Kali ini resahku tentangmu mengurungku-
dalam terali rindu yang semakin menguat.
Padahal malam ini langit tak berbintang,
namun tetap saja rindu itu menggegap gempita-
melukis sosok wajah yang perlahan telah memikat.
Ya Rab, aku jatuh cinta pada makhlukmu yang terang-
menyinari alam pikirku, namun ia begitu jauh-
terhalang jarak yang menyekat.
Bayangnya ada, menari dalam setiap gerakan waktu-
meski rupa itu tak pernah terlihat.
Ketika detik itu berputar menyulam rindu dalam-
kanvas senja, melukis tentangnya lalu hilang-
begitu cepat.
Ah... Purnama tahu musim dingin ini ia tak ingin-
merangkai sinarnya, karena salju tak akan pernah turun-
jika cahayanya terpantul diatas awan yang menggurat.
Bukankah bidadari itu sangat suka dengan salju?
Atau hanya perasangka malam yang memendam cintanya-
karena ia takut putri salju itu akan tahu jika ia menyimpan-
rindu yang begitu lekat.
Definisi itu tak akan pernah terbaca, karena cinta sejak-
dulu adalah riwayat yang tak pernah tamat.
Atau bidadari itu akan tahu, lalu memberi senyum-
sampai dunia memberi ucapan selamat.
Kairo, 28 Desember 2012
0 komentar
Posting Komentar