SWT anugerahkan tersebut. Dalam salah satu ayat Al-Qur’an, Allah berfirman :

“Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti.” (Al Baqarah (2): 164)}

0 komentar

Posting Komentar