We Are With You

We Are With You
The help of Allah is always near

RELEIVE GAZA'S ORPHANS

RELEIVE GAZA'S ORPHANS
Mari kita bantu saudara kita!

Karyaku

Karyaku
Ya Allah Semoga Bisa Diterbitkan

Followers

Kisah Dalam Gambar Slideshow: Rama’s trip from القاهرة, مصر to 3 cities جدة, مكة المكرمة and الزقازيق was created by TripAdvisor. See another مصر slideshow. Create your own stunning slideshow with our free photo slideshow maker.

Rabu, 15 Februari 2012

It’s all cause Valentine

Angin musim dingin masih gelisah, arahnya semakin tak menentu ia hanya mengikuti jejak bintang yang masih tersenyum menunggu percikan sinar dari bulan yang tak pernah jengah berbagi cahaya dengan jagad yang diselimuti hawa dingin yang pekat. Ia terpaksa harus menghentikan terbangnya ketika sorot matanya tertuju pada sebuah apartemen yang salah satu jendelanya masih terbuka. Angin malam ragu apakah ia harus pergi kearah jendela yang masih terbuka itu atau tetap diam bersembunyi dibalik bulan sambil memperhatikan seorang gadis yang termenung seorang diri menatap kosong kearah kota Heliopolis yang terlihat cantik diterangi lampu-lampu penerang jalan.

"Hai Alya! what are you doing? close the window
" seorang gadis bermata sipit yang melintas didepan kamarnya berusaha mengingatkannya. lalu ia pun berbegas masuk berusaha menutup sendiri jendela itu, karena gadis yang bernama Alya tetap diam termenung.

"its oke Hana" Gadis yang bernama Alya itu mengelak dan membuka kembali jendela yang tadi sempat ditutup oleh Hana.

"but Alya, You can catch a cold" Hana berusaha membujuk, tapi ia menyerah ketika Alya menghalangi dan menarik tangannya yang hendak menutup kembali jendela itu.

"Hana,I was just reminded of my past before I was here with you" Alya menjawab tanpa menoleh kearah Hana, matanya masih tertuju keluar jendela terhanyut dengan dunia yang hanya bisa dipahami oleh dirinya sendiri. Namun Hana mulai paham bahwa sahabatnya yang berasal dari Indonesia itu sedang berada pada titik kegundahan yang ingin ia lepaskan

"Alya,can
you tell me about your feelings?" sambil menggenggam kedua tangan Alya Hana berusaha menguak apa yang dirasakan oleh sahabatnya itu. begitulah Hana gadis yang berasal dari Uzbekistan tepatnya di Samarkand itu sangat senang mendengar cerita riwayat hidup sahabat-sahabatnya yang sudah dikenalnya hampir dua tahun. menurutnya dalam sebuah cerita ada hikmah yang bisa dijadikan pelajaran hidup bagi setiap orang yang mendengarnya, "itulah mungkin salah satu sebabnya mengapa Allah juga banyak menyebutkan cerita dan kisah orang-orang terdahulu didalam alqur'an" ungkapnya pada suatu hari.

"Hai girl! it seems really serious" seorang gadis berkaca mata mengagetkan mereka berdua, Fatin gadis yang humoris berasal dari Malaysia keturunan Tionghoa dan Melayu sangat senang dengan yang berbau komedi tidak heran jika dia banyak menyimpan Video OVJ dilaptopnya berbekal nonton sinetron dan belajar bahasa Indonesia dari Alya orang tidak akan tahu kalau dia orang Malaysia, karena logatnya sudah indonesia banget, bahkan "gua-elo pun" sudah menjadi kebiasaannya sehari-hari.

"Fatin, Come here sweet heart! Alya she will give us a story" timpal Hana dengan senyum yang mengembang. Fatin pun kini sudah duduk diatas sebuah kasur dengan seprai yang berwarna biru

"Hah! cerita, emang elo mau cerita apaan Al" sambung Fatin, Alya hanya tersenyum melihat tingkah sahabatnya itu. berbeda dengan Hana ia malah cemberut karena Fatin melanggar salah satu peraturan dirumah itu, yaitu berbicara dengan bahasa yang tidak dipahami oleh seluruh penghuni rumah itu. Mereka sudah sepakat ketika berkumpul harus menggunakan bahasa persatuan dunia yaitu bahasa inggris. dan kali ini bukan pertama kalinya Fatin melanggar peraturan itu.

"Fatin, please!"

"ups, sorry my sister" seloroh Fatin sambil menutup mulutnya ketika melihat wajah Hana berubah cemberut, lalu iapun memeluk Hana mesra dari belakang. Alya merasa sangat beruntung memiliki sahabat seperti mereka meski semuanya dari latar belakang yang berbeda tapi semuanya menyatu dibawah naungan ukhwah islamiyyah.

tinggal satu lagi yang belum muncul Latifah Jelena gadis Rusia yang lembut Mahasiswi tingkat akhir difakultas hubungan international Cairo university. mereka sudah paham biasanya setelah isya Latifah akan memuroja'ah hafalan qur'annya baru setelah itu dia akan keluar dari kamarnya langsung menuju kedapur membuat empat gelas cavucino. diantara mereka berempat hanya Alya dan Fatin yang paling sedikit hafalan qur'annya. Hana saja dia sudah hafal 15 juz, diantara 15 juz itu dia sangat Hafal dengan surat Yusuf.Tapi Alya dan Fatin tidak berkecil hati atau minder, mereka malah senang bisa berada diantara wanita-wanita yang menurut mereka sangat luar biasa. Alya, Hana dan Fatin mereka berada disatu fakultas yang sama yaitu fakultas kedokteran Cairo university.

Alya menarik nafas panjang, jendela yang dari tadi ia biarkan terbuka kini ditutupnya rapat. membuat angin musim dingin itu sedikit kecewa. karena tidak bisa mendengar cerita yang akan disampaikan oleh Alya gadis yang dari tadi diperhatikan olehnya di balik bulan.

"Girls, you know what day now?" sambil duduk dikursi belajarnya Alya memulai cerita dengan mata yang sedkit sayu, disampingnya Hana pun kini memilih duduk dengan Fatin sambil berseslimut menutupi kaki dan tangannya yang mulai terasa membeku.

"now is Valentin Day" jawab Fatin sedikit teriak, Alya tersenyum, karena ia tahu bahwa sahabatnya yang satu ini dulu juga pernah terjerumus memuja dan mengagungkan Valentin namun setelah ia tahu bahwa Valentin tidak pernah ada didalam ajaran Islam dan seorang muslimah yang baik sudah seharusnya tidak ikut terjerumus mengagungkan hal-hal yang tidak pernah diajarkan oleh Syariat Islam. perlahan Fatinpun sadar dan mengerti.

Cerita ini sebenarnya sudah Alya pendam selama bertahun-tahun dan tak ada yang tahu selain keluarganya dan dua sosok yang telah membuatnya berubah seratus delapan puluh derajat. sampai membuat kedua orang tuanyapun menangis terharu ketika ia memutuskan untuk masuk pesantren. Ia tetap bersekolah disekolahnya yang lama hanya yang berbeda ketika jam sekolah selesai ia tidak pulang lagi kerumah tapi pulang kerumahnya yang baru dipesantren putri Al-Mubarakah Bandung.

Bandung, 2000

kelas 2B SMA 3 Bandung tidak ada yang tidak kenal dengan Jody, seorang siswa yang jago karate, salah satu model majalah gaul,dan juga anak seorang pejabat ternama di Kota kembang yang terkenal dengan gedung satenya itu, bahkan tidak hanya temen perempuan Alya yang ada dikelasnya yang naksir sama dia, tapi hampir seluruh siswi disekolah itu semuanya naksir sama siswa yang bernama Jody. Termasuk Alya ia tidak bisa mengelak ketika suatu hari Jody mengungkapkan cintanya didepan seluruh teman-temannya.

Didepan Alya Jody adalah sosok yang sangat sempurna, selain perhatian dia selalu ada ketika Alya membutuhkannya. semenjak mereka jadian seluruh hari-hari Alya berubah pulang sekolah selalu ada yang mengantar, jalan kemana-mana selalu berdua. Cinta yang semu telah membuat Alya tersihir. Ratih teman sebangkunya seorang siswi yang berjilbab dan sangat menjaga pergaulannya merasa prihatin dan kasihan dengan perubahan Alya yang sudah dianggap sebagai saudaranya sendiri. Ia berusaha menasehati Alya, namun percuma Alya tidak mau mendengarkannya. Malah Alya menuduh bahwa Ratih berusaha merebut Jody darinya.

"Al, hati-hati dengan Jody, bukankah kamu tahu kalau dia itu playboy sering gunta ganti pacar. kamu juga liat sendiri kan siswi-siswi disini yang pernah deket sama dia tidak ada yang meneruskan sekolah disini, bahkan temen sekelas kita sendiri Puput dia sampe pindah sekolah ketika kita tau dia putus dari Jody" ungkap Ratih pada suatu hari.

"Rat, udah berkali-kali gua bilang sama lo. ga usah deh ngurusin urusan orang lain, urus aja urusan lo sendiri" balas Alya ketus

"Al, saya hanya..."

"iya, makasih atas nasehat lo" Alya malah berlalu pergi meninggalkan Ratih yang berusaha menasehatinya. melihat perubahan Alya, Ratih hanya bisa beristighfar dalam hati wajah sedihnya tidak bisa ia tutupi.

Mata Alya semakin buta, keindahan semu itu benar-benar membuatnya terperdaya, apalagi Jody sering memberikan kejutan kepadanya, tidak jarang dimeja belajar tempat dia duduk bersama Ratih, Alya sering mendapatkan Coklat, bunga atau hanya sekedar puisi-puisi gombal yang dikirimkan oleh Jody. semua itu semakin membuat Alya terhanyut dalam permainan yang sebenarnya sudah direncanakan oleh Jody dan teman-temannya.

Dan pada akhirnya peristiwa yang hampir membuatnya celaka itu datang tanpa Alya sadari, dia melihat dua buah undangan berwarna pink bertuliskan "Happy valentin Day's" diatas meja dikelasnya, yang satu bertuliskan namanya dan yang satu lagi bertuliskan nama Siska teman satu kelasnya. Alya sedikit ragu ketika melihat waktu acara yang tertulis disana pukul tujuh malam, apalagi tempat acaranya jauh dari rumahnya dipuncak. sudah pasti ayahnya tidak akan mengizinkanya keluar malam. Dengan perasaannya yang masih bingung antara ia dan tidak Alya berusaha mencari cara untuk bisa pergi keacara itu.

"Al, menurut aku kamu ga usah pergi kesana. aku tahu meski kamu orang yang pro dengan Valentin tapi ini pertama kalinya kan kamu akan pergi keacara itu" dengan lembut Ratih berusaha membujuk Alya.

"Ratih terima kasih lo udah care sama gua, tapi perlu lo tau gua bukan anak kecil lagi, gua udah gede dan gua bisa jaga diri gua sendiri" Alya berlalu pergi menuju ke kelas 2A ruangan kelas Jody yang tidak jauh dari kelasnya, dalam hatinya sebenarnya ia ingin mengikuti kata-kata Ratih tapi rasa tidak enaknya kepada Jody yang sudah mengundangnya mengalahkan kata hatinya. dari jauh Ratih hanya bisa mengelus dada ia merasa bersalah karena salah satu teman terdekatnya tiba-tiba berubah dan ia tidak bisa mengajak Alya kembali seperti dulu, meski ia sudah berusaha menasehatinya tapi Alya sudah benar-benar tenggelam.

padahal tahun kemarin mereka masih berdiskusi tentang hari Valentin, Ratih yang menolak keras dan tidak setuju dengan perayaan hari valentin dengan alasan perayaan hari Valentin tidak ada didalam islam dan yang ada didalamnya hanya kemadharatan, berbeda dengan Alya ia menganggap itu sah-sah saja selama tidak keluar dari norma-norma kebaikan dan agama.

"eh Cinta, kenapa kok kusut gitusih mukanya" sapa Jody ketika melihat Alya sudah berdiri didepan pintu kelasnya.

"Jody, tempat dan waktu acaranya gak bisa dirubah ya" Alya membalas lemas sambil menunjukan selembar undangan.

"Gak bisa Say, undangannya kan udah disebar"

"Ibu aku pasti gak ngizinin kalau aku keluar malam, apalagi kalau harus ke Puncak"

"Gini aja Cin, bilang aja ada acara dirumah Siska, orang tua kamu udah kenalkan sama Siska nanti biar aku jemput disana, bisakan?" bujuk Jody lembut

"oke deh nanti ketemu dirumah Siska aja ya" balas Alya sambil tersenyum berat

Malam itupun tiba Alya sangat merasa bersalah karena ia harus berbohong kepada orang tuanya, bukan ketenangan yang ia rasakan tapi rasa was-was yang membuatnya gelisah tidak menikmati suasana pesta yang diadakan oleh Jody difila milik orang tuanya, diruangan yang didesain dengan penerangan yang remang-remang, gemuruh suara musik memekakan telinga Alya,kadang ada lampu sorot yang berwarna warni menyilaukan pandangan matanya. bahkan ia tidak percaya Siska, Mira, dan Yuli yang dikenalnya pendiam dikelasnya ternyata malam itu berubah menjadi orang lain, mereka larut dalam irama musik yang membuat mereka bergoyang jingkrak-jingkrak seperti orang yang kehilangan kesadaran.

dibelakang mereka tiga teman Jody yang sudah dikenalnya ikut bergabung, Alya semakin kaget ketika melihat tangan mereka menggenggam botol minuman yang ia tahu kalau minuman itu adalah minuman yang memabukan. Ia semakin terkejut karena ternyata Siska, Mira dan juga Yuli meminum minuman itu. Alya tidak tahu apa yang harus ia lakukan ia hanya duduk seorang diri memperhatikan kesekelilingnya yang begitu asing. dilihatnya Jody juga sedang asik berjoged dengan gadis yang berambut panjang seusianya.

Tapi aneh Alya tidak merasa cemburu sedikitpun melihat pacarnya berjoged dengan gadis yang tidak dikenalnya itu gadis berambut panjang dan berpakaian seksi. yang ia mau ia ingin segera pergi dari tempat itu dan pulang kerumahnya, dalam kebingungannya tiba-tiba gadis yang berambut panjang itu datang menghampirinya sambil membawa dua gelas minuman.

"Hai Alya ya, sorry tadi gue pinjem sebentar cowo lo. kenalin gua Laras mantannya Jody" sapa gadis berambut panjang itu

"Alya.." jawab Alya singkat dengan senyum yang ia paksakan

"tuh minum, belum minumkan dari tadi, gak usah takut itu cuma jus orange kok" sambung Laras sambil meneguk minuman berwarna kekuningan yang baunya memekakan hidung. dengan perasaan ragu Alyapun meminum jus orange yang diberikan oleh Laras tadi.

"udah lama pacaran sama Jody" tanya laras dengan nada sedikit ketus

"ngga, kita baru jadian tiga bulan yang lalu kok" jawab Alya sambil memijit-mijit kepalanya yang terasa pusing. Laras tersenyum sinis melihat Alya sudah mulai terpengaruh oleh obat yang bisa membuat orang mabuk dan tak sadarkan diri. sungguh malang Alya tidak sadar kalau jus orange yang tadi ia minum ternyata sudah dicampur dengan obat terlarang oleh Jody.

"Ras, Jody dimana sih?, gua mau minta diantar pulang kepala gua pusing banget nih" keluh Alya yang sudah semakin terpengaruh oleh obat yang ada dalam jus orange yang telah diminumnya habis, badannya mulai lunglai dan lemas, ia berusaha berdiri dan memanggil Siska tapi percuma untuk berjalan saja dia tidak bisa. dalam ketidak berdayaannya Alya berusaha menenangkan pikirannya ia teringat dengan orang tuanya, dan tiba-tiba pikirannya tertuju kepada Ratih. Laras sendiri sudah tidak ada disamping Alya ia pergi menuju kesebuah kamar yang sudah disiapkan oleh Jody.

"Hai Dy, cewe lo udah mabok tuh, sesuai perjanjian kita, mana bayaran gue" tukas Laras

"Dasar cewe matre loh, tuh ambil!” balas Jody sambil melemparkan amplop yang berwarna coklat muda.
“Cewe, kalo gak matre gak bakalan hidup. Thank’s ya” Balas Laras sambil mengayun-ngayunkan amplop yang tadi dilemparkan oleh Jody.
Jody langsung berlalu menuju tempat yang ditunjukan oleh Laras, sambil tersenyum sinis ia menatap tubuh Alya mulai dari kaki sampai ujung rambutnya. Matanya semakin terbelalak melihat Alya yang sudah mabuk tak berdaya, seolah-olah ia ingin melumat habis gadis yang sudah diincarnya sejak dulu itu. Dan kini semua usaha yang sudah direncanakan nya itu telah berhasil.
“Hey, Cin! Kamu kenapa?” Seru Jody sambil berpura-pura manis dan lembut didepan Alya.
“Engga tahu, tiba-tiba badanku lemas dan kepalaku pusing banget. Kamu antar aku pulang sekarang juga ya” balas Alya dengan mata yang terpejam dan suaranya yang sudah semakin parau. Melihat Alya yang sudah tak bisa mengendalikan dirinya senyum Jody semakin sinis seperti seekor serigala yang melihat mangsanya yang sudah tidak bisa berkutik
“Oke, oke, kamu ngga usah ngomong apa-apa lagi ya cin. Aku anter kamu pulang sekarang juga ya” dengan penuh semangat Jody menggandeng Alya meletakan tangan kanannya diatas kedua pundaknya, lalu menuntunnya kesebuah kamar yang sudah ia siapkan dari tadi. Perlahan-lahan Jody merebahkan tubuh Alya, hatinya semakin girang karena sebentar lagi ia akan menuntaskan semua rencananya.
“ Jody, kamu mau apa? Kenapa kamu bawa aku ketempat seperti ini? Aku mohon sama kamu antar aku pulang sekarang juga.” Lirih Alya antara sadar dan tidak.
“Iya nanti setelah partynya selesai aku langsung antar kamu pulang ya” timpal Jody sambil berlalu menutup dan mengunci kamar yang biasa ia gunakan untuk melaksanakan ritual kotornya. Tapi, baru saja ia mau memulai perbuatan bejadnya tiba-tiba pintu kamarnya ada yang mendobrak paksa. Tanpa banyak basa basi lagi orang yang mendobrak pintu itu langsung menarik tubuh Jody dan menghajarnya bertubi-tubi. Menghadapi serangan yang tiba-tiba itu Jody tidak bisa berbuat apa-apa, apa lagi orang yang menyerangnya itu terlihat mahir dalam ilmu bela diri. Membuat Jody tidak bisa menangkis atau melawan dia membiarkan wajah dan seluruh tubuhnya menjadi sasaran empuk orang yang menyerangnya itu. Walhasil, hidung dan mulutnya mulai terasa perih dan cairan merah tanpa ia sadari mulai menetes keatas tubuhnya hingga akhirnya dia pun roboh tak sadarkan diri.
Esoknya, Alya terbangun dengan kepala yang masih berat dan pusing. Suasana asing diruangan itu membuat ia sadar kalau ia tidak berada dirumahnya. Ia semakin kaget ketika melihat Ratih membuka pintu kamar dan masuk sambil membawa segelas teh masis hangat.
“ Eh Al, udah bangun? Nih minum dulu biar lebih enak dan seger” sapa Ratih sambil menyodorkan segelas tes manis hangat itu.
“Rat, gue dimana?” Tanya Alya dengan wajah yang masih terlihat bingung.
“Tenang aja, kamu sekarang ada dirumah aku, sebentar lagi ibu kamu juga akan datang menjemput” jawab Ratih lembut. Perlahan-lahan ingatan Alya mulai tertuju pada kejadian semalam, dengan wajah cemas dan penuh khawatir Alya meminta Ratih untuk menceritakan peristiwa tadi malam. Mendengar cerita Ratih Alya hanya bisa menangis dan memeluknya erat. Ia meminta maaf atas sikafnya selama ini dan mengucapkan beribu terima kasih karena telah menyelamatkannya dari tipu daya Jody. Tipu daya yang akan menghancurkan hidupnya. Ternyata Ratih yang sudah tahu sepak terjang Jody sudah merencanakan untuk menolong Alya. Dengan bantuan kakaknya yang memang mahir dalam ilmu bela diri, akhirnya Jody dan teman-temannya  bisa diringkus dan dilaporkan kepolisi atas kasus pemerkosaan dan narkoba.
Namun Alya tidak bisa mengucapkan terima kasih langsung kepada orang yang telah menolongnya, karena kakanya Ratih pagi itu juga harus kembali kepesantrennya yang berada di Banten. Hingga sampai sekarang pun ia belum pernah bertemu dengan orang yang menolongnya itu. Alya sudah berusaha untuk bertemu dengan kakaknya Ratih, namun waktu dan keadaan selalu tidak berpihak. Kabar terakhir yang ia ketahui kalau kakaknya Ratih melanjutkan studynya di Madinah dan sekarang sedang mengambil program majister di Alazhar Cairo.
“It’s all cause Valentin” tukas Alya mengakhiri ceritanya dengan air mata yang tak bisa ia bendung.
“Oh.. my dear, iam so sad to hear your story” timpal Hana sambil menggenggam tangan Alya, matanya pun berkaca-kaca dan perlahan mulai pecah mengalir diatas kedua pipinya.
“Alya, I do not think the bad incident like this, has come into your life” Sambung Latifah Jelena sambil mengusap air matanya dengan tisu yang dia ambil diatas meja belajar Alya. Fatin yang biasanya terlihat ceria, kali ini ia harus merelakan air matanya mengalir mendengar cerita sahabat dekatnya itu. Ia memeluk tubuh Alya dan mengusap air matanya yang dari tadi mengalir pelan diatas pipinya.
“But, Iam thank’s to Allah SWT. because of this I could find hidayah” sambung Alya lugas.
“Alya, by the way, what name of the person who helped you?” tanya Fatin dengan wajah yang penuh dengan penasaran.
“ His name is Abdullah” jawab Alya dengan wajahnya yang mendadak berbinar penuh senyum ketika menyebutkan nama itu.
Cairo 14/februari/ 012
By: Damar


0 komentar

Posting Komentar