Selasa, 05 Maret 2013
Ya Allah.. Aku Jatuh Cinta
Label:
Perjalanan
Jiwanya selalu gundah, rona wajahnya seperti sedang menahan resah yang tak terperi. Bila bercermin, ia bisa melihat sendiri bayangan seseorang bergaun putih dikedua bola matanya. Bayang indah yang selalu menari-nari didalam ingatannya. Menumpuk rindu yang semakin hari semakin menggunung. Aneh, padahal pemuda itu sekalipun belum pernah melihat langsung sosok bidadari yang dirindunya itu. Hanya sebuah pesan-pesan kecil di jejaring sosial yang selalu ia baca hampir setiap hari. iya, kata-kata dari pesan itu yang menjelma menjadi sosok bidadari bergaun putih.
Yang menjadi resahnya adalah ketika sosok anggun itu tak pernah terlihat, tapi mengapa mampu membuat pemuda itu merindu? "Ya Allah, perasaan apakah ini?" lirihnya pelan. Hampir setiap saat pemuda itu selalu berusaha untuk menepis gundahnya, mengusir setiap resah yang membuat hari-harinya kini berubah. Padahal dulu ia merasa semuanya baik-baik saja. Menyapa dan menanyakan kabarnya adalah hal biasa. Tapi sekarang untuk melakukan itu semua, ia tak mampu. Ada rasa malu yang membelenggu, ada rasa enggan yang membuat lidahnya kelu.
Sekalipun bidadari itu tak pernah ia lihat, menyapanya pemuda itu tak pernah mengeluarkan kata dari mulutnya. Tak pernah menatap sosok yang dirindunya. Hanya melalui layar monitor laptopnya ia menumpahkan segala resahnya. Pemuda itu memang sangat pemalu, atau mungkin ia tidak memiliki keberanian untuk mengatakan apa yang ia rasakan, ia hanya menyimpannya dalam hati meneyembunykannya dibalik setiap senyumnya meski hari-hari nya setelah itu harus ia jalani dengan nelangsa.
Hari berikutnya selalu sama, pemuda itu masih dalam kubangan rindu bahkan lebih parah, ia semakin jauh tenggelam. Kegundahan yang tak tak bertepi yang tak bisa ia artikan semakin menunjukan pemuda itu memang sangat lugu. Ia tak mampu mendefinisikan apa yang ia rasakan saat itu. Jiwanya mudah sekali tersntuh, muanajat yang ia panjatkan disetiap malamnya selalu ada tentangnya, namanya yang tak pernah lupa ia sebut serta bayangnya yang selalu hadir disetiap doanya. Baru di sepertiga malam tadi dengan penuh rasa malu ia mengaku kepada dirinya sendiri "Ya Allah... Aku jatuh cinta" lirih pemuda itu dengan suara bergetar bercampur haru. Mungkin angin musim dingin yang masih terjaga di awal waktu subuh itu juga ikut merasakan apa yang dirasakan oleh pemuda yang selalu dilihatnya berjalan sambil menahan dingin disetiap pagi.
Kali ini pemuda itu merasa kalah dengan keadaannya, hanya karena perasaan itu ia harus meneteskan air mata. Ia merasa sangat lemah menghadapi sedikit cobaan itu. Padahal agamanya tidak melarangnya untuk jatuh cinta. Rasulallah juga tidak melarang umatnya jatuh cinta. pemuda itu hanya ingin menempatkan perasaannya itu pada tempat yang benar. Sebagai penuntut ilmu agama ia takut akan salah membawa perasaan itu. Ia takut terjerumus pada sebuah dosa. "Aduhai, sebeginikah orang yang sedang jatuh cinta? Tapi tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan rasa cintanya" pemuda itu kembali mengeluh.
Tiba-tiba pemuda itu teringat pada sebuah syair seorang ulama yang ditulis ketika ulama itu jatuh cinta, syair itu benar-benar bisa mewakili keadaannya. Sebuah syair cinta yang ditulis oleh Ibnu Hazm al-Andalusi dalam kitabnya Tuqul hamamah:
"Akan menghinalah mereka yang tak mengenal cinta
Sungguh cintamu padanya wajar adanya
Mereka kata, cinta buat kau gila
Padahal kau orang paling faham agama
Ku katakan pada mereka
Mengapa kalian iri padanya?
Jawabnya
Kerana ia mencinta dan dicintai pujaan jiwa
Bila masanya Muhammad mengharamkan cinta
Dan apakah ia menghina umatnya yang jatuh cinta
Janganlah kau berlagak mulia
Dengan menyebut cinta sebagai dosa
Janganlah kau pedulikan apa kata orang tentang cinta
Entah yang berkata keras atau halus biasa
Bukankah manusia harus menetapi pilihannya
Bukankah kata tersembunyi tak bererti diam seribu bahasa"
Pemuda itu mulai mengerti dengan keadaannya, apa yang ia rasakan itu sah, tidak menyalahi aturan manusia ataupun agama. Karena yang mencoreng rasa cinta adalah berbuat maksiat dan mengumbar hawa nafsu. Seperti itu lah orang yang jatuh cinta tapi tidak meletakan rasa cintanya ditempatnya yang tepat. Untuknya yang kini sedang diterpa salju, yang sedang membawa amanah agamanya, semoga Allah selalu menjaga dan mengucurkan rahmat-Nya.
Kampung permai, 05/03/2013
0 komentar
Posting Komentar