Tarawih ke sembilan, 27/07/012
Malam dimusim panas kali ini membawaku pada rasa yang berbeda, aku rindu masa itu, ketika hati dan jiwa menyatu tanpa ada satu penghalang yang membuat hati hampa karena rasa rindu. Itulah masa ketika sahabat selalu ada disetiap waktu, disetiap sudut gerak langkahku. Dan yang kukenali hanyalah rindu untuk mereka, rindu untuk ibu, rindu untuk ayah dan rindu untuk semua adik-adiku. Dan waktu telah menarik semuanya, hingga langkahku menemui jalan buntu terbentur oleh rasa rindu yang semu. Kenapa harus perasaan ini yang aku rasakan ketika berjalan dalam sepi, menuju sebuah masjid yang sudah sangat akrab denganku. Masjid baba Zaky, begitulah kawan-kawan Indonesia di Zagazig menyebutnya, nama ini dinisbahkan kepada seorang Muadzin dan juga juru kunci masjid yang tersebut. Yang bernama ‘Amu Zaky, entah apa sebenarnya nama masjid itu, karena setelah aku mencoba mencarinya disekitar ruangan masjid, nama masjid itu tidak tertulis disana.
Suasana masjid baba Zaky sebelum shalat isya dan tarawih |
Masjid baba Zaky, adalah sebuah masjid yang letakanya sangat setrategis dengan pemukiman mahasiswa Indonesia maupun Malaysia, tidak heran jika dimasjid ini kita akan menjumpai banyak orang-orang Indonesia ataupun Malaysia yang shalat dimasjid ini. Baik itu ketika ramadhan ataupun hari-hari biasa. Ah, jika menulis tentang masjid ini berarti aku harus kembali pada masa-masa dulu, ketika kebersamaan dengan orang-orang terhebat begitu indah mewarnai hidup. Dan sebenarnya aku benci harus mengulang kembali, mengenang sebuah kenangan yang tak akan pernah bisa kembali.
Masih seperti dulu, ketika memasuki masjid ini hawa air conditioner langsung menyergap tubuhku, sejuk sekali rasanya. Kupandangi masjid itu dari sudut kesudut, karena sudah hampir satu tahun aku tidak shalat di masjid baba Zaky. Ketika melihat orang-orangnya pun masih seperti dulu, ada baba Zaky dan dua sahabatnya yang sudah semakin tua sedang duduk disebuah kursi khusus jama’ah yang sudah tidak kuat berdiri lama ketika shalat. Tapi, ternyata baba Zaky pun sudah berubah, ia semakin terlihat tua dan lemah. Tahun lalu ia masih berdiri sebagai muadzin dan juga imam, tapi kali ini ia duduk bersama dua sahabatnya yang juga sudah begitu akrab denganku, biasanya dibulan ramadhan ini mereka selalu memberikan Syantah ramadhan untuk wafidin yang sering shalat dimasjid itu.
Suasana masjid baba Zaky, menjelang shalat isya |
Dibulan ramadhan, masjid baba Zaky biasanya sangat penuh dan padat, bahkan jika sudah tidak ada tempat lagi masjid itu akan ddikunci dari dalam. Dihari-hari biasa biasanya yang menjadi imam shalat adalah baba Zaky, dibulan ramadhan ini ada imam khusus yang sengaja didatangkan untuk memimpin shalat isya dan tarawih. Pemandangan terbaru dari masjid ini adalah, sekarang sudah ada mahasiswi malaysia yang shalat tarawih dimasjid ini. Sebenarnya tidak bisa dibilang baru, karena sepertinya sudah hampir tiga tahun mahasiswi-mahasiwi malaysia yang ketika ramadhan tidak pulang ke negaranya mereka banyak yang shalat dimasjid ini.
Dulu, masjid ini sangat digemari oleh teman-teman Mahasiswa Indonesia, selain bacaan imamnya yang lumayan bagus, tarawih dimasjid ini juga terbilang cepat, hanya sekitar 45 menit sudah selesai, bahkan kadang 30 menit. Tapi seiring berjalannya waktu, banyak mahasiswa Indonesia yang sudah pulang, masid ini jadi terasa begitu asing, karena sudah hampir tidak ada mahasiswa Indonesia yang shalat masjid ini, sahalat tarawih kali inipun saya hanya melihat dua orang saja mahasiswa Indonesia, selebihnya orang Malaysia. Entahlah, mungkin karena sekarang yang mendominasi kawasan As-salam adalah mahasiswa dan mahasiswi Malaysia, jadi daerah ini seakan terasa asing bagiku, padahal aku juga hampir empat tahun tinggal di kawasan As-salam. Ya Allah, apakah ini adalah shalat terakhirku dimasjid baba Zaky?, karena belum tentu tahun depan aku masih berada di Zagazig. dan bisa shalat dimasjid yang memiliki banyak kenangan ini.
masjid baba Zaky, dari luar (gambar diambil setelah shalat tarawih) |
0 komentar
Posting Komentar