Aku Dan Mahkota Ilmu
hari ini adalah hari pertamaku mengajar dikelas satu B, kelas tsanawiyah yang aku namakan mahkota ilmu, aku kira nama ini cocok untuk mereka yang masih diselimuti oleh berjuta-juta kesemangatan, dan rasa antusias mereka terhadap ilmu agama, dan merekapun suka dengan nama itu, rasa bahagia dan senyum yang menyala mengantarku menuju taman mahkota ilmu tempat mereka belajar, dimana pagi ini merekapun sudah menanti kedatanganku, baru kurasakan sekarang betapa indahnya mengajar, betapa nikmatnya bisa memberikan ilmu kepada adik-adik baru ku ini, walau aku merasa aku belum pantas untuk mengajar karena ilmu yang kumiliki tidak seperti banyaknya waktu yang kuhabiskan dipesantren ini, empat tahun. ya empat tahun tapi rasanya aku masih belum bisa apa-apa, tapi aku inget pesan kiyaiku, ilmu yang sedikit akan lebih bermanfaat bila diamalkan dibandingkan dengan ilmu yang banyak bila tidak diamalkan. didepan asrama putra aku menyusuri jalan setapak yang berwarna merah, masih kurasakan masa-masa dulu aku berjalan diatasnya bersama sahabat-sahabatku, berlari disore hari, bukan mengejar matahari, tapi mengejar kamar mandi yang menjadi rebutan semua santri, aku hanya bisa tersenyum bila mengingat masa itu "eit" lamunan ku hilang ketika suara adik-adik kecilku menyambar daun telingaku, "hey... ust Rama datang, ust Rama datang" teriak salah satu diantara mereka, aku hanya tersenyum menyaksikan adik-adik kecilku yang serentak duduk rapih ketika mereka melihatku, "assalamualaikum"... sapaku masih dengan senyum yang mengembang, "walaikum salam pak..." jawab mereka semua. "hah...! bapak?" aku tersentak kaget dengan jawaban mereka, mereka memanggilku bapak padahal umurku masih duapuluh dua tahun, aku hanya bisa menarik nafas panjang berusaha untuk menyesuaikan dengan keadaan yang masih tabu untuk kujalani merubah adik-adiku menjadi orang yang berakhlak mulia dibawah naungan alquran dan sunah, ini misi utamaku ketika aku ditunjuk menjadi wali kelas, "baik, anak-anaku apa kabar kalian semua hari ini?" aku berusaha cair dengan mereka smua, rasanya memanggil mereka dengan anak-anak ada perasaan lain yang kurasakan, aku merasa lebih dekat dengan mereka seakan aku benar-benar menjadi seorang ayah yang mempunyai tanggung jawab besar untuk kesuksesan anak-anaknya, untuk bisa merubah akhlak mereka, aku yakin ketika mereka memanggilku bapa, itu hanya candaan mereka saja, yang melihat ku masih kikuk walapun sebelumnya kami semua sudah berkenalan diacara pengenalan wali kelas, mudah-mudahan amanat ini bisa kupertanggung jawabkan dengan baik didepan pak yai lebih-lebih lagi di depan Allah. wajah polos mereka meningatkan ku kembali pada masa-masa baru aku dipesantren ini, ayahku yang menitipkan ku pada pak kiyai sangat berharap aku bisa menjadi anak yang sholeh dan juga berilmu, sekarang baru kurasakan, rasanya untuk menciptakan santri-santri yang berilmu dan berahklak mulia bkan hanya tugas pak kiyai seorang diri, tapi semua elemen yang berada di pesantren ini, terutama Dewan pengajar dan pendidik. mereka yang sangat berperan dalam membimbimg para santri. aku baru sadar sekarang aku sudah menjadi seorang pengajar, bahkan bukan hanya seorang pengajar tapi seorang pendidik, seorang pendidik yang harus bisa menjadi contoh dan kudwah bagi seluruh santri yang ada dipesantren. seperti rosulallah yang melakukan apa yang diucapkannya, dan seluruh yang di ucapkannya beliau lakukan dalam kehidupan sehari-harinya, andaikan seluruh staf pengajar yang ada dipesantren ini bisa meniru Rasulallah niscaya tidak akan ada yang namanya hukuman atau iqob untuk santri yang melanggar disiplin karena santri-santri nya akan patuh dan taat dengan semua ucapan para asatidz dan asatidzahnya. hari ini pertama ku mengajar, dua jam pertama ini kuhabiskan dengan memberikan pengetahuan bahasa arab dasar untuk adik-adik baruku, walau sekali-kali aku selipkan dengan ilmu tauhid, karena aku rasa tauhid adalah basic utama untuk mereka sebelum mereka mengenal yang lainnya,dan aku yakin setelah tauhid mereka bagus pasti jalan mereka selama enam tahun dipesantren ini pun akan bagus, bahkan setelah mereka keluar dari padepokan islam ini, dan berkifrah ditengah-tengah masyarakat. kenapa aku memilih tauhid adalah sebuah pondasi utama karena rosulallah pun ketika pertama kali berdakwah secara siriyah yang pertama kali beliau lakukan adalah menanamkan kalimat tahid dalam diri para sahabatnya, dan mampu merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari mereka, (to be continue)
0 komentar
Posting Komentar