![]() | |
Mahasiswa yang berdemonstrasi setelah selesai ujian Mantiq |
Tanggal 12 Januari kemarin menjadi hari ujian terakhir di termin
pertama ini. Mata kuliah mantiq,mungkin bagi sebagian mahasiswa lain
maddah ini biasa, tapi saya sepakat dengan mahasiswa-mahasiswa yang melakukan
demonstrasi setelah ujian kemarin, demonstrasi yang meneriakan soal-soal yang
penuh mengisi halama kertas A4 itu bathil. Iya, mereka meneriakan jika soal
ujian yang diberikan oleh duktur (doctor/dosen) itu bathil, imej kalau maddah ini terbilang horror memang
benar, apa lagi dosennya juga killer. Sempurnalah sudah penderitaan mahasiswa
pada wakatu itu. Tak terkecuali mahsiswa wafidin (asing) termasuk didalamnya
mahsiswa Indonesia, Malaysia, Thailand, Turki, Nigeria dan lain-lain.
Para mahasiswa yang berdemonstrasi menuntut bahwa soal ujian
hari ini bathil dan meminta duktur untuk mengulang ujian mata kuliah mantiq,
teman-teman satu ruangan juga sepakat jika soal ujian yang diberikan oleh
duktur sudah keluar dari batas kemampuan mahasiswa. Ini terlihat dari sikap dan
keluhan mereka ketika melihat soal ujian itu, bahkan diantara mereka ada yang
memilih meninggalkan ruangan ujian karena tidak mampu mengisi soal ujian yang
susah dan begitu banyaknya. Ketika duktur pengajar mata kuliah mantiq datang
dan menanyakan kepada seluruh mahasiswa diruang ujian tentang soal ujian hari
itu mereka semua bungkam menahan tawa, karena yang ditanyakan oleh duktur
memang sedikit lucu “bagaimana anak-anak, semua soalnya gampang bukan? Tidak ada
yang perlu di perjelas lagi” setelah sang duktur pergi meninggalkan ruangan,
salah satu mahasiswa berkulit hitam asal Nigeria mengungkapkan ketidak
berdayaannya pada pengawas ujian. “Apa ini! soal begini susahnya dibilang tidak
perlu ada lagi yang dijelaskan”.
Konsentrasipun semakin buyar ketika teriakan-teriakan mahasiswa
yang berdemo bergitu terdengar menggelegar menembus ruang ujian, ditambah lagi
dengan sikap para pengawas yang juga turut mengeruhkan suasana. Akhirnya empat
soal ujian yang bercabang menjadi 17 soal dan bearanak begitu banyak hanya
terjawab dua soal saja. Nomor satu dan nomor dua, dengan menjawab dua soal ini
juga sudah sangat memeras otak. Karena di dua poin pertanyaan ini ada sepuluh
cabang pertanyaan yang sangat luar biasa. “Bismillah, tawakaltu ‘alallah” hanya
kalimat ini yang bisa terucap sebelum meninggalkan ruang ujian.
Ketika mengikuti “bimbel” sebenarnya pembimbing juga sudah
mengingatkan hati-hati dengan kitab karangan Imam Sa’iduddin Mas’ud bin Umar
At-taftazani, selain didalamnya ada pertentangan penyarahnya Syaikh Ubaidillah
bin Fadhlullah Alkhabishi, soal ujian madah ini juga kadang menjebak karena soal-soalnya
yang sering dibulak-balikan. Tapi bagi saya semua mata kuliah harus ekstra
hati-hati. Semoga ujian hari itu menjadi bahan renungan untuk belajar lebih
giat lagi.
Cairo, 13-Januari-2013
0 komentar
Posting Komentar