We Are With You

We Are With You
The help of Allah is always near

RELEIVE GAZA'S ORPHANS

RELEIVE GAZA'S ORPHANS
Mari kita bantu saudara kita!

Karyaku

Karyaku
Ya Allah Semoga Bisa Diterbitkan

Followers

Kisah Dalam Gambar Slideshow: Rama’s trip from القاهرة, مصر to 3 cities جدة, مكة المكرمة and الزقازيق was created by TripAdvisor. See another مصر slideshow. Create your own stunning slideshow with our free photo slideshow maker.

Senin, 23 Juli 2012

Gegap Gempita, Ramadhan ku {3}

Tarawih ke tiga 21/07/012
Tarawih ketiga, berarti sudah dua hari aku menjalani puasa. Inilah ramadhan yang ke tujuh kalinya di Mesir, ramadhan yang aku jalani selalu dengan rasa rindu yang riuh rendah. Rindu dengan keluarga yang sudah aku tinggalkan begitu lama. Ya Allah kuatkan aku untuk menahan rasa rindu ini, rindu yang semakin hari semakin menggegap gempita. Aku yakin dari jauhnya perjalanan ini ada hikmah yang akan Allah tunjukan diakhir nanti. Dan sebuah kalimat motivasi yang baru saja aku baca mampu membuatku menjadi sosok yang tegar kembali. “When you feel down, because you didn’t get what you want. Just sit down take a deep breath.. and say “Shubhana Allah!!” calmly and be happy because maybe Allah has thought of some thing better to give you”. Shubhana Allah, maha suci engkau yang telah memberikan kebahagiaan dan jalan keluar bagi seluruh makhlukmu.

Ditarawih yang ketiga ini sebenarnya aku berencana untuk mengambangi masjid Dhuyufu rahman yang berada di Syiba sebuah masjid yang tidak terlalu besar terletak tepat dipinggir jalan, sebuah masjid yang menjadi favorit kawan-kawan yang bermukim di MTA (mau’af Tanta adim) karena masjid ini terkenal dengan masjid kelas exsfres, shalat isya dan shalat tarawih bisa dikejar hanya 20 menit saja. Huh.. luar biasa cepatnya. Pulang dari berbuka puasa dima’idatu rahman Qowmiyyah salah satu sahabat mengajak untuk shalat tarawih di masjid Al-fath karena memang letak masjid Al-fath searah dengan jalan pulang menuju MTA, namun karena waktu isya masih sekitar satu jam lagi akhirnya kami memilih untuk pulang dan shalat tarawih di masjid Dhuyufu rahman saja.

Ketika adzan isya berkumandang aku langsung bergegas berangkat menuju masjid Dhuyufu rahman, Langkahku sengaja aku cepatkan karena masjid yang aku tuju letaknya sedikit jauh dari rumah. Namun apa yang terjadi tidak sesuai dengan yang aku harapkan, dari jauh suara imam sudah terdengar mendayu-dayu padahal baru saja adzan isya selesai. Tapi aku tetap melanjutkan langkahku berharap mudah-mudahan masih ada tempat kosong yang bisa aku tempati. Dari jauh aku lihat jalanan Syiba sudah penuh dengan jamaah yang sedang melaksanakan shalat isya. Ah.. aku semakin pesimis, tapi aku tetap melangkah mendekati masjid yang sudah menjadi targetku malam ini. Dan salah satu masjid yang sudah aku masukan dalam  jadwal ramadhan ku. Tapi ternyata masid itu sudah benar-benar penuh, aku sudah berusaha untuk mencari tempat yang kosong tapi hasilnya nihil. Dengan berat hati akhirnya aku harus memutar haluan mencari masjid lain.
Jalan Menuju masjid Dhuyufu Rahman

Dalam perjalanan pulang dengan suasana hati yang sedikit kalut, dari jauh aku melihat sosok orang-orang yang sudah tidak asing lagi bagiku, sepertinya mereka juga akan melaksanakan shalat tarawih dimasjid yang sudah penuh sesak itu. Bang Ali, bang Adi dan Udo langsung tersenyum kepadaku ketika melihatku kembali dengan wajah yang sedikit kecewa “kenapa kok sudah pulang tanya mereka” tanya mereka, “masjidnya sudah penuh bang, sudah tdak ada tempat lagi” jawabku singkat. “seharusnya, kalau kita mau shalat tarawih dimasjid Dhuyufu rahman jam delapan kita sudah harus bergegas berangkat” bang Adi menambahkan.

Akhirnya pilihan kami tertuju pada masjid yang terletak dipinggir sawah, tapi kadang-kadang teman-teman menyebutnya masjid ujung atau masjid belakang karena letaknya yang berada diujung dan dibelakang rumah yang kami tempati. Sebenarnya masjid ini memiliki nama yang sangat indah yaitu masjid Tauhid, masjid yang bisanya jumlah jamaahnya ketika waktu biasa hanya sekitar sampai dua shaf saja, tapi ketika ramadhan tiba masjid itu bisa melebihi kafasitasnya, walaupun itu ketika shalat subuh. Pernah ketika di hari kedua ramadhan aku terlambat berangkat ke masjid karena setelah sahur aku tertidur mungkin karena capek setelah piket memasak. Pas iqomah berkumandang aku baru bergegas menuju kemasjid itu, walhasil aku kesusahan untuk masuk kemasjid itu walaupun masih dapat tempat dishaf yang paling terakhir. Masjid Tauhid ternyata tidak seperti kebanyakan masjid yang terletak di MTA. Ia terletak sendiri tidak menyatu dengan sebuah imarah, walaupun diasampingnya berdempetan dengan sebuah imarah tapi ia berdiri sendiri. Jika dicermati dari luar masjid itu seperti sebuah masjid itu seperti sebuah bangunan yang tidak terurus. Tapi fasilitas masjid ini dilengkapi dengan sebuah AC dan kipas angin, sangat sejuk jika kita shalat didalamnya.

Ada sebuah pelajaran yang aku petik ketika selesai mengerjakan shalat tarawih dimasjid ini, ketika kita sudah terbiasa dengan masjid yang imamnya mengambil bacaan ayat Al-qur’annya yang pendek, akan terasa sangat lama ketika kita shalat dimasjid yang imamnya mengambil bacaan Al-qur’an yang panjang. Seperti dimasjid Tauhid, padahal sang imam hanya membaca setengah juz dari surat al-baqarah, tapi karena kita sudah terbiasa dengan masjid yang cepat jadi terasa sangat lama.
 Suasana masjid Tauhid dari luar, gambar diambil ketika hari menjelang sore

0 komentar

Posting Komentar