Apa kabar adik-adiku? Selalu ada sesuatu yang kurindukan tentang kalian. Senyum, canda dan tawa riang kalian kali ini mengusik kembali kegelisahanku. Membuat perjalanan malam ini begitu indah, meski bintang-bintang dan bulan enggan berbagi sinarnya, mungkin mereka malu pada musim semi dan memilih bersembunyi dibalik awan yang jengah dengan sikap kekanak-kanakan mereka. Adik-adiku maafkan aku, karena kabar yang selalu kalian tunggu selalu terlambat datangnya, kesejukan hati kalianpun tertunda. Tidak seperti embun pagi yang selalu taat pada titah tuhannya setiap hari selalu memberi ketentraman pada bumi mengajarkan kedewasaan pada mentari hingga iapun tak memilih kepada siapa ia akan berbagi sinarnya.
Adik-adiku, meskipun Mesir sudah memiliki “Majlis As-sya’ab” (lembaga tinggi negara setaraf dengan DPR) yang diketuai oleh Dr. Muhammad Sa’ad Alkatatny, salah satu founding father partai Huriyya wal ‘adalah. Namun bukan berarti Mesir sudah terbebas dari jeratan tangan-tangan hitam yang bersembunyi dibalik revolusi. Masih banyak oknum yang menginginkan Mesir tetap dalam kekacauan dan jalan untuk menuju kedamaian itu masih samar. Seperti malam ini kendaraan-kendaraan baja itu kembali berbaris ditepi jalan dan para tentara sambil meminum teh panas tetap siaga menjaga negeri yang sebentar lagi akan menyambut musim semi.
Kehidupan rakyat Mesir berbeda dengan tahun-tahun yang lalu, hari ini harga kebutuhan pokok mereka harus melonjak naik, gandum, gas, sayuran dan rasa sulit itu semakin terasa menyayat ketika banyak orang-orang yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan keadaan yang tak menentu itu untuk kepentingannya sendiri. Ukhwah islamiyyah mereka diuji, perbedaan yang bisa memicu konflik sektarian semakin sensitiv bila disentuh, lagu duka kemarin yang dinyanyikan oleh para artis ternama Mesir masih terasa syahdu dihati para penduduk Mesir.
Tapi adik-adiku, rakyat Mesir selalu optimis, mereka tetap tersenyum dan yakin bahwa ini adalah bagian dari sebuah proses untuk menuju pada negara Mesir yang lebih baik lagi. Bukalah mata kalian dan lihatlah keseluruh penjuru dunia tengah yang kini sedang dilanda kegundahan menunggu lahirnya dunia yang dinaungi oleh Syariat Islam. Tunisia, Mesir, Libya, Syiria, Yaman sekarang mereka sedang berggelut dengan waktu untuk bisa menciptakan kembali peradaban mereka. Tahukah kalian beberapa sahabatku yang berada di Damaskuspun sekarang harus bersiap-siap meninggalkan negeri yang sedang dilanda revolusi berdarah itu, bahkan beberapa diantara mereka sudah dievakuasi ke tanah air.
Adik-adiku tanggal 25 januari 2011 tahun lalu, Mesir seperti dilahirkan kembali, ibarat sebuah bayi ia sekarang sudah mulai belajar berlari, butuh waktu untuk menjadi negara yang tumbuh dan kembali berkembang, ada fase-fase yang harus rakyat Mesir lalui hingga negara mereka menjadi negara yang mandiri, tanpa ada sedikitpun campur tangan Amerika dan Israel. Seperti kabar hari ini rakyat Mesir telah membuat Amerika marah karena mereka telah berkomitmen untuk menghentikan bantuan yang diberikan amerika kepada mereka, tapi mereka lebih memilih menggalang dana sendiri untuk menentukan masa depan mereka.
Adik-adiku, malam ini dalam perjalanan yang dikelilingi hamparan gurun pasir dan hiruk pikuk masarakat Mesir yang memendam resah, rasa rindu membawaku pada memory indah masa-masa lalu kita. Betapa kehidupan ini mengajarkan kita untuk selalu berusaha dan tidak melupakan sebuah proses yang harus selalu kita lalui untuk mencapai suatu target. Tanpa kita sadari kita sudah melewati beberapa proses hingga kita sampai pada puncak kedewasaan. Dan aku akan merasa sangat bersedih jika kalian melupakan semua yang sudah dinasehatkan oleh ayah bunda kita.
Adik-adiku, Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah memperingatkan kita dalam sebuah haditsnya, “Dari Anas bin Malik radiallahu ‘anhu dia berkata: Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Anak Adam akan semakin tumbuh dewasa dan semakin besar pula bersamanya dua perkara , yaitu; cinta harta dan panjang umur.” Diriwayatkan pula oleh Syu’bah dan Qotadah. (HR. Bukhari, 5942)
Maha suci Allah yang telah mengutus seorang nabi yang sangat dipercaya, perkataannya adalah sabda langit yang menunjukan jalan cahaya bagi seluruh manusia. Adik-adiku Rasulullah mengingatkan kita, ketika kita dewasa rasa cinta kita terhadap harta dan dunia akan menutup mata kita, dan ketika kita sudah tenggelam dalam kenikmatan hidup rasa takut akan kematian perlahan membuat kita lalai dan lupa bahwa semua yang kita miliki adalah semata-mata hanya titipan Allah SWT. Namun itu semua tidak berlaku bagi seorang mukmin yang beriman akan hari akhir. Seorang mukmin yang beriman langkah hidupnya akan selalu dipenuhi senyum keindahan, ia tidak merasa resah dengan hartanya atau merasa takut dengan kematian yang selalu mengintainya.
Adik-adiku pernah suatu ketika waktu libur sekolah aku pulang kerumah, tiba-tiba ketika aku sedang bercakap-cakap dengan ayah datang seorang pengemis yang berdiri didepan rumah dengan wajah yang sangat memelas, seorang nenek yang membawa buntelan kusam dengan nada yang menyayat hati ia meminta sedekah. Karena ayah sedang menerima telefon maka akupun bergegas keluar memberikan uang seribu rupiah kepda sinenek itu. dari dalam ternyata ayah melihat ku memberikan uang seribu rupiah. Aku malu karena ternyata ayah malah menasehatiku dengan nada sedikit marah “uang seribu rupiah, di Jakarta dapat apa?” malu karena seharusnya setelah pulang dari pesantren aku bisa merealisasikan apa yang sudah aku dapatkan disana.
Lalu ayahpun membacakan kepadaku sebuah ayat alqur’an surat Ad-dhuha ayat 9 sampai 11,
“Fa ammal yatiima falaa taqhar, Wa ammas saa,ila falaa tanhar, wa amma bini’mati robbika fahaddits.”
“Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang, Dan terhadap orang yang meminta-minta maka janganlah kamu menghardiknya. Dan terhadap nikmat tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya dengan bersyukur”
Rasa malu itu masih terasa sampai sekarang, dan perkataan ayah masih begitu jelas terngiang meski waktu telah membawaku pada dunia yang jauh darinya, “bersedekahlah ketika sempit dan ketika lapang ketika kau miskin ataupun ketika kau kaya” ayah juga bilang, kalau sedekah adalah salah satu ciri orang yang bertaqwa, tidak melupakan keadaan orang lain, berbagi nikmat dengan mereka yang membutuhkan bisa memperbaharui keimanan kita kepada Allah. Allah berfirman menggambarkan mereka orang-orang yang bertaqwa, orangorang yang bersegera dalam berbuat berbuat kebaikan mereka akan mendapatkan balasan berupa surga yang luasnya seluas langit dan bumi.
“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yag menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun di waktu sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain,dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala orang yang beramal.” (QS Ali Imron: 133-136).
Adik-adiku yang selalu kucinta, jarak yang jauh perlahan membuat ruang rindu itu semakin membesar. Aku meridukan kalian, aku merindukan bunda dan juga ayah. Dulu ketika kaki ini hendak melangkah meninggalkan kalian ada rasa takut yang terbersit dalam hati, Mampukah aku hidup tanpa kalian dinegeri yang waktu itu hanya gurun pasirlah yang tepat untuk menggambarkannya. Tapi ternyata di Mesir pun aku bisa menemukan sosok seorang ayah, sosok seorang ibu. Yang mencintai kami mahasiswa-mahasiswa asing seperti anak mereka sendiri.
Seperti sosok ustadz Muhammad Al-Bahru, seorang Insinyur yang selalu menginfaqkan sebagian hartanya setiap bulan kepada kami, bahkan ketika ramadhan beliau selalu mengeluarkan zakatnya kepada kami, lalu Ustadz Muhammad Abdul Aziz salah satu pegawai dikampus Al-azhar Zagazig, yang menjadi penanggung jawab dibidang kesejahteraan dan sosial tidak pernah bosan memberikan bantuan kepada kami. ustadz Hani seorang pemilik kedai makanan pokok Mesir setiap hari selalu menyisihkan hartanya dan menginfakannya kepada para mahasiswa Indonesia yang bermukim di Zagazig. Masih banyak lagi deretan nama orang-orang baik yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang ikhlas membantu para mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu dinegri para nabi ini.
Adik-adiku mungkin mereka itulah salah satu contoh nyata orang-orang yang selalu menginfaqkan hartanya dijalan Allah. Memberikan kesan bagi setiap orang yang ada didekatnya untuk mengikuti langkah mereka.
Adik-adiku ada sebuah sabda rasul yang begitu bermakna tentang sedekah. “ Setiap anggota tubuh manusia memiliki keharusan sedekah pada setiap harinya. Yaitu seperti mendamaikan dua orang yang berselisih, adalah sedekah. Menolong orang yang menaiki kendaraan, atau menolong mengangkatkan barangnya keatas kendaraan, itupun termasuk sedekah. Ucapan atau tutur kata yang baik itu juga sedekah. Setiap langkah yang anda ayunkan untuk menunaikan shalat juga sedekah. Dan menyingkirkan sesuatu yang membahayakan dijalanan umum adalah sedekah “ (HR: Muslim. No 1677)
Lihatlah, betapa indahnya kata-kata yang disampaikan oleh rasul junjungan kita. Ia menyampaikan kabar gembira bagi seluruh umatnya yang sedang berada dipenghujung akhir zaman. Masa ketika kepedulian menjadi sesuatu yang asing bagi orang yang melihatnya, ketika rasa beragi mulai luntur dari sanubari makhluk yang dikaruniai cinta. Lalu siapa lagi yang akan menegakan sunah-sunahnya selain kita.
Adik-adiku yang selalu kusayang, Hasan Al-Bashri orang yang ucapannya lebih mirip dengan ucapan para nabi, dan cara hidupnya mendekati cara hidup para sahabat. Menuturkan kata-katanya yang penuh hikmah: “Wahai anak cucu Adam, hindari sikap menunda-menunda. Krena kamu hidup dihari ini, bukan besok. Bila ada hari esok untukmu, bersikaplah cerdas dihari esokmu sebagai mana kamu bersikap cerdas pada hari ini. Bila tidak, artinya maut datang menghampiri, kamu tidak akan menyesal telah meninggalkan apa yang harus kamu lakukan hari ini.”
Semoga kita bisa meresapi dan mengamalkan apa yang sudah dinasehatkan oleh Hasan al-Bashri. Tidak menunda-nunda untuk melakukan perbuatan yang baik. Karena “telur hari ini lebih baik dari pada ayam esok hari.”
Adik-adiku yang selalu kucinta, dalam derasnya rindu nama kalian selalu terucap dalam setiap doaku, menjadi sumber inspirasi ketika sepi mulai menghunuskan kebenciannya, dan jarak yang terbentang memisahkan kita perlahan menjadi seorang sahabat yang selalu mengingatkanku untuk tetap bertahan hingga senyum kalian benar-benar bisa kugambar dan kurasakan indahnya. Hanya kepada Allah lah kita berharap semoga rindu ini tetap membuatku istiqomah mengirimkan sebuah nasehat dalam sebuah tulisan yang terlahir dari rahim kerinduan. Wallahu a’lam.
Zagazig, Egypt. 18/02/012
0 komentar
Posting Komentar