We Are With You

We Are With You
The help of Allah is always near

RELEIVE GAZA'S ORPHANS

RELEIVE GAZA'S ORPHANS
Mari kita bantu saudara kita!

Karyaku

Karyaku
Ya Allah Semoga Bisa Diterbitkan

Followers

Kisah Dalam Gambar Slideshow: Rama’s trip from القاهرة, مصر to 3 cities جدة, مكة المكرمة and الزقازيق was created by TripAdvisor. See another مصر slideshow. Create your own stunning slideshow with our free photo slideshow maker.

Sabtu, 04 Agustus 2012

Gegap Gempita, Ramadhan ku {13}

Tarawih ke 13, Zagazig 31/07/012

Perjalanan ku kali ini ke distrik As-salam sedikit diwarnai oleh gundah yang masih menyulut sakitnya dalam hatiku. Karena rasa rindu itu masih membekas dalam rasaku, dan aku bersyukur masih merindui sosok dermawan itu. Seperti inilah seharusnya rindu itu, rasa rindu setelah rinduku pada rab ku, rasa rindu setelah rinduku pada rasul ku, rasa rindu setelah rinduku kepada orang tuaku, dan karunia terindah adalah merindui orang-orang shaleh yang sudah dipertemukan oleh Allah kepada kita. Namanya akan selalu disebut dalam lantunan do’a, dan melupakannya menyisakan resah dalam hari-hari kita.  

Ah… sebenarnya aku masih ingin shalat dimasjid itu, berdiri disamping sosok yang sudah kuanggap sebagai ayahku sendiri, tapi ramadhan kali ini aku memiliki sebuah agenda yang sudah aku laksanakan semenjak awal ramadhan, menyusuri satu demi satu masjid yang ada  di Zagazig. Karena mungkin inilah ramadhan terakhirku di kampung halaman ku yang ketiga sebuah tempat yang sudah memberikan banyak arti dan beribu pengalaman, ada pilu ketika beliau memintaku untuk shalat tarawih dimasjid itu lagi, dan perlahan rasa syahdu itu mulai menyayat-nyayat hatiku, tapi aku hanya bisa berlalu menitipkan salam ku pada purnama bahwa beliau akan selalu kukenang dalam setiap langkahku, dan sejarahku akan mengatakan bahwa pertemuan indah itu pernah ada diantara kami berdua.
Pintu masuk ke masjid Riyadhul Jannah, khusus laki-laki 

Itulah masjid Ammru bin Ash, masjid yang sudah dua kali menjadi tempat shalat tarawihku diramadhan kali ini, tarawih yang ke 11 dan yang ke 12. Lalu malam ini dibawah siraman sinar purnama aku melangkahkan kakiku menuju masjid Riyadhul Jannah, sebuah masjid yang terletak dikawasan As-salam juga, berdekatan dengan Latansa Resto dan dikelilingi oleh beberapa rumah kawan-kawan Indonesia, dan Malaysia. Tahun kemarin juga aku sering shalat dimasjid ini, karena kebetulan masjid ini berdekatan dengan maqor atau sekretariat mahasiswa Indonesia di Zagazig baik tahun lalu ketika aku masih memimpin ataupun sekretariat yang sekarang. Masjid ini juga sering disebut dengan masjid alternatif oleh kawan-kawan Indonesia sama seperti masjid Ibadu Rahman, mungkin karena masjid ini paling lambat dan paling lama menunggu waktu shalat. Ketika masjid-masjid lain sudah lama mengumandangkan iqamah, dan kita sudah bisa memprediksikan bahwa kita akan terlambat shalat. Maka masjid Riyadhul Jannah dan adalah pilihan yang paling tepat agar kita tidak masbuk dalam shalat, karena itulah sebagian kawan-kawan Indonesia di Zagazig sering menyebutnya sebagai masjid alternatif.
Suasana masjid Riyadhul Jannah menjelang shalat tarawih

Masjid Riyadhul Jannah adalah masjid yang terbilang baru berdiri dibandingkan dengan masjid-masjid yang lain yang ada dikawasan As-salam. Sekitar tahun 2010 masjid ini baru bisa dioprasikan dengan baik, imam masjid ini juga sudah tidak asing lagi bagi kawan-kawan Indonesia di Zagazig, aku yakin semua kawan-kawan di Zagazig tidak ada yang tidak kenal dengan syaikh Hamido, sosok yang berbadan tinggi dan berjanggut lebat, tegas ketika menyampaikan khutbahnya namun memiliki hati yang lembut. Kata-kata beliau tidak hanya diucapkan ketika beliau berada diatas mimbar, tapi dibuktikan dalam amal nyata. Ini adalah pengalaman pribadi penulis selama mengenal beliau. Beliau sangat mengedepankan amar ma’ruf nahi munkar. Tidak mungkin aku lupa dengan keberanian beliau dalam beramar ma’ruf nahi munkar. Kejadian itu masih terekam jelas dalam ingatanku ketika aku masih menjadi ketua DPD.

Bermula ketika selesai melaksanakan shalat ashar, disore itu tidak biasanya syaikh Hamido memberikan sebuah tausiyah kepada para jama’ah yang hadir, dan langsunng membacakan sebuah hadits rasul yang sudah tidak asing lagi ditelinga para jama’ah “man roo’a minkum munkaron fal yughoyyirhu biyadihi, fain lam yastathi’ fabilisaanihi, fain lam yastathi’ fabiqolbihi wadzaalika adh’aful imaan” setelah itu beliau menjelaskan bahwa dari tadi sinag beliau melihat ada beberapa pemuda mesir sedang asik bermabuk-mabukan dengan ganja disebuah bangunan yang belum selesai, tempat  ini tepat berada dibarisan rumah ustadz Yahya Ayyas yang dulu, atau dibelakang rumah ustadz Zakariya yang dulu yang sekarang ditempati oleh mahasiswa kedokteran Malaysia. Dan yang lebih parahnya lagi ada dua perempuan Mesir yang ikut dalam pesta maksiat itu.

Dengan nada sedikit tinggi syaikh Hamido meminta para jama’ah untuk ikut bersamanya untuk mentahdzir orang-orang yang sedang asyik bermaksiat itu. Kontan saja, para jama’ah pun ikut terpanggil dan serentak bangkit mengikuti syaikh Hamido dari belakang. Selain Para pemuda, bapak-bapak tua pun ikut dalam aksi itu. Aku pun tidak ingin ketinggalan menyaksikan tragedi diwaktu ashar itu, suasananya sangat menggetarkan hati seperti berada ditengah-tengah sebuah laskar yang akan menghancurkan kemaksiatan. Apa lagi orang-orang Mesir yang melihat kejadian itu ikut berkumpul dan bergabung. Tidak terjadi tindak kekerasan disana, bahkan para pemuda pengangguran yang ditegur itu pun terlihat malu dan setelah itu mereka bubar meninggalkan lokasi. Dan esoknya aku lihat tempat itu sudah kosong tidak ada  lagi kerumunan para pemuda yang bermaksiat. Itulah kesanku pada syaikh Hamido, menurutku da’I seperti itulah yang harus menjadi contoh, berbicara tidak hanya diatas mimbar tapi beliau langsung membuktikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Seperti tahun kemarin, jama’ah shalat tarawih dimasjid ini selalu sepi, malam ini pun hanya ada satu shaf, orang-orangnya pun tidak berubah dari tahun kemarin, masih baba Yusuf dan amu Hassan, sikembar dan orang tua yang tahun lalu ikut sweping juga masih ada, yang tak terlihat adalah baba Sa’id mungkin untuk ukuran baba Sa’id yang semakin menua shalat tarawih dimasjid Riyadhul Jannah terlalu cape, atau mungkin malam ini dia sedang berhalangan. Yang pasti aku pun kangen ingin melihat sosok tinggi besar itu. Kawan-kawan Indonesia dan Malaysia pun tidak terlihat dimasjid ini, mungkin karena masjid Riyadhul Jannah shalat tarawihnya bisa dibilang lama, akhirnya kawan-kawan lebih memilih untuk shalat dimasjid baba Zaky, atau masjid As-salam.

Tapi menurutku shalat tarawih dimasjid Riyadhul Jannah tidak terlalu lama, walaupun mulainya jam 9 tepat, tapi selesainya tidak sampai satu jam hanya sekitar 40 menit. Apal agi dengan lantunan suara syaikh Hamido yang bisa dibilang menyejukan hati, walaupun harus berdiri lama tapi tidak akan terasa pegal atau cape. Dimasjid ini pun ada tempat khusus untuk jama’ah akhwat seperti tadi malam ada sekitar 5 orang ibu-ibu Mesir yang shalat dimasjid ini. yang perlu diketahui juga, masjid Riyadhul Jannah adalah salah satu masjid yang menjadi basis ikatan pemuda salafi di kawasan As-salam, jika kita masuk kedalam masjid ini, kita akan melihat sebuah majalah dinding yang bertuliskan tentang kisi-kisi mereka. seperti inilah malam tarawihku yang ke 13.
Tempat wudhu masjid Riyadhul Jannah

0 komentar

Posting Komentar