Tarawih ke lima, 23/07/012
20:05, angka yang sejajar dengan jarum jam terlihat jelas diarloji ku yang berwarna silver berlayar hitam, arloji dengan merek CASIO QUARTZ sudah hampir satu tahun ini tidak pernah lepas dari tanganku. Entahlah, mungkin karena arloji ini memiliki kenangan tersendiri dalam sejarah hidupku. Hmm.. stop! Berbicara tentang arloji, karena malam ini ada yang lebih seru lagi, yaitu shalat tarawih dimasjid Dhuyufu Rahman. Jam delapan lebih lima menit setelah pulang dari Mabarrah aku sudah melangkahkan kakiku menuju masjid Dhuyufu Rahman, sengaja berangkat lebih awal karena aku tidak ingin kejadian seperti kemarin lusa terjadi lagi. Oh iya, Mabarrah adalah tempat langganan kami mahasiswa Asia Tenggara berbuka puasa secara cuma-Cuma, atau disini kami sering menyebutnya dengan ma’idatu rahmah. Nanti insya Allah akan ada pembahasan khusus tentang ma’idatu rahman ini.
Teman-teman yang sudah berpengalaman shalat tarawih dimasjid ini, sering mengatakan jika masjid Dhuyufu Rahman memiliki speed yang berbeda dengan masjid lain, jadi bagi mereka yang ketika iftharnya melebihi kafasitas mendingan mikir dua kali deh kalau ingin shalat dimasjid ini. Karena memang kecepatan dimasjid ini sangat luar biasa. Alhamdulillah aku masih bisa bernafas lega ketika sampai dimasjid tujuanku, meski diluar masjid sudah terlihat ramai oleh orang-orang tua dan anak-anak yang biasa shalat tarawih disni, tapi didalam masjid masih terlihat lenggang. Akupun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, aku segera bergegas menuju tempat berwudhu, aku jadi teringat dengan ramadhan tahun lalu ketika pertama kali shalat dimasjid ini, banyak orang-orang mesir yang mengambil tempat shalatnya didepan tempat berwudhu, mungkin karena di sekitar tempat ini suasananya lebih sejuk dan lebih dingin dibandingkan didalam masjid. Sekarang pun masih seperti dulu, bahkan sepertinya orang-orangnya pun masih mereka yang dulu.
Suasana didalam masjid Dhuyufu Ramhan setelah tarawih
Selesai berwudhu, ternyata aku bertemu kembali dengan dr. Zaid, orang Malaysia salah satu mahasiswa kedokteran universitas Zagazig, bertemunya pun sama, Sama-sama setelah berwudhu. Waktu di Mabarrah selesai berbuka puasa ketika hendak shalat maghrib pas keluar dari tempat berwudhu aku berpapasan dengannya, diantara teman-teman ikhwah yang dikenalnya mungkin namaku yang paling dia hafal, apa lagi sekarang bulan ramadhan jadi dia langsung mengingat namaku.
Ah.. ternyata ruangan dalam masjid sudah penuh, terpaksa aku mengambil tempat disampingnya, aku langsung melaksanakan shalat sunah tahiatul masjid dan setelah itu mungkin bisa membaca Al-qur’an dan berdzikir sambil menunggu waktu adzan isya. Hanya satu putaran tashbih ternyata adzan isya langsung menyapa bumi mengingatkan manusia bahwa waktu isya sudah berada ditengah-tengah mereka. Masjid Dhuyufu rahman memang masjid ekspres, belum selesai aku melaksanakan shalat sunah qobliyyah muadzin langsung mengumandangkan iqamah. Wah.. shalat isyanya pun ternyata begitu cepat setelah Al-fatihah sang imam hanya membaca beberapa ayat saja. Dalam tempo waktu setengah jam jama’ah masjid Dhuyufu Rahman sudah selesai melaksanakan shalat isya dan tarawih.
Ruangan disamping masjid, tempat aku tadi shalat tarawih
Masjid Dhuyufu Rahman, di imami oleh seorang yang terlihat sangat sederhana, dengan gaya ala petani Mesir tapi sang imam memiliki suara yang merdu membuat para jama’ah tak ingin berpindah tempat kemasjid lain. Tak ayal lagi, jika orang yang sudah terbiasa shalat dimasjid yang speednya sedang-sedang saja dia akan merasa cape shalat dimasjid ini. Seperti ini juga yang aku rasakan, rasanya cape shalat dimasjid yang kapasitas speednya begitu cepat. Padahal tarawih itukan seharusnya pelan dan tidak terburu-buru karena kata tarawih juga memiliki arti istirahat, tapi mungkin sang imam melihat kondisi makmum didaerah setempat yang kebanyakan kebanyakan mata pencaharian mereka adalah berdagang. Dan juga banyak jama’ah yang sudah tua. Inilah pengalamanku yang ke tiga kalinya shalat di masjid Dhuyufu Rahman. Semoga Allah menerima puasa ramadhan kita, dan memasukan kita dalam golongan orang-orang yang menerima curahan rahmatnya.
Pulang tarawih minum koktile, hanya dua pon saja hehe
0 komentar
Posting Komentar